Advertisement

Institut Ungu Gelar Dialog Seni dan HAM

Media Digital
Jum'at, 27 November 2020 - 16:27 WIB
Sunartono
Institut Ungu Gelar Dialog Seni dan HAM Kegiatan diskusi HAM. - Ist.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Institut Ungu menggelar sejumlah rangkaian dalam rangka menyambut 16 Hari kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan Hari Hak Asasi Manusia, pada 25 November hingga 10 Desember 2020.

Direktur Institut Ungu Faiza Mardzoeki menjelaskan tujuan kegiatan itu untuk mengajukan gagasan bahwa Hak Asasi Manusia dan seni, termasuk seni teater, mempunyai hubungan yang sangat dekat dan saling membutuhkan. Apabila Hak Asasi Manusia dan demokratisasi mempunyai tempat dan penghargaan yang baik, seni akan berkembang dengan kaya dan dinamis.

Advertisement

“Ini akan juga mendorong terbentuknya sebuah kehidupan kebudayaan yang terbuka dan demokratis. Karya-karya seni juga bisa sesuatu yang menjelaskan, bahkan membela hak asasi,” dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Jumat (27/11/2020).

Ia menambahkan dalam rangkaian kegiatan ini ada perhelatan teater film Waktu Tanpa Buku. Merupakan pertunjukan daring teater film dari produser Faiza Mardzoeki yang digarap oleh lima sutradara perempuan yaitu Ramdiana dari Aceh, Heliana Sinaga dari Bandung, Ruth Marini dari Jakarta, Shinta Febriany dari Makassar dan Agnes Christina dari Yogyakarta. Selain itu melibatkan seniman teater Wawan Sofwan untuk menjadi konsultan pertunjukan.

Pertunjukan ini dikerjakan dengan pendekatan aspek-aspek teater dan film. Pembacaan para sutradara terhadap naskah WTB dari awal sudah dengan kesadaran bahwa pertunjukan ini akan diselenggarakan secara daring. Sehingga mereka menyiasati tidak terpaku pada kaidah pemanggungan saja. Mereka juga berpikir tentang pengambilan adegan secara sinematik. Setiap sutradara menggalinya melalui diskusi, mencari referensi dan sudah melibatkan dari awal sudut pandang kamera.

“Meskipun ada juga sutradara yang tetap mempertahankan sesuai dengan kaidah pemanggungan teater, tetapi tetap  memperhitungkan sudut dan posisi kamera dalam prosesnya. Dengan begitu, para sutradara ini sudah memiliki kesadaran penuh untuk menghadirkan kamera tidak hanya sebatas dokumentasi,” katanya.

Ia menambahkan kegiatan selanjutnya adalah peluncuran buku naskah drama dan Teater Film WTB pada tanggal 25 November yang menghadirkan tim kerja teater film, dramawan Nano Riantiarno dan perwakilan dari Kedutaan Norwegia, sebagai pendukung kegiatan ini. Di hari yang sama, acara diskusi Seni & HAM dengan topik pembahasan Bagaimana seni bisa berperan dalam pembelaan Hak Asasi Manusia dan Keadilan Sosial dengan menghadirkan pembicara pekerja seni yang telah melahirkan karya-karya kuat bicara isu-isu HAM masalah keadilan sosial lainnya.

Acara lain yaitu diskusi “Antar Generasi Bicara HAM” berupa podcast yang akan dirilis melalui platform spotify dan youtube. Diskusi ini mengajak mahasiswa, pengajar, seniman dan penyintas korban pelanggaran HAM masa lalu, yang akan dirilis pada tanggal 23 November 2020. Lalu Pembuatan video „Anak Muda Bicara HAM" melibatkan pelajar dan mahasiswa yang akan dirilis apda tanggal 30 November 2020.

Sebagai penutup rangkaian acara „Dialog Seni & Ham", menghadirkan diskusi dengan tema „Women"s Rights Are Human Rights" pada tanggal 10 Desember 2020 dengan topik pembahasan “Apakah secara umum perempuan Indonesia sudah terpenuhi Hak Asasinya dan bagaimana negara bisa memenuhi dan melindungi hak asasi perempuan tanpa diskriminasi’

Keseluruhan acara ini menghadirkan para pembicara pekerja teater, sastrawan, pembuat film yang sudah berkiprah nyata misalnya Linda Tagie, Dicky Senda, Nano Riantiarno, Naomi Srikandi, Yulia Evina Bhara, Fanny Chotimah, Hafez Gumay dan Band Tashoora. Juga menghadirkan akademisi muda dan para aktivis hak asasi manusia dan hak-hak perempuan serta kesetaraan gender yang secara konsiten dan aktif terus terlibat menyuarakan berbagai isu penting yang berurusan dengan hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Mereka misalnya Dana Fahadi, Ayu Diasti Rahmawati, Mutiara Ika Pertiwi, Ris Carolina, Anindya Vivi dkk.

“Kegiatan ini didukung oleh Kedutaan Norwegia di Jakarta. Kemudian berkolaborasi dengan grup teater dalam memproduksi teater film WTB, yaitu Kala Teater Makassar, mainteater Bandung, Ruang Kala Jakarta dan Serikat Teater Sapulidi Aceh. Beberapa lembaga seperti Yousure (Youth Centre Studies, UGM), Kontras, Amnesty Internasional, Perempuan Mahardhika, Jakarta Feminist dan jaringan seni yaitu Koalisi Seni Indonesia, Sahabat Seni Nusantara dan Jaringan Seni Perempuan turut serta bersinergi memberi dukungan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Airlangga Hartato Sebut Jokowi Milik Bangsa dan Semua Partai

News
| Rabu, 24 April 2024, 16:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement