Advertisement
Seperti Ini Motif serta Makna Batik Asal Bantul

Advertisement
Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kuswandi mulai berpikir untuk membuat motif batik yang khas dari daerahnya
Harianjogja.com, BANTUL- Batik yang telah diakui oleh UNESCO menjadi warisan budaya Indonesia coba terus dilestarikan oleh masyarakat. Tidak hanya motif-motif pada umumnya, namun salah satu pamong desa di Bantul coba berinovasi dengan mengangkat motif batik dari ikon khas daerahnya itu.
Advertisement
Berawal dari keprihatinan akan seni Batik di Bantul Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kuswandi mulai berpikir untuk membuat motif batik yang khas dari daerahnya itu. Sesuatu hal yang tidak akan ditemui di daerah lain.
Walaupun dia mengatakan berada dalam struktur pemerintahan yang paling bawah, namun dia berupaya mempertahankan kesenian itu dan untuk mendorong perekonomian masyarakat kedepannya. Kuswandi menliai banyak potensi yang ada di Bantul dan dapat dikembangkan.
Kuswandi pun menemukan ide untuk membuat kesenian masyarakat dalam koridor ekonomi kreatif, dengan membuat motif Batik yang dapat dikatakan sebagai motif batik Masterpiece atau original dari Bantul.
Dirinya terinspirasi dari Dwi Windu merupakan ikon padasan di komplek masjid Agung yang dibingkai dengan adanya dua sayap, dimana masing-masing sayap itu ada delapan bulu. "Komplek masjid Agung juga ditampilkan disitu, sebagai simbol kereligiusan," ujarnya.
Dia memilih motif tersebut didasarkan ikon tersebut memiliki makna yang dalam diharapkan masyarakat Bantul menjadi masyarakat yang religius, namun disayangkan olehnya ikon tersebut sangat jarang diekspos.
Dalam motif tersebut dibingkai dengan motif pakem satrio wibowo, juga dibingkai motif padasan dan masjid agung memberi sugesti yang baik. "Harapannya perangkat desa yang duduk dipemerintahan hingga jajaran Bupati dapat menjadi kesatria dan berwibawa bisa mengayomi masyarakatnya," ujar pria yang juga pernah menempuh pendidikan Kriya di ISI Yogyakarta itu.
Berkat kepiawaiannya membuat desain atau motif tersebut, ia mendapat dukungan penuh dari jajarannya. Nantinya batik bermotif Dwi Windu tersebut akan masuk menjadi salah satu usaha di desanya. Pihak dari desa nanti juga akan membuat sebuah showroom untuk memasang karya batik itu. Para pamong desa dan anak-anak sekolahpun nantinya akan dihimbau untuk menggunakan batik tersebut guna pelestarian sejarah.
Harga dari batik itu sendiri bisa dibilang masih terjangkau dengan harga Rp100.000 - Rp130.000 untuk ukuran 1x2 meter. Dirinya juga berharap kedepannya batik tersebut dapat menjadi pemasukan masyarakat disekitaran desa.
Dengan darah seni yang mengalir dari ibunya itu, Kuswandi juga masih berkeinginan untuk melaunching satu lagi motif batik karyanya yang juga khas Bantul, yaitu motif Paseban. "Ada beberapa yang perlu dibenahi dimotif ini, harapannya segera selesai," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Demo Hari Buruh di Jogja, Penumpang Kereta Api Diimbau Antisipasi Kemacetan Menuju Stasiun
- Kota Jogja Siap Jadi Juara Umum PORDA Ke-17
- Peringati Hari Bumi, Sekolah di Jogja Deklarasikan Kampanye Bebas Sampah
- Tak Cuma Kecepatan, Latihan PKD Bandara Adisutjipto Turut Asah Kesiapsiagaan Semua Pemangku Kepentingan
- Bupati Bantul Tawarkan Mbah Tupon Tinggal Sementara di Rumah Dinas
Advertisement
Advertisement