Advertisement

Kisah Sukarelawan Pemakaman Jenazah Covid-19: Dulu Ditolak Pulang, Kini Dipuji Orang

Ujang Hasanudin
Rabu, 21 Oktober 2020 - 14:27 WIB
Nina Atmasari
Kisah Sukarelawan Pemakaman Jenazah Covid-19: Dulu Ditolak Pulang, Kini Dipuji Orang Syakir Abdul Azis bersama tim saat sedang memakamkan salah satu jenazah Covid-19 di salah satu pemakaman di Bantul, beberapa waktu lalu. - Ist/ dok Satpol PP Bantul

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL- Tidak mudah menjadi sukarelawan pemakaman jenazah khusus Covid-19, apalagi tanpa ada bayaran. Namun itu dilakukan oleh Syakir Abdul Azis, salah satu sukarelawan yang siaga 24 jam menjalani misi kemanusiaan ketika ada panggilan untuk memakamkan jenazah yang infeksius maupun terkonfirmasi positif Covid-19. Bagaimana kisahnya?

Telepon genggam Azis berbunyi pada Sabtu menjelang maghrib, 3 Oktober 2020 lalu. panggilan telepon tersebut dari Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Bantul yang menyebutkan ada salah satu rumah sakit swasta di Bantul meminta bantuan pemakaman jenazah infeksius Covid-19. Jenazah infeksius adalah pasien Covid-19 dalam perawatan dan meninggal, namun hasil swab belum keluar.

Advertisement

Baca juga: Sudah Ada 5 Karyawan Bank di Bantul Positif Covid-19

Saat itu pria kelahiran 19 Oktober 1987 itu sedang momong kedua anaknya di rumah di Dusun Suren, Desa Canden, Kecamatan Jetis. Tanpa pikir panjang ia serahkan dua anaknya kepada istri dan langsung memancal sepeda motor menuju kantor Satpol PP. Dari kantor ia hanya memiliki waktu sekitar 15 menit untuk mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap untuk menuju salah satu pemakaman di Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul.

Sementara beberapa sukarelawan lainnya mengambil jenazah dari rumah sakit. Ada 12 orang dari Satpol PP yang tergabung dalam tim khusus pemakaman jenazah. Azis salah satunya selaku koordinator pemakaman sekaligus pembawa jenazah. Sementara lainnya tim penyemprotan disinfektan pada peti jenazah dan jalan sepanjang yang dilalui jenazah serta mobil ambulans. Dua orang di antaranya adalah tim dekontaminasi dan pencopotan APD setelah digunakan.

Dalam beberapa kesempatan terkadang Azis juga ikut mengambil jenazah dari rumah sakit dan membawanya ke pemakaman yang dituju. Selesai pemakaman membutuhkan waktu sekitar empat jam. Sebenarnya proses memasukkan jenazah ke liang lahat hanya butuh waktu 15 menit, namun terkadang proses kedatangan jenazah yang cukup lama. Selain itu juga ada ritual khusus permintaan pihak keluarga, seperti mengazani dan ikamah untuk jenazah muslim.

Baca juga: Adik Ipar & Ayah Karyawan Bank di Bantul Juga Positif Covid-19

“Selama menggunakan APD kami tidak makan dan minum, kecuali nanti setelah dekontaminasi dan melepas APD. Rasanya panas, pengap, kalau yang tidak biasa bisa muntah. Alhamdulillah saya tidak muntah,” ucap Azis kepada Harian Jogja, Selasa (20/10/2020).

Pemakaman di Piyungan belum seberapa. Ayah dari dua anak ini pernah memakamkan sebanyak tiga jenazah infeksius dan jenazah terkonfirmasi positif Covid-19 dalam sehari. Ia sampai tidak bisa membayangkan bagaimana pengapnya mengenakan APD dalam waktu enam jam sehari, tidak minum dan tidak makan.

