Advertisement
Kulonprogo Genjot Peningkatan Tanaman Bawang Merah
Advertisement
Harianjogja.com, SENTOLO--Penanaman bawang merah yang masuk dalam komoditas unggulan di Kulonprogo terus diupayakan oleh petani di sejumlah wilayah. Pengembangan kawasan produksi bawang merah selain di kapanewon Sentolo juga terdapat di kapanewon Panjatan, Wates, Galur, Pengasih, Temon dan Lendah.
Bupati Kulonprogo Sutedjo mengatakan kapanewon Sentolo memiliki luas tanam bawang merah pada musim tanam Agustus 2021 seluas 406 hektar. Angka tersebut meningkat dari tahun 2020 yang hanya seluas 387 hektar. Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri kegiatan panen bawang merah Kelompok Tani Suka Makmur, dusun Sukoponco, kalurahan Sukoreno, kapanewon Sentolo, beberapa waktu lalu.
Advertisement
Dikatakan Sutedjo, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tidak terdampak langsung oleh pandemi Covid-19. Pada 2020, sektor pertanian berhasil menyumbang PDRB 2020 mencapai 14,56 persen.
“Pesan saya untuk para kelompok tani, jadilah petani yang berkualitas, inovatif, dan kompetitif, sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian yang berkualitas dan berhasil guna bagi masyarakat, serta mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian yang dihadapi,” kata Sutedjo pada Selasa (19/10/2021).
Senada dengan Bupati, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto menjelaskan satu-satunya sektor yang masih tumbuh dengan positif dan memberikan kontribusi kepada perekonomian nasional di era PPKM berjenjang sebesar 16,4 persen hanyalah sektor pertanian.
“Harapannya masyarakat petani di wilayah Sukoponco, kalurahan Sukoreno, kapanewon Sentolo, khususnya Kulonprogo dan DIY bisa terangkat kesejahteraannya melalui kegiatan olah tetanen. Kami berupaya untuk mendampingi supaya olah tetanen dari petani benar benar lebih maju, lebih baik, dan mendapatkan harga yang sangat menguntungkan," terang Sugeng.
Lurah Sukoreno, Olan Suparlan, menyampaikan hasil penen bawang yang dilaksanakan di wilayahnya masuk kategori baik. Walaupun, ada permasalahan yakni hama ulat yang dihadapi oleh sejumlah petani.
"Harapannya, apabila nanti terdapat program dari pemerintah yang mendukung di bidang pertanian, khususnya bawang merah, agar bisa dapat bantuan alat atau lampu light, untuk mengurangi adanya kupu-kupu, yang menyebabkan terjadinya penyebaran hama ulat tersebut," kata Olan.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh petani bawang adalah soal harga. Harga bawang di pasaran yang belum mampu mencapai break even point (BEP) dinilai oleh Olan juga menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh petani bawang di wilayahnya. Olan mengharapkan agar dinas terkait mampu melakukan intervensi.
“Kemudian yang tidak kalah pentingnya, permasalahan yang ada di sini adalah mengenai harga. Saat ini, semakin banyak petani yang menanam bawang merah. Tetapi, ketika memanen bawang merah, harganya turun sangat drastis," ungkap Olan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dari Luar Negeri? Jangan Lupa Isi e-CD Jika Turun di YIA
- 576.619 Penumpang Mudik Naik KAI Commuter Wilayah 6 Yogyakarta selama Lebaran 2024
- DPD Golkar Kota Jogja Pastikan Penjaringan Singgih Raharjo Tak Ada Masalah Meski Masih Jadi Pj Wali Kota
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Kamis 25 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Advertisement