Advertisement
Gara-Gara Klaster Soto Lamongan Depan XT Square, Satu RT Di-lockdown

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-- Satu demi satu rentetan penularan klaster Soto Lamongan depan XT Square mulai terkuak. Satu demi satu pembeli mulai melapor ke layanan kesehatan terdekat guna memutus rantai penularan.
Awalnya seorang pedagang Soto Lamongan diketahui positif melalui hasil Swab. Selanjutnya dari hasil Tracing, bertambah 10 orang yang dinyatakan positif. Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Jogja, Heroe Poerwadi mengatakan hingga Senin (31/8/2020) sebanyak 25 orang kontak erat kasus Soto Lamongan jalani swab atau uji usap. Dari jumlah tersebut, 11 dinyatakan positif, delapan dinyatakan negatif, dan enam orang lainnya masih menunggu hasil laboratorium.
Advertisement
"Kasus ini membuat kita harus melakukan Tracing kepada 10 [tambahan kasus] ini kemana saja interaksinya, kita coba untuk Tracing lalu untuk lakukan blocking," tambah Heroe. Disebutkan Heroe, mayoritas pasien positif dari klaster Soto Lamongan merupakan pasien asymptomatic atau tanpa gejala. "Ada 10 orang yang isolasi mandiri, satu orang yang dirawat di rumah sakit," imbuhnya.
Situasi penyebaran membuat area RT tempat tinggal pedagang soto Lamongan di wilayah Pandeyan terpaksa melakukan lockdown lokal. Bukan tanpa sebab, pasalnya dari 11 orang positif dari klaster Soto Lamongan merupakan keluarga dan karyawan yang tinggal satu rumah.
Camat Umbulharjo, Rumpis Trimintarta tak menampik bahwa atas musyawarah di tingkat wilayah, maka disepakati area RT tempat pasien klaster Soto Lamongan terpaksa diberlakukan keluar masuk satu pintu. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir mobilisasi orang keluar masuk dan mempermudah pengawasan pasien. "Ya ada petugas di wilayah yang melakukan pengawasan terhadap pasien yang isolasi mandiri, tidak bisa 24 jam tapi kita koordinasi lewat handphone dari salah satu pasien yang dituakan di rumah itu," jelasnya.
Selama lockdown lokal, Rumpis menerangkan bahwa logistik disiapkan secara swadaya masyarakat dan diberikan oleh Dinsos. Sementara pemberian multivitamin dan madu diberikan puskesmas setempat.
Rumpis juga memikirkan nasib anggota keluarga lainnya yang dinyatakan negatif. Pasalnya dalam rumah tersebut memang menjadi tempat tinggal keluarga besar. Pihaknya pun berencana menyewa rumah untuk ang keluarga yang dinyatakan negatif. "Saya kira lebih mudah mendapatkan rumah untuk yang negatif ketimbang yang positif, harus membawa ke sana ke mari," jelasnya.
Beberapa tempat telah diprospek jadi tempat tinggal sementara bagi keluarga yang negatif, salah satunya gedung sekolahan. "Ada gedung sekolahan yang baru jadi dan belum terpakai," ujarnya. Kendati demikian agaknya warga yang bersangkutan sudah tertangani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk SD dan SMP Tahun Ini Lebih Lama
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Pembangunan Dam Permanen Srandakan Dimulai Agustus 2025, Tuntas Akhir 2026
- Tren Kasus Menurun, Warga Gunungkidul Diminta Tetap Waspadai Ancaman DBD
- Triwulan 1 2025, PDRB Gunungkidul Tembus Rp7,4 Triliun
- Meninggal Dunia Saat Mengabdi, Bagus dan Eka Ingin Buat Tempat Pengelola Sampah dan Terumbu Karang untuk Penduduk Manyeuw
- Realisasi Investasi Capai Rp987 Miliar, Serapan Pekerja di Sleman Capai 3 Ribu Orang Lebih
Advertisement
Advertisement