Advertisement
Film tentang Pulau dan Desa Terpencil akan Meriahkan Festival Film Dokumenter

Advertisement
Pemutaran film dan diskusi Proyek 5 Pulau/5 Desa akan digelar Desember.
Harianjogja.com, JOGJA-- Festival Film Dokumenter bekerja sama dengan Goethe Institut Indonesia mengadakan pemutaran film dan diskusi Proyek 5 Pulau/5 Desa (5 Islands/5 Villages).
Advertisement
Film 5 Desa akan diputar untuk pertama kalinya dalam gelaran Festival Film Dokumenter 2017 pada Minggu (10/12/2017) mendatang di Societet, Taman Budaya Yogyakarta pada pukul 19.00 WIB.
Adapun pemutaran Film 5 Pulau akan digelar pada Senin (11/12/2017 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Jogja pada pukul 13.00 WIB. Pemutaran Film 5 Pulau akan dilanjutkan dengan diskusi yang diikuti Direktur Goethe Institut Indonesia, pembuat film asal Indonesia dan peneliti budaya.
Diskusi akan diisi dengan perbincangan terkait gagasan, pengalaman dan pembahasan tentang perbedaan ritme kehidupan masyarakat di daerah urban versus terpencil yang menjadi latar proyek ini.
Direktur Goethe Institut Indonesia, Heinrich Blömeke bersama para pembuat Film 5 Desa dari Indonesia dan seorang penanggap akan menjadi pembicara dalam diskusi ini.
Ernst Bloch, salah seorang filsuf kenamaan Jerman memperkenalkan sebuah terma unik Ungleichzeitigkeit. Dalam bahasa Indonesia, terma ini dapat dipahami sebagai situasi masyarakat yang memiliki kehidupan non simultan atau tidak serentak. Ada masyarakat urban yang bergerak serba cepat, namun di saat yang sama terdapat masyarakat lain di daerah-daerah terpencil yang menjalani hidup mereka dengan lebih lambat.
Perbedaan ritme ke hidupan ini mendorong terbentuknya segmen-segmen kelompok yang terabaikan,terlupakan, atau
terlewatkan dari arus informasi utama. Perdebatan tentang cepat atau lambatnya ritme kehidupan suatu masyarakat inilah yang menjadi titik mula Proyek 5 Pulau/5 Desa.
Proyek ini dikonsepkan sebagai sebuah pendekatan film dokumenter terhadap topik seputar periferi, jarak, waktu,
dan pewaktuan.
Karya-karya yang dihasilkan dalam proyek ini dikerjakan di tempat-tempat yang kurang tersentuh arus informasi
utama. Dengan kata lain, tempat-tempat yang secara geografis cukup menantang karena relatif sulit dijangkau menggunakan moda transportasi biasa atau tempat-tempat yang selama ini jauh dari jangkauan radar media massa arus utama.
Proyek 5 Desa/5 Pulau terbagi dalam dua bagian ; 5 Pulau dan 5 Desa. Pada bagian pertama, lima orang mahasiswa HFBK Hamburg menghabiskan sekitar tiga minggu waktu untuk melihat dari dekat beragamnya kehidupan di lima
pulau di Indonesia. Mereka adalah Anna Walkstein (Pulau Halmahera), Max Sänger (Pulau Sumba), Samuel J. Heinrichs (Pulau Rote), Yannick Kaftan (Pulau Wangi-Wangi) dan Marko Mijatovic (Pulau Selaru). Hasil dari perjalanan mereka inilah yang dijadikan segmen 5 Pulau.
Pada bagian kedua, 5 Desa, giliran lima pembuat film Indonesia yang dikirim ke lima desa yang berbeda di Jerman selama kurang lebih waktu yang sama. Mereka adalah Andrianus “Oetjoe“ Merdhi (Sumte, negara bagian Niedersachsen), Wahyu Utami Wati(Pellworm, negara bagian Schleswig-Holstein), Bani Nasution Leidingen, negara bagian Saarland), Tunggul Banjaransari (Welzow, negara bagian Brandenburg) dan Rahung Nasution (Wildpoldsried,negara bagian Bayern).
Tahun ini Film Dokumenter (FFD) edisi ke-16 mengangkat tema Post Truth untuk merespons kondisi kebenaran di masa ini. FFD akan digelar pada 9-15 Desember 2017 di tiga tempat yaitu Taman Budaya Yogyakarta, IFI-LIP Jogja dan Villa Sambal.
Kegiatan ini dibagi ke dalam empat agenda utama, yakni kompetisi,pemutaran utama, parsial dan lokakarya film kritik. Tahun ini,FFD menerima 43 film kategori dokumenter panjang internasional, 85 film kategori dokumenter pendek dan 24 film kategori dokumenter pelajar. (Adv)
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Soal Penembakan Delegasi di Jenin, Prancis Akan Panggil Dubes Israel
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Perhatian! Ada Pemadaman Listrik Siang Ini di Gunungkidul hingga Pukul 16.00 WIB
- Hari Kebangkitan Nasional ke-117, DIY Berkembang Bersama Pemuda dan Dunia Digital
- Pemkab Bantul Siapkan Enam Gapura Ikonik Penanda Batas Wilayah
- Jadi Solusi Food Waste hingga Bantu Kelompok Rentan, Pemkot Jogja Luncurkan Foodbank Lumbung Mataraman
- Kasus Leptospirosis Diklaim Menurun, Dinkes Gunungkidul Pastikan Belum Ada Kasus Kematian di Tahun Ini
Advertisement