Advertisement

Wisata Berdampingan dengan Pelestarian Lingkungan, Bisakah?

I Ketut Sawitra Mustika
Selasa, 12 Juni 2018 - 21:20 WIB
Arief Junianto
Wisata Berdampingan dengan Pelestarian Lingkungan, Bisakah? Diskusi Ngabuburit Sembari Ngobrol tentang Lingkungan dengan tema Melestarikan Lingkungan dan Memakmurkan Warga Lewat Pariwisata, di Ruang Rapat Harian Jogja, Selasa (12/6). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pariwisata dan pelestarian lingkungan tidak selamanya saling bertentangan. Sudah banyak bukti kegiatan konservasi yang lantas digubah jadi atraksi atau objek wisata, begitu juga sebaliknya.

Kontributor salah satu situs yang fokus pada isu-isu lingkungan Mongabay.co.id Nuswantoro mengatakan pada beberapa kasus, pariwisata yang dikembangkan memang berdampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu contohnya pembangunan resort di sebuah daerah yang berdampak pada tangkapan nelayan.

Advertisement

"Itu salah satu pengembangan wisata yang merugikan lingkungan. Tapi di sisi lain, ada temuan objek wisata yang dikembangkan warga lokal ternyata bisa melestarikan lingkungan. Ada banyak contoh. Nglanggeran [Gunungkidul] salah satunya," ujar Nuswantoro seusai Ngabuburit Sembari Ngobrol tentang Lingkungan dengan tema Melestarikan Lingkungan dan Memakmurkan Warga Lewat Pariwisata yang digelar di Ruang Rapat Harian Jogja, Selasa (12/6/2018).

Contoh lainnya adalah Pasar Papringan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Menurutnya, pasar ini adalah contoh bagus bagaimana sebuah landscape kebun bambu yang sebelumnya jadi tempat yang tidak diinginkan, karena hanya dijadikan tempat sampah, jadi tempat yang menyenangkan, meningkatkan pendapatan masyarakat serta setia menjaga air dan jadi paru-paru desa.

"Ini saya rasa bisa direplikasi di tempat lain. Makanannya enak-enak. Desainnya juga instagramable. Jadi generasi milenial suka mengunggah foto-foto ke media sosial saat berkunjung ke Pasar Papringan. Beberapa pesohor, gubernur dan menteri bahkan sampai menyempatkan diri datang," kata dia.

Ketua Pemerti Kali Code Totok Pratopo yang menjadi pembicara dalam diskusi itu mengatakan pihaknya sudah mulai mengonservasi sungai sejak 2001 silam. Menurutnya saat ini yang diperlukan adalah memikirkan kaitan antara ekologi dan perekonomian. Pasalnya tanpa ada unsur ekonomi kegiatan konservasi akan mengalami kejenuhan.

"Kami sudah punya paket jelajah Kampung Code untuk mengenalkan sejarah dan budayanya. Tapi untuk memanfaatkan airnya langsung belum bisa, misalnya untuk tubing, karena kualitas airnya masih belum baik meski sampah sudah tidak menumpuk," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement