Advertisement
23 Warga Gunungkidul Meninggal karena TBC

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Dinas Kesehatan terus menyisir penderita TBC di Gunungkidul. Penyisiran bertujuan untuk mengetahui jumlah pasti penderita sehingga upaya pencegahan dapat dimaksimalkan.
Data dari WHO menyatakan dari 100.000 penduduk terdapat 336 orang yang menderita penyakit TBC. Jika terus dibiarkan, maka potensi penyebaran akan terus meningkat karena seorang penderita bisa menularkan kepada 15 orang yang sehat.
Advertisement
Pengawas dan Supervisor, Dinas Kesehatan Gunungkidul Murgiono mengatakan, potensi penyebaran penyakit TBC terus meningkat bertambah. Pada 2016 terdapat 429 penderita yang berhasil dideteksi, sedang di 2017 ada 472 orang. Sedang hingga semester tiga 2018, tim telah menemukan 335 penderita baru. “Jumlahnya terus bertambah. Selain itu, dalam dua tahun terakhir ada 23 penderita yang meninggal dunia karena TBC,” kata Murgiono kepada wartawan, Kamis (10/1/2019).
Menurut dia, upaya pendataan akan terus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah pasti penderita TBC. Terlebih lagi, dinas kesehatan setiap tahunnya ditarget untuk menemukan 1.052 penderita TBC. “Upaya pendeteksian dan pendataan sangat penting karena sebagai cara untuk memaksimalkan pencegahan,” katanya.
Untuk menemukan penderita-penderita TBC baru, dinas kesehatan tidak bisa bekerja sendirian. Sebab dalam upaya penelusuran juga melibatkan masyarakat, lembaga sosial, oragisasi kemasyarakatan hingga organisasi keagamaan. “Deteksi dini terhadap TBC dapaat dilihat potensi batuk yang tak sembuh-sembuh selama dua minggu. Jika menemukan kondisi itu, maka cepat-cepat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul Dewi Anggraini mengatakan, upaya pencegahan akan terus dilakukan. Menurut dia, para penderita tidak perlu khawatir karena pengobatan dilakukan secara gratis. “Obatnya tidak bayar dan ini harus rutin diminum,” katanya.
Dewi menjelaskan, tantangan peberantasan bukan hanya pada saat penyisiran, namun juga pengawasan terhadap upaya penyembuhan bagi penderita. “Setiap penderita harus ada pendamping minum obat. Tujuannya agar obat yang diberikan bisa diminum rutin dan pasien bisa sembuh,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Bus Sinar Jaya, Jumat 11 Juli 2025 (Malioboro Jogja-Pantai Parangtritis Bantul dan Pantai Baron Gunungkidul)
- Kemendagri Terbitkan Izin Pelantikan JPT Pratama di Lingkup Kabupaten Sleman
- Kalender Event di Jogja, Jumat 11 Juli 2025
- Jadwal Pemadaman Listrik, Jumat (11/7/2025): Giliran Sekitar Jalan C Simanjuntak yang Kena Giliran
- Diduga Diserang Anjing Liar, Sejumlah Hewan Ternak Milik Warga Nanggulan Mati di Kandang
Advertisement
Advertisement