Azis juga termasuk orang yang dipercaya untuk mengazani dan ikomah jenazah Covid-19 khusus muslim. Semua tugas itu ia jalani dengan ikhlas tanpa imbalan. Azis menjadi bagian dari tim pemakaman jenazah Covid-19 pada awal Ramadan, beberapa waktu lalu. Awalnya ia sempat bimbang, namun berkat dukungan ibu dan istrinya dia memberanikan diri ikut menjadi bagian tim pemakaman jenazah Covid-19 Satpol PP Bantul, di bawah bidang Perlindungan Masyarakat (Linmas).

Azis memang salah satu tenaga bantuan (Naban) di Satpol PP yang ditugaskan di Rescue yang salah satu tugasnya adalah soal kebencanaan bersama Satlinmas Rescue Istimewa. Pandemi Covid-19 merupakan salah satu bencana yang membuat harus ikut menanganinya, termasuk kerelaan masuk dalam tim pemakaman jenazah. Ia pun meminta restu orang tua karena ia anggap tugas tersebut beresiko.

“Modal doa ibu kami pegang teguh, kami yakin kalau dapat restu tugas apa pun saya lakukan. Saya sampaikan waktu itu. Dan ibu saya bilang kalau memang itu sebuah pengabdian dilandasi iklas lakukan. Disaat orang lain tidak berani kamu harus berani,” ucap Azis.

“Pesan ibulah yang saya ingat dan menjadi penyemangat saya dalam bertugas,” imbuhnya.

Azis pun mengikuti pelatihan cara penanganan jenazah Covid-19. Tidak sembarangan jenazah Covid-19 ditanganim namun yang memenuhi tiga syarat, yakni ada permintaan dari rumah sakit, ada keterangan pasien tersebut infeksius atau terkonfirmasi positif Covid-19, serta surat kerelaan keluarga untuk dimakamkan secara protokol kesehatan.

Meski sudah mendapatkan restu dan pelatihan yang dinilainya cukup, namun ada kekhawatiran juga di keluarga. Bahkan saat awal-awal bertugas setelah melakukan pemakaman jenazah, karena keluarganya merasa khawatir akan tertular Covid-19, ia rela tidur di luar rumah selama tiga hari berturut-turut.

Selain itu kehawatiran juga datang dari tetangga. Sehingga tetangga meminta Azis untuk tidak keluar rumah setelah bertugas. Padahal tuganya harus siap sedia 24 jam jika diminta untuk memakamkan jenazah Covid-19. Akhirnya untuk keamanan bersama dia juga beberapa kali menjalani rapid test dan swab dan sampai saat ini negatif Covid-19.

Lambat laun keluarga dan warga di sekitar sudah memahami terkait tugasnya, bahkan Azis menjadi ketua Satgas Covid-19 tingkat dusun. “Alhamdulillah tokoh dan masyarakat banyak yang memuji dengan keberanian dan keikhlasan terpanggilnya jiwa saya untuk ikut dalam tim pemakaman,” kata Azis.

Kepala Satpol PP Bantul Yulius Suharta mengatakan tidak ada honor khusus bagi tim yang tergabung dalam pemakaman jenazah Covid-19. “Honornya ya sebagai tenaga bantuan saja, kalau honor khusus tidak ada. Ini memang bagi siapa saja yang terpanggil untuk ikut dalam bagian pemakaman jenazah Covid-19,” kata Yulius.

Ia mengapresiasi tim yang sudah bekerja keras dalam penanganan jenazah Covid-19 meski tanpa honor khusus karena anggaran yang disediakan hanya untuk pengadaan APD.

Lebih lanjut Yulius mengatakan tim pemakaman jenazah Covid-19 Satpol PP dibentuk karena ada keterbatasan personel di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sehingga pihaknya mendayagunakan rescue Satpol PP untuk menjadi bagian dalam penanganan jenazah Covid-19. Sebelumnya tim juga sudah mendapat pelatihan khusus terkait SOP penanganan jenazah Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Perpanjang Kenaikan HET Beras Premium untuk Jaga Stok di Pasaran

News
| Selasa, 19 Maret 2024, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement