Advertisement
Perajin Gerabah Keluhkan Harga dan Pasokan Tanah Liat
Advertisement
Bahan baku tanah liat yang dibutuhkan harganya dianggap semakin mahal
Harianjogja.com, BANTUL-Perajin gerabah di Kasongan, Bantul mengeluhkan bahan baku yang makin sulit didapatkan belakangan ini. Selain itu, bahan baku tanah liat yang dibutuhkan itu harganya dianggap semakin mahal.
Advertisement
Rantinem, salah satu perajin di Kasongan mengatakan, saat ini ongkos produksi termasuk pula bahan baku tanah liat semakin tinggi. Selain itu, kesulitan lainnya adalah mendapatkan bahan baku karena didatangkan dari luar daerah Bantul. "Sekarang susah, harganya juga mahal," terangnya kepada Harianjogja.com ketika ditemui di sanggarnya, Selasa (20/3/2018).
Hal ini tambah sulit karena semakin banyaknya perajin tanah liat berupa produk lainnya seperti genting sehingga persaingan mendapatkan bahan baku meningkat. Untuk setiap kali pembelian, ia harus mengeluarkan dana setidaknya Rp600.000 per pikap. Tanah liat tersebut dibeli dalam bentuk gilingan sehingga bisa langsung dibentuk.
Imbasnya ialah keuntungan yang bisa diraup perajin semakin sedikit. Ia menyebutkan, saat ini hanya bisa mendapatkan untung berkisar Rp10.000 per buah untuk sebuah tembikar berukuran sedang. Pasalnya, harga tenaga kerja dan kebutuhan kayu bakar juga menyedot biaya yang tidak sedikit. Sementara, untuk meningkatkan harga jual pun dirasa tidak memungkinkan.
Ketua Koperasi Setya Bawana UPT Kasongan Bantul Bogimin mengatakan, persediaan memang nyaris langka sehingga kesulitan dialami semua perajin di Kasongan. Terlebih lagi saat ini tanah liat asal Godean, Sleman sudah tidak bisa dibeli lagi.
"Katanya takut habis, orang Godean takut anak cucunya enggak bisa buat genting karena tanah liatnya habis dibeli orang Kasongan," katanya.
Padahal daerah tersebut awalnya merupakan salah satu sumber utama bahan baku tersebut. Sebagai gantinya, saat ini kebanyakan tanah liat didatangkan dari Dlingo, Bantul. Namun, ia mengklaim jika tanah liat asal Dlingo relatif lebih baik kualitasnya dibandingkan Godean untuk dijadikan tembikar.
Menurut Bogimin, biaya yang haris dikeluarkan oleh perajin untuk bahan baku juga naik 100%. Kini, setiap truk tanah liat dihargai Rp3 juta, lebih mahal dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp 1,5 juta. Kenaikan harga bahan baku ini juga tidak bisa diimbangi dengan kenaikan harga jual gerabah.
Perajin terpaksa mengalah dengan mengurangi keuntungan yang didapatkan dengan mempertahankan harga jual. Pasalnya, jika harga dinaikkan maka pembeli yang selama ini berlangganan akan beralih ke pemasok lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Tuntas Klaim Kumpulkan 75.000 KTP untuk Maju Pilkada Sukoharjo Jalur Independen
- Indonesia Ukir Sejarah ke Semifinal Piala Asia U-23, Erick Thohir: Bangga!
- BI Rate Naik Jadi 6,25 Persen, BTN Masih Pertimbangkan Penyesuaian Bunga KPR
- Pilkada 2024 Makin Ramai, Kades Pentur Siap Maju jadi Calon Bupati Boyolali
Berita Pilihan
Advertisement
BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Korban Apartemen Malioboro City Bakal Bergabung dengan Ratusan Orang untuk Aksi Hari Buruh
- Warga Kulonprogo Ajukan Gugatan Disebut Nonpribumi Saat Balik Nama Sertifikat, Sidang Ditunda Lagi
- Biro PIWPP Setda DIY Gencarkan Kampanye Tolak Korupsi
- Anggota DPR RI Sebut Perlu Ada Honor untuk Pengambil Sampah Rumah Tangga di Jogja
- BPBD DIY Mewaspadai Lonjakan Pembuangan Sampah ke Sungai Imbas TPA Piyungan Ditutup
Advertisement
Advertisement