Advertisement

Promo November

Diserang Patek, Petani Cabai Kalasan Gigit Jari

Hafit Yudi Suprobo
Kamis, 20 Februari 2020 - 19:57 WIB
Arief Junianto
Diserang Patek, Petani Cabai Kalasan Gigit Jari Petani di Karang Kalasan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman membabat habis tanaman cabai di lahan pertanian miliknya karena terkena jamur antraknosa atau patek, Rabu (19/2). - Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Sejumlah petani cabai di Karang Kalasan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman harus gigit jari saat masa panen kali ini. Pasalnya, tanaman cabai milik mereka gagal panen lantaran diserang hama Anthraknosa.

Ketua Forum Petani Kalasan Janu Riyanto mengatakan hama yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici tersebut menyerang tanaman cabai belum lama ini. Cuaca yang labil, ia tuding jadi biang kemunculan hama yang oleh petani biasa disebut patek tersebut. "Kami kewalahan dalam menangani kehadiran jamur Antraknosa ini, perkembangannya cepat sekali. Untuk menangkal jamur, kami tidak pakai pestisida. Kami menggunakan obat organik seperti menggunakan tanaman refugia," ujar Janu, Kamis (20/2/2020).

Advertisement

Dia menjelaskan dalam kondisi norman panen cabai biasanya bisa dilakukan pada 90 hari setelah masa tanam. Upaya pemetikan dilakukan selama lima hari sekali. "Ini baru empat kali petik sudah gagal, malah sudah kena jamur, akhirnya kami pun merugi karena tidak bisa melakukan panen cabai," terangnya.

Serangan jamur patek itu, imbuh dia, menyebabkan hasil panen yang menurun drastis dari biasanya. Dalam 1.000 meter, petani seharusnya mampu memanen cabai rawit sebanyak 30-40 kilogram. Padahal lahan pertanian milik ia dan petani lainnya kurang lebih mencapai 3.000 meter.

“Tetapi setelah diserang (patek), kami cuma dapat lima kilogram, makanya banyak petani langsung membabat tanamannya. Karena petani merugi. Kami sudah tidak bisa panen lagi," kata Janu.

Setelah dilakukan pembabatan tanaman cabai, lanjut Janu, ia dan petani lainnya akan mengganti lahan yang sebelumnya ditanami cabai dengan tanaman yang lain. "Sebelumnya kami lakukan pengolahan tanah dulu karena spora dari jamur antraknosa masih tertinggal di lahan. Makanya kita olah dulu lahannya sebelum ditanami tanaman lain," ungkapnya.

Disinggung soal upaya Pemkab, dia mengaku Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman sebenarnya sudah berupaya untuk membantu petani mengantisipasi kehadiran jamur ini dengan mengirimkan obat-obatan. "Dinas sudah memberikan kami pupuk dan obat-obatan. Namun, bagaimanapun kita tidak bisa melawan alam," ujar dia.

Kabid Hortikultura dan Perkebunan DP3 Sleman Edy Sri Harmanta mengaku dinasnya sudah mendampingi petani terkait dengan ancaman jamur yang berpotensi menyerang tanaman mereka. Petani diharapkan melaporkan secara berjenjang ke DP3 jika memang ditemukan jamur di lahan pertanian mereka.

Antraknosa, lanjut Edy, memang kerap muncul di musim hujan. Oleh karena itu, ketika memasuki musim hujan petani diharapkan untuk mampu mengantisipasi kehadiran jamur tersebut. "Di lapangan ada petugas pengamat hama penyakit. Kalau di Kalasan masuk di UPT Prambanan. Di situ ada petugas yang siaga. Petani diharapkan melapor, kami siap untuk membantu," ucap Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement