Advertisement

Bayi Kembar Siam, Operasi Pemisahan Belum Bisa Dilakukan

Herlambang Jati Kusumo
Senin, 15 Oktober 2018 - 20:49 WIB
Laila Rochmatin
Bayi Kembar Siam, Operasi Pemisahan Belum Bisa Dilakukan Kasus bayi kembar siam dempet kepala asal Aceh, FR dan FS yang lahir pada 2 Mei 2015 silam dan beberapa tahun terakhir ditangani Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, masih sulit dipisahkan. RSUP Dr. Sardjito tidak menyerah dalam menangani FS dan FR mengingat memang kasus FS dan FR ini sangat rumit. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Kasus bayi kembar siam dempet kepala asal Aceh, FR dan FS yang lahir pada 2 Mei 2015 silam dan beberapa tahun terakhir ditangani Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, masih sulit dipisahkan.

Bayi dari pasangan SP, 32, dan SH, 30, ini lahir di RSU Kutacane, Banda Aceh, tiga tahun lalu. Sebelumnya bayi kembar siam ini ditangani di RSUD Dr. Zaenoel Abidin, Banda Aceh dan RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Advertisement

Operasi pemisahan kembar siam direncanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama menyiapkan insisi flap kulit, melakukan kraniektomi, dan dekompresi. Lalu tahap kedua memperluas flap kulit dan kraniektomi total serta dekompresi, lalu tahap tiga melakukan separasi definitif.

Sejak dipindahkan dari RSPAD Gatot Soebroto Jakarta ke RSUP Dr. Sardjito pada 10 Juli 2015, Sardjito sudah melakukan empat kali operasi namun belum sesuai target separasi definitif. Hal ini dikarenakan saat operasi beberapa kali terjadi pendarahan.

RSUP Dr. Sardjito berkolaborasi dengan dua rumah sakit sebelumnya dan sudah berhasil memotong tulang kepala FS dan FR sehingga mereka mampu menggerakkan kepala lebih fleksibel dibandingkan sebelum dipotong.

RSUP Dr. Sardjito tidak menyerah dalam menangani FS dan FR mengingat memang kasus FS dan FR ini sangat rumit. Seorang Konsultan Internasional Prof. Goodrich, mengatakan kondisi FS dan FR saat ini tidak simpel, sangat kompleks dan otak yang menyatu kurang dari 70%, jadi sangat berisiko.

Bisa Terganggu
Dokter spesialis bedah saraf RSUP Dr. Sardjito yang menangani pasien, Endro Basuki mengatakan kembar siam yang dialami FS dan FR memang rumit karena mereka hanya memiliki satu pembuluh darah di bagian kepala.

“Apabila dilakukan pemisahan kepala akan muncul beberapa kemungkinan, seperti mereka dapat selamat dua-duanya atau hanya satu. Sementara apabila dipertahankan menyatu, salah satu dari mereka sakit maka dengan mudah akan menular,” ujarnya, Senin (15/10/2018).

Komite Etik dan Tim Bioetika juga memberikan pertimbangan-pertimbangan khusus dan keputusan akhir berada di tangan si anak. Namun mengingat mereka belum memiliki orientasi tersebut maka diserahkan kepada kedua orang tua. Sejauh ini, segala upaya tetap dilakukan secara optimal untuk FS dan FR. Nantinya mereka akan dipindahkan ke LPA dan di bawa ke kampung halamannya, yaitu di Banda Aceh. Meski begitu, RSUP Dr. Sardjito tetap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Bersosialisasi
Selama kurang lebih tiga tahun dirawat di RSUP Dr. Sardjito, FS dan FR tumbuh berkembang dengan normal. Mereka sudah dapat berbicara dan berinteraksi dengan orang lain maupun beradaptasi dengan lingkungan. Berbagai upaya dilakukan pihak rumah sakit agar FS dan FR dapat menjalani kehidupan sebagaimana mestinya meskipun dengan kepala yang menyatu.

Upaya-upaya tersebut antara lain mengenalkan FS dan FR ke pasien anak yang ada di Instalasi Kesehatan Anak (INSKA), dan Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang ada di RSUP Dr. Sardjito agar mereka mengenal dunia luar, mampu berinteraksi dengan orang lain, dan bermain dengan anak-anak yang lain. Selain itu, RSUP Dr. Sardjito juga memberikan fasilitas layanan psikologi bagi FS dan FR agar dapat mengetahui perkembangan dan kondisi psikologis mereka.

Pendampingan psikologis dan sosial tidak hanya dilakukan pada FS dan FR, tetapi juga kedua orang tua dan kakak FS dan FR yang berusia kurang lebih tujuh tahun. Dari hasil pemantauan psikologis dan pemeriksaan perkembangan FS dan FR pascaoperasi yang pertama, beberapa hasilnya menunjukkan di atas rata-rata, seperti pada perkembangan kognitif dan bahasa. Meskipun sosial emosi dan adaptasi sosial mereka masih rendah bahkan di bawah rata-rata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Ajukan Praperadilan, KPK: Silahkan, Itu Hak Tersangka

News
| Rabu, 24 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement