Advertisement

Ini Kelurahan di Kota Jogja yang Jadi Pusat Toko Bunga…

Lugas Subarkah
Selasa, 14 Mei 2019 - 10:37 WIB
Sunartono
Ini Kelurahan di Kota Jogja yang Jadi Pusat Toko Bunga… Ketua Paguyuban Toko Bunga Kotabaru, Wisnu, di toko bunga miliknya, Wijaya, Jumat (10/5/2019). - Harian Jogja/Lugas Subarkah.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Kelurahan Kotabaru, Gondokusuman, Kota Jogja selain memiliki banyak bangunan cagar budaya yang eksotis, juga terdapat banyak potensi yang tumbuh di kalangan warganya, termasuk menjadi pusat toko bunga.

Lurah Kotabaru, Supardi, mengatakan beberapa potensi ini diantaranya kelompok kuliner, kerajinan rajut, pengrajin bunga potong, dan lainnya. "Ada yang memang sudah berpotensi dari dulu, tinggal kami kembangkan," katanya kepada Harian Jogja, Jumat (10/5).

Advertisement

Pihak kelurahan dan Pemerintah Kota senantiasa mengembangkan potensi ini, salah satunya dengan mengikutkan kelompok kuliner dalam program Gandeng-Gendong yang bisa diakses lewat aplikasi Jogja Smart Service (JSS). Kelompok kerajinan rajut juga dikembangkan dengan pembinaan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anank (DPMPPA).

Salah satu potensi yang sudah menjadi icon Kotabaru adalah kerajinan bunga potong. Seperti telah banyak dikenal, kerajinan ini terletak di sudut utara Kotabaru. Terdapat sekitar 25 toko penjual bunga, yang melayani berbagai keperluan, seperti bunga meja, bunga papan, dekorasi dan sebagainya.

Setiap momen dalam kehidupan manusia patut diberikan bunga. Mulai dari kelahiran, ulang tahun, wisuda, perkawinan, hingga kematian. Demikian tutur salah satu pemilik toko yang juga merupakan ketua paguyuban toko bunga Kotabaru, Wisnu Pulunggono.

Sebelum menjadi pusat toko bunga, tempat ini dulunya adalah daerah hitam. Wilayah yang berbatasan dengan sungai code ini dulu difungsikan untuk pembuangan sampah, tidak ada penduduk, sangat sepi, dan jika hari telah gelap bahkan tukang becak pun tidak ada yang berani lewat. Bahkan rawan tindak kejahatan.

Tempat ini berangsur ramai setelah pemerintah memindahkan para penjual bunga ke sini, pada pertengahan 1990-an. Sebelumnya, para penjual bunga ini telah berjualan di sepanjang areal yang kini jadi parkiran Abubakar Ali hingga Stasiun Tugu. Ini sebabnya jalan itu dinamai Pasar Kembang. “Bukan kembang dalam tanda kutip, tapi memang beneran banyak penjual bunga,” kata Wisnu.

Wisnu mulai membuka tokonya sendiri sejak sekitar tiga tahun yang lalu. Ia mendapat keahlian untuk merawat dan merangkai bunga dari ayahnya, yang telah berjualan bunga sejak 1976. Sejak kecil ia telah berurusan dengan bunga-bunga, banyak belajar, hingga kini mantap melanjutkan tradisi keluarganya.

Wisnu biasa menyetok dagangannya dari petani di luar Jogja, seperti Malang, Bandungan, Ambarawa dan lainnya. Katanya, di Jogja bunga sulit tumbuh dengan baik. Jika bisa tumbuh, biasanya kualitasnya tidak maskimal. Hal ini dikarenakan kondisi geografis di Jogja tidak mendukung utnuk pertumbuhan bunga.

Kualitas bunga bisa dibagi ke dalam tiga kelas, yakni A,B dan C. Bunga kelas A adalah dengan kualitas tertinggi, yang mampu bertahan dalam waktu paling lama, bisa sampai seminggu lebih. Kelas B dan C berada di bawahnya, dengan waktu hidup semakin singkat.

Kualitas bunga dipengaruhi oleh beberapa factor, yakni ketinggian, suhu, dan perawatan petani. Wisnu sebelumnya pernah menyetok bunga dari Kaliurang. Di sana, kualitas bunga bagus, tapi kekurangannya adalah batangnya tidak kuat. “Kaliurang itu sudah lumayan bagus, tapi kurang tinggi sedikit,” katanya.

Sedangkan untuk perawatan, Wisnu biasa melakukan perawatan setiap hari, diantaranya dengan memotong batang, mengurangi daun, dan mengganti air. Kadar oksigen dalam air akan habis dalam sehari, jadi air untuk bunga harus diganti setidaknya sehari sekali.

Umur bunga potong tidak lama, yakni berkisar lima hingga tujuh hari, tergantung kualitasnya. Tapi Wisnu dan pedagang lainnya tidak pernah sampai menemui bunga mati, karena sudah laku duluan. Untuk itu, ereka biasa menyetok bunganya dua kali sepekan.

Harga bunga bisa sangat bervariasi, tergantung musim dan momen. Petani masih menggunakan sistem masa tanam bersamaan, jadi pada masa panen, harganya bisa sangat murah. Momen di masyarakat juga berpengaruh, pada momen lebaran biasanya harga bunga bisa meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Jogjapolitan | 4 hours ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Cabuli Santri, Pengasuh Pesantren Divonis 15 Tahun Penjara dan Denda Rp1 Miliar

News
| Kamis, 18 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement