Mengenal Pengaruh Belanda & China di Malioboro, Begini Pembagian Gaya Arsitektur dari Utara ke Selatan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Fasad atau muka bangunan di Jalan Malioboro akan dibenahi secara bertahap, dimulai dengan penyeragaman cat berwarna putih. Dalam perkembangan sejarahnya, bangunan di sepanjang jalan paling legendaris di Kota Jogja ini dipengaruhi tiga gaya arsitektur, yakni Belanda, China, dan modern.
BACA JUGA: Kembalikan Malioboro Seperti Zaman Dulu, Hampir Separuh Toko Sudah Dicat Putih
Advertisement
Sebagaimana dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, toko-toko di sepanjang Jalan Malioboro mulai dibangun pada akhir abad ke-19, dan mulai banyak bermunculan pada awal abad ke-20, yaitu antara tahun 1900 sampai dengan 1930-an.
Pertokoan yang ada di sepanjang Jalan Malioboro terdiri atas toko onderdil mobil, toko sepeda, apotek, toko musik, toko buku, salon, dan kantor asuransi. Corak bangunan yang menonjol adalah Indis transisional. Arsitektur Indis adalah campuran gaya Belanda dan Jawa. Corak tersebut juga banyak dipakai untuk bangunan-bangunan perkantoran yang ada di pusat Kota Jogja.
Sebagai pertokoan, corak yang menonjol pada bangunn di Malioboro adalah gable dengan bermacam ragam hias untuk memperkuat tampilan fasad. Corak menonjol di sudut utara Jalan Malioboro atau selatan Stasiun Tugu adalah dengan stepped gable. Di depan Grand Inna Malioboro (dahulu Hotel Garuda) terdapat bangunan dengan gable berbentuk lonceng yang mencolok yang dulu digunakan untuk Apotek Juliana. Di sebelah kirinya terdapat sebuah bangunan dengan fasad langgam arsitektur art deco.
Corak lainnya adalah arsitektur Tionghoa atau China yang menggunakan atap pelana dan mahkota dinding atap dengan model kopel atau rumah deret. Rumah bergaya Tionghoa di sepanjang Malioboro didominasi dengan model dua lantai dengan teras di bagian lantai atas. Rumah toko dua lantai dibedakan menjadi dua, yaitu lantai atas depan dengan pintu dan tanpa pintu. Lantai atas dengan pintu utama di depan terdapat dua buah jendela di sisi kiri dan kanannya, serta dilengkapi dengan pagar teras. Sementara, lantai atas depan tanpa pintu dan hanya dilengkapi dengan dua buah jendela.
Saat ini, pertokoan dengan fasad yang mempunyai karakteristik Indis dan Tionghoa tersebut sebagian besar tertutup baliho reklame toko sehinggacorak autentik bangunan tidak tampak karena tertupup fasad kontemporer.
Dominasi China
Sementara, dalam makalah berjudul Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta yang disusun Adinda Rafika Dani dan Djoko Wijono, pada 2017, bangunan di Malioboro disebut punya tiga corak. Adinda dan Djoko yang meneliti 87 bangunan pertokoan mengatakan langgam bangunan di Malioboro didominasi gaya China. Mereka menyebut langgam bangunan di Malioboro terdiri natas bangunan Pecinan (China) 52%, Indis 29%, dan modern 19%.
Pengaruh budaya Belanda dan China sangat mencolok dalam pembangunan fasad pertokoan di Jalan Malioboro.
Pengaruh Belanda mendominasi bangunan pertokoan di jalan Malioboro sisi utara. Lokasi toko yang berdekatan dengan Stasiun Tugu yang dibangun oleh Belanda untuk memperkuat jalur transportasi berpengaruh pada bangunan
yang berada di sekitar stasiun. Sementara, pangunan pertokoan di area tengah mendapat pengaruh modern karena keberadaan Malioboro Mall sejak tahun 1998.
Adapun pengaruh budaya China mendominasi bangunan pertokoan di Malioboro sisi selatan. Pengaruh ini muncul karena keberadaan Kampung Ketandan yang merupakan kampung Pecinan di area ini. Kampung Pecinan di selatan Jalan Malioboro mulai terbentuk pada 1760-1831. Sejak 1916, kawasan Malioboro sebelah selatan
dikenal permukiman kaum Tionghoa di Kota Jogja. Permukiman ini berkembang lagi ke arah utara seiring dengan pembangunan Pasar Beringharjo pada 1925.
Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi, mengatakan saat ini Pemkot Jogja telah memulai proses pengecatan ulang. Berdasarkan koordinasi dengan peguyuban pemilik toko, mereka bersedia mengecat ulang toko secara mandiri.
Setelah adanya pengecatan ulang, Pemkot Jogja akan memikirkan langkah-langkah untuk menata fasad agar sesuai dengan corak Malioboro.
BACA JUGA: Warna Diseragamkan, Persiapan Malioboro Khusus Pejalan Kaki Kian Serius
“Pada saatnya fasad akan kami tata, sepanjang 1,2 kilometer, kiri kanan. Sekarang kami fokus perbaiki fasilitas-fasilitas dulu, yang rusak-rusak kami benahi semuanya,” kata Heroe.
“Langkah pertama pengecatan, kemudian baru dilakukan penataan fasad-fasadnya. Dalam tiga bulan seharusnya [pengecatan] bisa selesai juga, karena itu bagian dari penertiban fasilitas-fasilitas Malioboro.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ini Lima Nama Pimpinan KPK Periode 2024-2029 yang Ditetapkan DPR
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pungli Lapas Cebongan: Eks Pejabat Minta Uang Selamat Datang hingga Setoran Mingguan ke Narapidana
- Petugas Damkar Evakuasi Ular di Area Bermain Anak TK di Bantul
- Penyesuaian HET LPG 3 kg di DIY, Antara Kebutuhan dan Stabilitas Pasar
- Kenaikan PPN 12%, PHRI Gunungkidul : Ada Potensi Terjadi PHK
- Tutup Tahun Kian Dekat, Pemkot Jogja Kebut Pembangunan di Sejumlah Titik Ini
Advertisement
Advertisement