Advertisement

Malam 1 Sura di Jogja Tanpa Tapa Bisu Mubeng Beteng

Newswire
Rabu, 19 Agustus 2020 - 19:57 WIB
Bhekti Suryani
Malam 1 Sura di Jogja Tanpa Tapa Bisu Mubeng Beteng Kraton Jogja. - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Lampah budaya "Tapa Bisu Mubeng Beteng" Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang biasa digelar setiap malam tahun baru Jawa 1 Sura atau tahun baru Islam 1 Muharam ditiadakan untuk menghindari penularan COVID-19.

"Ditiadakan karena kondisi pandemi COVID-19 ini. Kalau dijalankan yang bergabung banyak sekali dan itu sangat berbahaya," kata Pengageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta KRT Jatiningrat saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (19/8/2020).

Advertisement

Menurut pria yang akrab disapa Romo Tirun ini, keputusan peniadaan Tapa Bisu Mubeng Beteng bukan perintah Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X, melainkan inisiatif dari para abdi dalem sendiri.

Pasalnya, ritual yang biasa diwujudkan dengan berjalan mengelilingi beteng Keraton tanpa berbicara serta diikuti ribuan warga Yogyakarta itu merupakan hajad kawula dalem atau diinisiasi oleh para abdi dalem.

"Keputusan peniadaan itu mutlak inisiatif abdi dalem. Mereka tahu sendiri. Dengan adanya protokol kesehatan di lingkungan keraton maka mubeng beteng ini ditiadakan," kata dia.

Menurut Romo Tirun, kegiatan yang melibatkan ribuan warga sangat berisiko apalagi berpotensi diikuti para wisatawan dari luar daerah.

"Di Yogyakarta ini kan wisata sudah dibuka. Biasanya wisatawan luar ikut bergabung. Itu yang tidak bisa dikendalikan," kata dia.

Meski ditiadakan, menurut dia, sebagai penggantinya beberapa abdi dalem bakal menggelar do'a bersama di Keben Keraton atau di sekitar Bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta pada Kamis (20/8) bertepatan Malam 1 Suro Jimakir 1954 pukul 21.30 WIB.

"Dilakukan para abdi dalem tanpa mengundang warga. Itu kan masih di dalam kompleks Keraton," kata dia.

Romo Tirun menjelaskan ritual "tapa bisu lampah mubeng beteng" dapat dimaknai sebagai sarana introspeksi diri terhadap apa yang dilakukan pada tahun lalu, dan memperbaiki diri memasuki tahun baru.

"Mengelilingi Beteng Keraton biasanya dengan diam tidak diperkenankan berbincang-bincang untuk memusatkan diri. Memohon maaf kepada Allah serta mensyukuri segala nikmatnya," kata dia.

Perlu diketahui, Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta merupakan ritual untuk menyambut awal tahun baru penanggalan Jawa, 1 Sura atau 1 Muharam.

Ribuan warga bersama para abdi dalem keraton yang mengikuti acara itu biasanya berkumpul di sekitar Bangsal Ponconiti Keben Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tepat pukul 00.00 WIB, mereka menyusuri jalan tanpa berbicara mengelilingi seluruh benteng keraton yang berjarak 5 kilometer.

Ritual itu dimulai dari Keben Keraton menuju Jalan Retowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, hingga Pojok Beteng Kulon, Jalan Mayjen MT Haryono sampai Pojok Benteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, Alun-Alun Utara, dan berakhir di Keben Kraton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement