Advertisement
Jumlah Pengangguran Lulusan SMK Menurun
Ilustrasi Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji saat melihat stan inovasi karya siswa SMK dengan memanfaatkan arang tempurung kelapa untuk mengurangi gas karbondioksida pada knalpot sepeda motor, Rabu (21/11/2018). - Harian Jogja/Sunartono
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Jumlah angka pengangguran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengalami penurunan pada 2019 dibanding 2018.
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, Sriyati mengungkapkan, dari hasil survey BPS pada 2018 angka pengangguran lulusan SMK sebanyak 24.260. "Hingga Februari 2019, jumlah itu menurun menjadi 15.882 lulusan. Tapi data yang kami miliki tidak bisa menampilkan nama dan alamat," ujarnya, Kamis (8/8/2019).
Advertisement
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY, Didik Wardaya mengungkapkan, pendataan yang dipublikasikan oleh dinas, dilakukan berdasarkan warga yang mengambil kartu kuning. Sedangkan tidak semua lulusan SMK mencari kartu kuning, sebelum bekerja.
"Kemudian dinas tidak mendata anak yang bekerja seperti misalnya Tata Boga, bekerja di katering-katering dan beberapa sektor informal lainnya. Itu tidak terhitung," ungkapnya.
BACA JUGA
Kalau dihitung, lulusan SMK yang bekerja di sektor formal mencapai 30%-40%, sisanya bekerja di informal, baik itu bekerja maupun berwirausaha. "Kalau hanya melihat data dinas, mungkin yang mencari kartu kuning hanya sedikit. Seakan yang tidak mencari kartu kuning dianggap menganggur. Padahal terkadang ada pula yang cari kartu kuning tetapi tidak bekerja," katanya.
Kondisi itu pada akhirnya memunculkan kesimpulan, bahwa data yang dimiliki dinas terkait tak secara maksimal menggambarkan kondisi riil lulusan. Ditambah lagi data angkatan kerja lintas daerah yang tidak dimiliki secara terkini.
Ditanyai perihal kesesuaian kurikulum pendidikan SMK dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), Didik menyatakan kurikulum masing-masing jurusan sudah diatur dan ditentukan oleh pemerintah pusat, kecuali muatan lokal.
Hanya saja permasalahannya sekarang, jurusan yang dibuka oleh sekolah masih perlu dilihat kesesuaiannya dengan perkembangan zaman. Maka, perlu dilakukan evaluasi berkelanjutan, salah satunya menentukan apakah ada jurusan tertentu yang sudah mengalami kejenuhan.
"Memang konsep SMK itu harus seperti itu. Kalau kesesuaian dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, maka betul apa yang dikatakan mentri, kalau beberapa jurusan harus disesuaikan. Apakah dengan ditutup atau dibuat jurusan baru, seperti itu," ujarnya.
Ia menambahkan, sebetulnya saat ini sudah banyak jurusan yang pelaksanaannya mengikuti perkembangan revolusi industri. Misalnya jurusan desain grafis, atau otomotif. "Sebelumnya karburator sekarang injeksi sistem. Kan itu teknologinya berkembang, tapi tidak dengan melupakan yang lama," ucapnya.
Yang menjadi persoalan apabila SMK tidak menyesuaikan praktik di sekolah dengan perkembangan yang ada. Padahal ilmu pengetahuan harus beriringan dengan teknologi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Siklon Tropis Bakung Picu Cuaca Ekstrem meski Menjauhi Indonesia
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pegawai PPPK Bantul Terima SK Baru dalam Apel Besar 2025
- Harga Cabai di Pasar Tradisional Bantul Turun, Penjualan Masih Lesu
- Pengendalian Harga Pangan, TPID Sleman: Naik Sedikit, Masih Wajar
- 3 Keluarga Gunungkidul Segera Transmigrasi, Uang Saku Rp10 Juta
- Sultan X: Kepemimpinan Harus Beretika dan Memiliki Visi Jangka Panjang
Advertisement
Advertisement




