Advertisement

Kasus Bunuh Diri diyakini Mistis, Warga Gunungkidul Perlu Diedukasi Hal Logis

Rahmat Jiwandono
Rabu, 11 Maret 2020 - 17:17 WIB
Bhekti Suryani
Kasus Bunuh Diri diyakini Mistis, Warga Gunungkidul Perlu Diedukasi Hal Logis Ilustrasi Bunuh Diri

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Masyarakat Kabupaten Gunungkidul didorong untuk lebih banyak diedukasi tentang hal rasional atau logis, menyusul tingginya kasus bunuh diri di wilayah ini. Bunuh diri yang biasa disebut warga pulung gantung di Bumi Handayani kerap dikaitkan dengan hal mistis.

"Sebenarnya tidak ada hubungannya antara gantung diri dengan hal mistis," kata peneliti Pusat Studi Sosial Asia Tengga (PSSAT) UGM Profesor Partini, Rabu (11/3/2020).

Advertisement

Merujuk disertasi antropologi UGM milik I Wayan Suwena, pulung gantung hanyalah hasil rekayasa masyarakat semata yang disosialisasikan turun menurun. Setelah diteliti, kata dia, pulung gantung adalah pecahan dari sebuah meteor yang menyebar di tengah lautan.

Masyarakat di Bumi Handayani memaknai pecahan meteor tersebut sebagai sebuah pulung. Pecahan meteor yang diyakini pulung itu saat melintasi sebuah rumah diyakini bakal menyebabkan penghuninya bunuh diri, apabila pikiran tengah kosong. "Sebenarnya itu fenomena alam [pecahan meteor yang disebut pulung]," katanya.

Ia menyayangkan pulung gantung dibingkai dengan nuansa mistis lalu menjadi sebuah kepercayaan. Untuk menekan kejadian bunuh diri, perlu adanya kesadaran di masyarakat.

"Pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sebaiknya membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hal yang logis soal bunuh diri, bukan dikaitkan denga mistis," kata dia.

Ketua Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji) Jaka Yanuwidiasta mengungkapkan lembaganya telah meneliti pada 2015-2018. Ia menyebutkan dari setiap peristiwa bunuh diri tidak ada faktor dominan. "Artinya setiap kejadian bunuh diri punya dimensi berbeda," ujarnya.

Jaka mengatakan faktor depresi masih menjadi penyebab tertinggi bunuh diri yang persentasenya 43%, sakit menahun 26%, tanpa keterangan 16%, gangguan jiwa 6%, ekonomi 5%, dan masalah keluarga 4%. Dia menilai statistik kejadian bunuh diri yang meliputi sebaran kejadian, pola geografis, serta pola kejadian dapat menjadi alasan bunuh diri sejatinya adalah masalah sosial.

Menurut catatan Imaji, pada 2015 ada 33 orang bunuh diri di Gunungkidul, 2016 sebanyak 33 orang, 2017 ada 34 orang, dan 2018 tercatat 33 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement