Advertisement
Bahas Media, Politik & Agama, Konferensi Penyiaran Akan Digelar di UIN Sunan Kalijaga

Advertisement
Harianjogja.com, DEPOK--UIN Sunan Kalijaga akan menjadi tuan rumah dalam Konferensi Penyiaran Indonesia pada tahun 2022 mendatang. Acara ini diselenggarakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat bekerja-sama dengan Center of Communication Studies and Training (ComTC) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) UIN Sunan Kalijaga.
Seminar series 1 diselenggarakan di hotel Prime Plaza pada Sabtu (11/12). Seminar yang mengangkat tema Pemetaan Topik dan Permasalahan Media dan Komunikasi Era Digital ini menghadirkan sejumlah narasumber, termasuk Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin dan Komisioner KPI Pusat, Yuliandre Darwis.
Advertisement
Seminar ini juga menghadirkan Alem Febri Sonni dari Universitas Hasanuddin selaku penyelenggara konferensi Penyiaran Indonesia yang pertama pada tahun 2019 lalu, yang akan berbincang kiat sukses penyelenggaraan konferensi penyiaran Indonesia.
Al Makin menjelaskan sebagai tuan rumah dalam konferensi penyiaran Indonesia pada tahun 2022 mendatang, UIN Sunan Kalijaga memiliki kepentingan pada tiga hal, yakni kepentingan politik, media dan agama. Menurutnya tidak ada perguruan tinggi yang bisa membahas tiga hal ini secara komprehensif selain di kampus UIN Sunan Kalijaga.
Misal tentang kritik siaran agama, UIN Sunan Kalijaga yang punya otoritatif, karena UIN memiliki tiga basis sekaligus yakni pesantren, NU dan Muhammadiyah. Tentang isu media mainstream bersaing dengan media sosial, UIN Sunan Kalijaga memiliki kiat khusus untuk mendiskusikannya, sehingga dua-duanya memiliki porsi yang pas untuk bisa memberi pencerahan kepada masyarakat,” katanya.
Tentang isu agama dan politik, UIN Sunan Kalijaga memiliki banyak karya riset tentang hubungan keduanya, dan bagaimana seharusnya agama berperan di ranah politik. Masyarakat perlu norma, etika, moral dalam berpolitik, dan itu agama seharusnya dapat berperan dalam menghadirkan politik yang bermartabat.
Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga, Siswanto Masruri, menambahkan sampai saat ini penyiaran Indonesia masih menyisakan dampak negatif berupa penyakit zahiriah, yakni penyakit yang diderita masyarakat Indonesia akibat salah melihat, salah mendengar, salah mengucap, salah merasakan, salah mencium dan salah mempersepsi.
Agar itu bisa dikikis maka lembaga penyiaran dan masyarakat perlu banyak mengasah sisi-sisi kemanusiaan. “Agama harus dapat menemukan bahasa yang tepat, sehingga agama bisa benar benar berperan sebagai motivatif, inovatif, sublimatif dan integratif yang membimbing masyarakat Indonesia dapat melalui jalan Sirotol Mustaqim, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat,” ujarnya.
Melalui seminar series ini diharapkan dapat secara intensif memikirkan tema-tema. Terutama tema-tema agama. Pihaknya masih prihatin. Di era 4.0, siaran agama masih menjadi komoditas dan proses pembodohan masyarakat. Di samping itu, juga diharapkan dapat mendorong media televisi dapat memperkuat siaran agama yang otoritatif, humanistik dan mencerahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kerugian Negara Akibat Kasus yang Menjerat Tom Lembong Rp194 Miliar
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Jalur dan Titik Keberangkatan Trans Jogja Melewati Kampus, Sekolah, Rumah Sakit, dan Malioboro
- Ubur-ubur Sudah Bermunculan di Sejumlah Pantai Kulonprogo, Wisatawan Diminta Waspada
- Disnakertrans Bantul Alokasikan Anggaran JKK dan JKM untuk Masyarakat Miskin Esktrem
- Sekolah Rakyat di DIY Masih Kekurangan Guru, DPRD Nilai Terlalu Terburu-Buru
- DPRD dan Pemda DIY Sepakati Perubahan APBD 2025, Pendapatan dan Belanja Turun
Advertisement
Advertisement