Advertisement

Olok-Olok dan Makian, Kasus Kekerasan yang Paling Banyak Terjadi pada Anak Perempuan di Sleman

Yogi Anugrah
Kamis, 21 Februari 2019 - 03:57 WIB
Nina Atmasari
Olok-Olok dan Makian, Kasus Kekerasan yang Paling Banyak Terjadi pada Anak Perempuan di Sleman ILustrasi kekerasan anak. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman mencatat ada 179 kasus kekerasan pada tingkat usia anak hingga remaja di Sleman pada 2018 lalu.

Kepala DP3AP2KB Sleman Mafilindati Nuraini menjelaskan kekerasan terjadi di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan umum.

Advertisement

"Sebagian besar kasus terjadi pada anak remaja perempuan, mayoritas itu kekerasan psikis," ucap dia pada Rabu (20/02/2019).

Lebih lanjut, ia menjelaskan kekerasan psikis itu melalui verbal atau perkataan. Biasanya berupa olok-olok atau makian. Bahkan, kata dia, ada kasus penelantaran anak yang dilakukan oleh orang tua.

Pihaknya, kata dia, berupaya untuk mencegah tindak kekerasan atau perundungan yang terjadi pada anak. Caranya, dengan melibatkan orang tua untuk memenuhi hak dan kewajiban anak. Pihaknya juga rutin memberikan pengertian dan pelatihan kepada orang tua untuk tahu pola asuh anak yang benar.

"Kami berusaha menekan jumlah peristiwa. Tentu sulit untuk bisa zero kasus, tapi kami upaya minimalisir dengan berkoordinasi dengan dinas terkait," ujar dia.

Sementara itu, Yayasan Lembaga Perlindungan Anak (YLPA) DIY mengungkapkan jika saat ini masih cukup banyak kasus perundungan kepada anak di DIY, salah satunya adalah kasus perundungan seksual.

Ketua Umum YLPA DIY, Sari Murti Widyastuti mengatakn jika anak-anak di DIY masih banyak yang menjadi korban perundungan seksual. Bahkan, kasus perundungan tersebut dilakukan oleh orang terdekat korban.

"Anak-anak yang menjadi korban, bahkan oleh orangtuanya sendiri cukup banyak, atau dari teman sebaya, jadi memang ini masih menjadi PR besar. Karena penyebab juga macam-macam. Ada dugaan penyimpangan," jelas dia.

Oleh karenanya, ia mengungkapkan perlu ada edukasi terhadap anak-anak berkenaan dengan cara melindungi dirinya sendiri.

"Perlu ada edukasi terhadap anak-anak terhadap seksualitas. Mengedukasi anak itu tidak berarti mengajari anak melakukan itu. Tapi mengenalkan anak agar bisa menjaga tubuhnya sendiri," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Pneumonia Anak di China Meningkat, Kini Mulai Menyebar ke Eropa

News
| Jum'at, 01 Desember 2023, 15:27 WIB

Advertisement

alt

BOB Golf Tournament 2023 Jadi Wisata Olahraga Terbaru di DIY

Wisata
| Minggu, 26 November 2023, 23:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement