Advertisement
Cuaca Ekstrem, Simak Persebaran Kawasan Rawan Bencana di Sleman Berikut Ini!

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem. Salah satunya terkait potensi banjir lahar hujan Merapi.
Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono menjelaskan selain menyiagakan tim reaksi cepat BPBD juga menambah sensor sistem peringatan dini (EWS) di lereng Merapi. Sensor tersebut berfungsi untuk memantau lahar hujan merapi jika intensitas hujan yang turun di puncak Merapi tinggi. Total terdapat 21 sensor EWS di lereng Merapi.
Advertisement
Apalagi pada Selasa (19/10/2021) terjadi banjir lahar hujan di Kali Boyong akibat tingginya intensitas hujan saat itu. Meskipun material Merapi yang dibawa hanya sampai di Timur Bukit Turgo. "Kami terus memantau perkembangan dengan menyiapkan relawan TRC BPBD Sleman serta relawan pemantau dari Turgo Asri," kata Joko, Kamis (21/10/2021).
Terkait potensi bencana ekstrim tahun ini, kata Joko, BPBD Sleman selalu memantau perkembangan cuaca yang disampaikan BMKG. Berdasarkan laporan BMKG, katanya potensi cuaca ekstrem diperkirakan muncul pada awal November. BPBD akan membuat surat ke kapanewon untuk menyiapkan kegiatan mitigasi.
Baca juga: Terduga Perusak Bus Tim Arema FC di Jogja Ditangkap Polisi, Ternyata Bonek
"Kami juga sudah mengirimkan surat edaran kepada masing-masing kapanewon untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Masing-masing kapanewon sudah menggerakkan Unit Ops di tingkat kalurahan," katanya.
BPBD sudah memasang tiga EWS di wilayah Prambanan untuk mengantisipasi potensi bencana longsor. Ketiga EWS ini juga didukung dengan 11 EWS lainnya yang tertanam di tiga kalurahan. Mulai dari Sambirejo, Wukirsari dan Gayamharjo.
"Kami mengingatkan Masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem ini. Kalau ada potensi bencana atau peringatan dini dari BMKG, kami langsung sampaikan ke masing-masing kapanewon," katanya.
Berdasarkan Perda No.12/2012 tentang RTRW Sleman, Pemkab menetapkan kawasan rawan bencana meliputi Kawasan rawan bencana tanah longsor, meliputi Kapanewon Gamping dan Prambanan seluas kurang lebih 3.303 hektar.
Kawasan Rawan Kekeringan
Kawasan rawan bencana kekeringan berada di Kapanewon Prambanan seluas kurang lebih 1.969 hektar. Kawasan rawan bencana gunungapi yang meliputi area terdampak langsung letusan Merapi 2010 seluas kurang lebih 1.578 hektar meliputi Kapanewon Ngemplak, Pakem, dan Cangkringan.
Selain itu, kawasan rawan bencana Merapi III seluas kurang lebih 3.302 hektar meliputi Kapanewon Ngemplak, Turi, Pakem, dan Cangkringan serta kawasan rawan bencana Merapi II seluas kurang lebih 3.279 hektar meliputi Ngemplak, Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan.
Ada pula kawasan rawan bencana Merapi I seluas kurang lebih 1.357 hektar meliputi Mlati, Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Tempel, Pakem, dan Cangkringan. Kawasan rawan gempa bumi seluas kurang lebih 13.782 hektar tersebar di seluruh kecamatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Donald Trump Tak Sabar, Beri Ultimatum Iran untuk Menyerah Tanpa Syarat
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Harga Bawang Merah di Bantul Capai Rp40.000 per Kilogram, Ini Penyebabnya
- Pasar Pangan Sehat hingga Sinau Bareng Kiai Kanjeng dan Sabrang MDP di Rangkaian 25 Tahun Sanggar Anak Alam
- Keluarga Desak Polda DIY Rilis Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Libatkan Mbah Tupon
- Tak Punya Anggaran, Pembangunan Jalur Wisata ke Pantai Ngobaran Gunungkidul Berhenti Bertahun-tahun
- 1.259 Orang di Sleman di PHK, Dinas Siapkan Program Taksi Pekerja Hingga Pelatihan
Advertisement
Advertisement