Advertisement

Tak Terikat Kepentingan Partai, Calon Pemimpin Indonesia Harus Total

Herlambang Jati Kusumo
Minggu, 10 Februari 2019 - 03:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Tak Terikat Kepentingan Partai, Calon Pemimpin Indonesia Harus Total Cawapres Sandiaga Uno dan Cawapres Ma'ruf Amin mengambil nomor urut tahap pertama di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9/2018). - Suara.com/Muhaimin A Untung

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Calon pemimpin di Indonesia yang terpilih dalam Pemilu 2019 nanti seharusnya dapat total memberikan yang terbaik untuk bangsa ini, tidak terikat kepentingan-kepentingan partai.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman mengatakan bahwa pemimpin yang terpilih nanti harus mengingat apa yang pernah diucapkan oleh Mantan Presiden Filipina, Manuel L Quezon dan Mantan Presiden AS, John F Kenndy.

Advertisement

“Manuel dalam pidato politik pelantikannya mengatakan My loyalty to my party ends where my loyalty to my country begins, dan ucapan itu diulangi lagi John F Kenndy loyalitas saya kepada partai saya akan berakhir mana kala, loyalitas saya kepada bangsa dan negara dimulai. Indah sekali,” ucap Anwar saat acara seminar nasional Mewujudkan Keadilan Pemilu (Electoral Justice) pada Pemilu Serentak 2019, di salah satu hotel di Sleman, Sabtu (9/2/2019).

Meski begitu diakuinya untuk di Indonesia mungkin masih jarang pemimpin yang akan melakukan itu. Ia berharap ke depan para akademis atau pihak-pihak terkait untuk mengusulkan, menginisiasi adanya Undang-Undang yang dapat mengamodir apa yang pernah diucapkan Emanuel dan Kenndy.

Pada kesempatan itu ia juga mendorong adanya keadilan dalam penyelenggaran Pemilu nanti. Keadilan dinilai sebagai kunci dalam setiap permasalahan bangsa dan negara, terlebih Pemilu yang menuntukan masa depan bangsa.

Rektor UII, Fathul Wahid mengatakan Pemilu seharusnya menjadi momen yang penting untuk menghasilkan anak bangsa yang baik untuk menentukan arah bangsa ini.

Oleh karenanya mengawal proses yang berkeadilan menjadi peranan penting, tidak hanya penyelenggara Pemilu tapi semua elemen bangsa, termasuk pintu terakhir penyelesain sengketa Pemilu yaitu MK.

“Ungkapan berikut nampaknya menggambarkan situasi saat ini, kritik ke kiri, ejek ke kanan, kecam ke depan, fitnah ke belakang, sanggah ke atas, cemooh ke bawah. Ungkapan ini ditulis Bung Karno,” ucapnya.

Dikatakan Fathul ungkapan tersebut menggambarkan situasi saat ini saat demokrasi banyak dipahami sebagai tujuan bukan sebagai alat. “Pemilu yang berkeadilan sangat penting untuk merawat bangsa. Indonesia dibangun diatas keberagaman,” ujarnya.

Diungkapkannya dua hal yang berbeda sudah seharusnya tidak dianggap berdiri berseberangan secara diametral. Dalam banyak kasus yang berbeda bisa saling melengkapi ketika nilai abadi seperti kejujuran tidak dilanggar. “Pemilu jika adil InsyaAllah pemenangnya bangsa Indonesia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja
Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Jogjapolitan | 11 hours ago

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel

News
| Jum'at, 19 April 2024, 07:57 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement