Advertisement

BPBD Jogja Bentuk Kampung Tangguh Covid-19

Lugas Subarkah
Rabu, 15 April 2020 - 17:37 WIB
Arief Junianto
BPBD Jogja Bentuk Kampung Tangguh Covid-19 Ilustrasi penyemprotan cairan disinfektan. - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Guna meningkatkan pemahaman dan kesigapan masyarakat dalam mengatasi pandemi Covid-19, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jogja membentuk Kampung Tangguh Covid-19 yang tersebar di seluruh kelurahan se-Kota Jogja.

Kepala BPBD Jogja, Hari Wahyudi, menjelaskan Kampung Tangguh Covid-19 perlu dibentuk lantaran masih acap terjadi kesalahpahaman di masyarakat tentang penanganan dan pencegahan Covid-19. “Kami bekali pengetahuan pengurangan risiko Covid-19,” ujarnya, Rabu (15/4/2020).

Advertisement

Dia mencontohkan kesalahan bisa terjadi dalam penyemprotan. Saat ini semua warga ingin rumahnya disemprot, tetapi jika obat yang digunakan untuk disinfektan ternyata bersifat porosif, penyemprotan malah bisa merusak benda elektronik di dalam rumah.

Untuk obat disinfektan ini, lembaganya menyediakan klorin yang bisa digunakan warga yang hendak menyemprot di wilayahnya. Klorin sudah dibungkus yang bisa ditakar dengan 77 liter air. “Takarannya harus benar, kalau kebanyakan air tidak efektif,” ujarnya.

Dia mengungkapkan sejak BPBD DIY berhenti menyalurkan disinfektan, saat ini seluruh warga Kota Jogja yang akan menyemprot, meminta obat ke BPBD Kota Jogja. Meski demikian, dia memastikan sampai saat ini persediaan obat masih sangat mencukupi.

Selain soal penyemprotan, BPBD Jogja juga mengedukasi warga terkait dengan penanganan dan pemantauan pendatang. Pembekalan ini ia lakukan kepada 115 KTB di Kota Jogja. Sementara kampung yang belum mempunyai KTB, ia beri arahan kepada pengurus kampung.

Kepada masyarakat, dia juga mengimbau untuk tetap berada di rumah dan menerapkan social distancing jika harus keluar. Sejauh ini, dia mengakui memang hanya bisa mengimbau dan tidak bisa menerapkan sanksi kepada warung atau angkringan yang masih sering jadi tempat kumpul warga.

“Kalau ditutup repot juga. Banyak warga yang tidak masak, saat mau makan bingung kalau warungnya ditutup. Maka imbauannya dikurangi aktivitas menongkrongnya, di warung cukup makan saja tidak perlu lama. Kembali kepada kesadaran masing-masing,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement