Advertisement

Populisme Politik Bisa Dilawan dengan Nasionalisme

Abdul Hamied Razak
Kamis, 19 November 2020 - 11:47 WIB
Nina Atmasari
Populisme Politik Bisa Dilawan dengan Nasionalisme Subardi saat sosialisasi 4 pilar di hadapan warga dari kapanewon Berbah dan Depok, di Gedung Teater Ramayana, Prambanan, Sleman, Rabu (18/11/2020). Harian Jogja - Abdul Hamid Razak

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Anggota MPR Fraksi NasDem, Subardi menilai belakangan ini populisme politik kembali mencuat, seiring terjadinya berbagai acara kerumunan di DKI Jakarta. Populisme politik dikhawatirkan meluas menjadi sebuah gelombang besar dan masif, dari sebelumnya sebagai gerakan atau aksi protes.

Politisi yang akrab disapa Mbah Bardi ini menyebut paham populisme menjadi ancaman bagi persatuan bangsa, karena menggunakan narasi fanatisme ekstrim dan arogansi golongan. Ia pun mengajak masyarakat melawan populisme politik dengan ajaran Nasionalisme.

Advertisement

“Mari kita bersama-sama membangkitkan semangat nasionalisme untuk melawan populisme. Tanpa Nasionalisme, paham ini akan semakin kuat karena fanatisme yang ekstim dan arogasi kelompok. Ini dapat berakibat fatal bagi persatuan bangsa,” kata Mbah Bardi, sapaan akrabnya, Kamis (19/11/2020).

Baca juga: Alhamdulillah, 50% Warga Ponpes di Bantul Sembuh Dari Covid-19

Gerakan populisme politik kian berkembang sejak tahun 2016 silam, menjelang Pilkada DKI Jakarta. Hingga saat ini, lanjut Subardi, gerakan populisme dimanfaatkan oleh elit politik untuk mendulang suara.

“Harus diakui, gerakan ini sulit dihentikan karena dimanfaatkan oleh elit politik. Mereka para elit politik yang rakus kekuasaan dan minim gagasan itu, menjadikan basis massa yang besar sebagai komoditasnya,” terangnya.

Populisme di Indonesia cenderung identik dengan narasi penindasan maupun pembelaan terhadap agama. Berbeda dengan populisme di banyak negara luar seperti Perancis dan Australia yang pernah mengalami gelombang populisme dengan gerakan anti-Imigran. Namun pada intinya, populisme adalah paham yang anti plural. Efeknya, paham ini akan mengancam nilai persatuan dan kesatuan, termasuk nilai kesetaraan dan kemanusiaan.

Baca juga: Indonesia Siapkan 3 Opsi untuk Penyelenggaraan Haji 2021

Bagi Subardi, pentingnya Nasionalisme dapat ditinjau dari perspektif sejarah. Para pendiri bangsa mengunakan doktrin Nasionalisme sebagai pengikat segala perbedaan (pandangan ataupun kedaerahan) hingga menjadi sebuah bangsa merdeka. Melalui semangat itulah seluruh komponen 4 pilar bangsa (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) memuat ajaran Nasionalisme.

“Nasionalisme adalah ajaran yang digunakan para sesepuh kita mendirikan bangsa. Hanya dengan Nasionalisme kita semua terikat menjadi sebuah bangsa. Ini harus dirawat. Kalau muncul gerakan-gerakan anti-nasionalisme termasuk yang sekarang marak populisme, solusinya ya harus dilawan. Bangkitkan lagi semangat Kebhinekaan itu,” tutup Subardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement