Advertisement

Ini Analisis BPPTKG terhadap Perkembangan Aktivitas Gunung Merapi

Sunartono
Minggu, 10 November 2019 - 08:17 WIB
Nina Atmasari
 Ini Analisis BPPTKG terhadap Perkembangan Aktivitas Gunung Merapi Gunung Merapi Waspada, Selasa (22/5/2018). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas letusan pada Sabtu (9/11/2019) pukul 06.21 WIB. Sejumlah lokasi di Jawa Tengah yang berdekatan dengan Gunung Merapi dilaporkan hujan abu tipis.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja Hanik Humaida menjelaskan letusan pada Sabtu terekam di seismograf dengan amplitudo 65 milimeter dan durasi 160 detik.

Advertisement

Awan panas letusan meluncur diperkirakan sampai sejauh dua kilometer mengarah ke hulu Sungai Gendol, Sleman. Kolom asap letusan ini diperkirakan tingginya mencapai 1.500 meter dari puncak Merapi dengan condong ke arah barat.

“Akibat letusan ini, hujan abu sempat dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dengan arah dominasi ke barat sejauh 15 kilometer dari puncak. Wilayah yang terdampak hujan abu tipis dilaporkan terjadi di Wonolelo, Sawangan [Magelang] dan Tlogolele, Selo [Boyolali],” katanya, Sabtu.

Sebelumnya, awan panas letusan juga terjadi pada 14 Oktober 2019 pukul 16.31 WIB durasi 270 detik dengan amplitudo tujuh milimeter, terpantau kolom setinggi 3.000 meter persegi dari puncak. Tujuh bulan sebelumnya juga terjadi awan panas guguran pada 2 Maret 2019 sebanyak tujuh kali sejak pukul 04.51 WIB hingga 05.40 WIB dengan jarak luncur maksimal dua kilometer. Letusan pada 2 Maret ini merupakan tercatat paling banyak jumlahnya dalam kurun waktu kurang dari 60 menit, sejak Merapi ditetapkan berstatus waspada sejak 21 Mei 2018.

Hanik menambahkan sejak terjadinya letusan pada 14 Oktober 2019, data pemantauan meningkat pada 25 Oktober 2019 berupa kenaikan jumlah gempa vulkano-tektonik dalam sebanyak 12 kali. Peningkatan itu diikuti dengan kenaikan gempa dangkal kurun waktu tiga hari yaitu pada 26 hingga 28 Oktober 2019.

“Pada 28 Oktober [2019] jumlah gempa vulkano-tektonik dangkal mencapai lima kali, multiphase sebanyak 27 kali, setelah kegempaan menurun dengan jumlah rata-rata untuk VTA [gempa vulkano-tektonik dalam] dan VTB [gempa vulkano-tektonik dangkal] sekali sehari, sedangkan MP lima kali sehari,” ujarnya.

BPPTKG Jogja telah melakukan pengambilan gambar menggunakan drone pada 30 Oktober 2019 di pusat kubah lava terlihat material baru berupa sumbat lava yang terangkat, diduga terkait dengan peningkatan aktivitas pada 25 hingga 28 Oktober 2019.

Peningkatan aktivitas kegempaan untuk akhir-akhir ini terjadi pada Jumat (8/11/2019) tercatat gempa vulkano-tektonik dalam sebanyak tiga kali, vulkano-tektonik dangkal tercatat sembilan kali dan multiphase 44 kali.

“Ancaman bahaya dari letusan ini [pada Sabtu] berupa awan panas letusan yang bersumber dari material kubah lava dan lontaran material vulkanik, dengan jangkauan di atas tiga kilometer berdasarkan volume kubah lava yang sebesar 416.000 meter persegi sesuai data drone 30 Oktober 2019,” katanya.

Terkait dengan adanya lontaran material letusan dalam beberapa bulan ini, Hanik menilai masih tergolong kecil voume yang dimuntahkan, selain itu karena tersebar jadi susah untuk dipantau perkiraan volumenya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement