Advertisement
Pandemi Lahirkan Jutaan Pengangguran Baru di Indonesia

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Selama dua tahun terakhir diperkirakan ada jutaan lulusan SMA dan perguruan tinggi yang menganggur akibat pandemi Covid-19. Untuk mengurangi jumlah pengangguran, pemerintah harus terus membuka dan memperluas lapangan kerja baru.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Sartono, mengatakan setiap tahun ada sekitar 3,45 juta pencari kerja baru. Rinciannya, sebanyak 1,8 juta pencari kerja baru lulusan SMA/SMK dan 1,65 juta lulusan perguruan tinggi. "Totalnya ada sekitar 3,45 juta pencari kerja baru setiap tahun. Nah, selama pandemi Covid-19, ada sekitar tujuh juta pengangguran baru. Ini baru perkiraannya," kata Agus seusai meresmikan Masjid Al-Ittihad di Dusun Nglempong, Umbulmartani, Ngemplak, Sabtu (30/10/2021).
Jumlah tersebut bisa bertambah manakala banyak pekerja yang terkena PHK atau dirumahkan akibat perusahaannya terdampak pandemi. "Belum lagi usaha-usaha yang terdampak pandemi, maka jumlah pengangguran bisa lebih banyak," katanya.
Selain akibat pandemi Covid-19, penambahan jumlah pengangguran disebabkan perubahan lapangan kerja yang memanfaatkan layanan media digital. Kondisi ini terjadi karena pekerjaan yang sebelumnya bisa dikerjakan oleh manusia saat ini diganti oleh teknologi aplikasi.
"Contohnya bisnis kuliner dari rumah. Satu sisi jualan menggunakan platform digital selain jangkauannya semakin luas juga dinilai praktis. Di sisi lain, kecepatan untuk penciptaan lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja," katanya.
Menurut Agus, untuk mengurangi angka pengangguran pemerintah terus berupaya membuka lapangan kerja baru. Salah satunya melalui pemberian kartu prakerja yang jumlah sasarannya mencapai lebih dari 10 juta orang. Pemberian kartu prakerja ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pencari kerja.
Agus berharap agar masyarakat tidak terlena dengan penurunan kasus Covid-19. Alasannya, di negara-negara maju penularan Covid-19 kembali naik karena warganya terlalu euforia dengan penurunan kasus Covid-19. "Tolong agar masyarakat dimulai dari lingkungan terkecil [keluarga] tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Kalau keluar rumah wajib pakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan sabun," katanya.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Sleman, Shavitri Nurmala Dewi mengatakan per 31 Oktober terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak delapan kasus dan empat kasus sembuh tanpa ada kasus kematian. Total terdapat 264 kasus aktif di Sleman dengan rincian 56 dirawat di rumah sakit, tujuh dirawat di selter isolasi terpadu dan 201 menjalani isolasi mandiri. "Total warga Sleman yang terkomfirmasi positif sebanyak 54.548 kasus, sembuh 51.884 kasus dan meninggal dunia 2.400 kasus," katanya.
BACA JUGA: Laptop Harga 6 Jutaan Terbaik, Mulai Axioo Mybook Hingga Acer Aspire
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kadin Menilai Tenaga Kerja dari Gunungkidul Terbaik Se-DIY, Ini Alasannya
- Sepekan, Merapi Luncurkan 236 Guguran Lava
- Pemkab Temukan Data Baru, Ternyata Hari Jadi Gunungkidul Bukan 27 Mei
- Salah Lempar Kursi ke Pengendara Motor, Pria di Gunungkidul Ini Nyaris Dimassa
- Berdiri di Lahan Sawah yang Dilindungi, Bangunan di Jogja Ini Disegel Satpol PP
Advertisement
Advertisement