Advertisement

Hujan Terus Mengguyur, Waspadai Tanah Longsor di Perbukitan

Hafit Yudi Suprobo
Minggu, 27 Januari 2019 - 23:15 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Hujan Terus Mengguyur, Waspadai Tanah Longsor di Perbukitan Ilustrasi tanah longsor - Okezone

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Hujan dengan intensitas tinggi yang terus mengguyur wilayah DIY selama beberapa hari terakhir berpotensi memicu bencana tanah longsor. Di Kabupaten Sleman, kawasan rawan tanah longsor tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Berbah dan Kecamatan Prambanan. Berkaca pada peristiwa tanah longsor yang terjadi 2017, empat desa di Kecamatan Prambanan dipetakan dengan potensi longsor paling tinggi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, mengatakan ancaman tanah longsor terjadi ketika kawasan rawan bertemu dengan pemicunya yaitu hujan deras dengan durasi cukup lama. "Itu potensinya. Bila terjadi hujan atau pasca hujan, masyarakat perlu mencermati gejala-gejala tanah longsor seperti adanya aliran air yang membawa material tanah, ada retakan, atau banyak pohon yang mulai miring atau bahkan mulai ada gerakan tanah," ujar Biwara saat ditemui Harian Jogja, Minggu (27/1/2019).

Advertisement

Istilah gerakan tanah, longsoran, atau landslide seperti yang didefinisikan oleh Cruden (1991) adalah gerakan massa batuan puing-puing tanah yang menuruni sebuah lereng. Menurut Varnes, (1978) longsor adalah sebuah gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah lereng di bawah pengaruh gravitasi.

Biwara mengatakan kesiapsiagaan menjadi kunci dalam menghadapi ancaman tanah longsor. "Bila masyarakat tinggal di kawasan lereng perbukitan atau di atas tebing maka harus hati-hati dan waspada dengan mengamati gejala-gejala tersebut. Bila perlu untuk sementara warga yang bermukim di kawasan rawan mengungsi bila terjadi hujan deras dalam waktu lama," kata Biwara.

Biwara menambahkan konsolidasi dengan BPBD Kabupaten Sleman dan pos pemantauan sangat diperlukan untuk mengamati gejala-gejala tersebut, khususnya di kawasan rawan tanah longsor. "Kami juga mendorong pengiriman logistik ke daerah sebagai upaya antisipasi seperti beronjong, terpal, tikar dan paket makanan," kata Biwara. Menurutnya, upaya komunikasi melalui jaringan dan komunitas juga terus ditingkatkan.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Biwara mengharapkan warga yang tinggal di kawasan di mana ada ciri-ciri kerawanan seperti dekat dengan lereng perbukitan atau di atas tebing agar selalu waspada. "Informasikan kepada BPBD atau komponen desa tangguh bencana [Destana], Forum Pengurangan Risiko Bencana [FPRB] atau aparat setempat bila ada gejala-gejala tanah longsor agar bisa diambil langkah-langkah pencegahan atau pendampingan," kata Biwara.

Sebelumnya, BPBD Kabupaten Sleman terus bersiaga dan mengantisipasi bencana yang terjadi saat musim hujan. Berkaca pada peristiwa tanah longsor yang terjadi 2017, empat desa di kecamatan Prambanan dipetakan dengan potensi longsor paling tinggi.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, mengatakan hujan dengan intensitas lebat berpotensi memicu terjadinya tanah longsor. "Kami mengantisipasi bencana longsor di Prambanan, mengingat tahun lalu bencana longsor terjadi di wilayah perbukitan Prambanan. Secara khusus antisipasi dilakukan di empat desa," katanya, belum lama ini.

Ia mengatakan empat desa yang berpotensi longsor masing-masing Desa Sumberharjo, Gayamharjo, Sambirejo, dan Wukirharjo. Sebagai bentuk kesiapsiagaan dan antisipasi terjadinya longsor di Prambanan, BPBD memasang early warning system (EWS). Makwan mengatakan EWS yang dipasang bakal menginformasikan pergerakan tanah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement