Advertisement
Bencana Kekeringan di DIY Makin Parah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Dampak bencana kekeringan di wilayah DIY terus meluas jika dibandingkan Juli lalu. Hingga Agustus ini bencana kekeringan berpotensi dialami 45.000 warga di 127 desa dari tiga kabupaten.
Berdasarkan data yang diperoleh Pusdalops BPBD DIY, bencana kekeringan paling banyak dialami masyarakat Gunungkidul. Di wilayah ini, potensi bencana kekeringan per 9 Agustus melanda 72 desa dengan jumlah terdampak sebanyak 38.456 Kepala Keluarga (KK). Di wilayah Kulonprogo bencana kekeringan melanda 24 desa dan berdampak pada 5.426 KK sementara di Bantul tercatat 10 desa terdampak dengan jumlah 1.288 KK.
Advertisement
Meski demikian, berdasarkan cacatan Pusdalops BPBD DIY tidak semua desa mengajukan permohonan air bersih. Di Kulonprogo misalnya, dari 24 desa yang mengalami kekeringan hanya 11 desa yang mengajukan droping air bersih di empat kecamatan (Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh).
Kabupaten terparah bencana kekeringan terjadi di Gunungkidul. Kebutuhan air bersih di 36 desa dari 13 kecamatan diperoleh dari bantuan. Sekitar 1.150 tangki sudah disalurkan sejak kekeringan melanda kawasan ini. "Permintaan air bersih melonjak dua kali lipat pada Juli kemarin. Agustus ini permintaan droping air masih relatif sama," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantara, Selasa (13/8/2019).
Selain itu, kekeringan juga berdampak pada 3.000 hektare tanaman padi puso di tiga kabupaten. Di Gunungkidul dilaporkan 2.700 hektare tanaman padi mengalami puso, 2.003 hektare rusak ringan, 763 hektare rusak sedang dan 132 hektare rusak berat. Kerusakan area pertanian padi tersebut tersebar di 12 kecamatan mulai Ponjong, Patuk, Karangmojo, Wonosari, Senin, Ngawen, Nglipar, Semanu, Girisubo, Paliyan, Gedangsari dan Playen.
Di wilayah Bantul, 37 hektare lahan pertanian padi mengalami puso, 7 hektare rusak ringan, 34,5 hektare rusak sedang dan 5 hektare rusak berat. Kerusakan lahan pertanian padi tersebut terjadi di lima kecamatan meliputi Pajangan, Imogiri, Pleret, Dlingo, Sedayu dan Kasihan. "Dampak dari pertanian seperti itu. Kebanyakan merupakan pertanian tadah hujan," kata Biwara.
Pusdalops BPBD DIY terus melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait bencana kekeringan ini. Hingga kini, dari lima kabupaten/kota hanya dua kabupaten yang mengeluarkan status darurat kekeringan. Bupati Bantul mengeluarkan surat keputusan status siaga darurat pada 12 Juli 2019, dengan No.331/2019 di mana status siaga darurat terhitung mulai tanggal 15 Juli hingga 15 Desember 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Menjamurnya Kedai Kopi, Berkah bagi Perajin Gula Aren di Banyubiru Semarang
- Sambangi Kandang Madura Malam Ini, PSS Sleman Usung Misi Menjauh dari Degradasi
- Gedung Hubdam Kodam IV Diponegoro Semarang Terbakar, Ini Total Kerugian
- Kisah Sukses Umbul Pelem Klaten, dari Ladang Cenil sampai Jadi Wisata Favorit
Berita Pilihan
Advertisement
Suplemen Diet Jepang Akibatkan 100 Orang Dirawat dan Lima Orang Meninggal
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Harga Tiket KA Bandara YIA Hanya Rp20.000, Berikut Cara Memesannya
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024
- Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja
Advertisement
Advertisement