Advertisement
Anak Usia PAUD dan TK Jangan Dipaksa Bisa Calistung
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK) supaya cepat bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Tidak sedikit guru PAUD dan TK juga menekankan calistung. Padahal calistung tidak dianjurkan bagi anak usia di bawah lima tahun.
Psikolog Anak dari Universitas gadjah Mada (UGM), Shinta atau yang akrab disapa Bunda Cinta mengatakan anak usia PAUD dan TK belum masanya untuk diajarkan apalagi dipakasa mampu calistung dengan cara cepat.
Advertisement
Anak-anak di usia tersebut, menurut dia belum saatnya mengalami masa pengembangan kognitif atau intelektual. “Yang harus dimaksimalkan pada usia itu adalah soal karakter dan sikap,” kata Shinta dalam bedah buku berjudul Metode Bermain Peran Inklusf Gender pada Anak Usia Dini karya Rina Roudhotul Jannah dan Sukirman yang digelar Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY di Ruang Auditorium Grhatama Pustaka, Banguntapan, Bantul, Selasa (6/8).
Shinta khawatir jika pemaksaan calistung diterapkan pada anak usia TK dan Paud maka masa anak untuk bermain bisa hilang. Padahal cara belajar anak adalah dengan bermain melalui apa yang dilihat, yang didengar dan dirasakan. “Anak usia enam tahun belum bisa calistung tidak apa-apa, harusnya khawatir anak usia lima tahun belum bisa cara berterima kasih dan cara meminta maaf. Jadi biarkanlah anak tumbuh kembang sesuai usianya,” kata Shinta.
Dia juga mengkritisi para ibu yang lebih senang anaknya anteng alias diam dengan cara memberikan gadget padahal efeknya tidak bagus. Ia meminta orangtua membiarkan anak bermain apapun selama tidak membayakan.
Menurut salah satu penulis buku Metode Bermain Peran Inklusf Gender pada Anak Usia Dini Rina Roudhotul Jannah hal-hal semacam itu dapat berdampak pada anak salah memilih jurusan ketika dewasa dan tidak bisa menentukan kemampuan dan kecenderungannya. Menurut dia dengan membiarkan anak bermain apapun malah lebih baik. “Anak laki-laki bisa menjadi ahli memasak tidak masalah atau desainer pakaian kan sebenarnya tidak masalah,” kata Rina.
Senada, Kepala Bidang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan DP3AP2 DIY, Nelly Tristiana juga menyatakan pemahaman keadilan dan kesetaraan gender harus melalui proses untuk bisa diterapkan secara maksimal dalam kehidupan bermasyarakat. “Harus dibiasakan. Tidak bisa begitu saja diterapkan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Kamis 25 April 2024, Tiket Rp50 Ribu
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Kamis 25 April 2024
- Jadwal dan Lokasi SIM Keliling di Jogja Kamis 25 April 2024
- DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
Advertisement
Advertisement