Cerita Kafe di Kraton Jogja yang Dikelola Seorang Tuli
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebuah kafe di kawasan Kecamatan Kraton, Kota Jogja, dikelola oleh seorang tuli.
Berikut laporannya dari wartawan Harian Jogja, Lajeng Padmaratri.
Advertisement
BACA JUGA: Akhirnya! Pembangunan Fisik Tol Pertama di Jogja Dimulai Akhir Bulan Ini
Dari luar, bangunan sebuah kafe yang terletak di Jalan Langenarjan Lor No. 16A Panembahan, Kraton, Kota Jogja itu sama saja seperti kafe-kafe di Jogja pada umumnya. Di sana ada beberapa bangku untuk pengunjung dan sebuah meja kasir.
Sebuah papan tulis memuat informasi nama kafe dan jam buka. Kasuli, Open 4-10 PM. @kasuliyogyakarta. Kasuli adalah kepanjangan dari Kafe Susu Tuli, nama kafe itu.
Dari balik meja kasir, Ahmad Roby Nugroho sudah menunggu. Pria berusia 29 tahun itu merupakan pemilik sekaligus pengelola Kasuli. Dengan gestur tangan, ia langsung meminta saya untuk duduk di salah satu bangku.
"Kamu sendiri?" tanya Ahmad melalui memo yang tertulis pada layar gawainya. Saya pun mengangguk untuk memberinya jawaban. Tak lama, ia masuk ke dalam kafe memanggil kawannya yang bisa membantu kami berkomunikasi.
Ahmad seorang tuli. Ditemani oleh Nels, seorang penerjemah bahasa isyarat, Ahmad menceritakan pengalamannya mencoba berdikari sebagai seorang disabilitas dengan membuka sebuah kafe.
"Aku mengelola kafe ini sejak Agustus 2019. Awalnya karena melihat tren perkembangan kafe di Jogja, rata-rata menjual menu kopi, lalu aku pengin bikin konsep yang berbeda, jadi bikin kafe susu," kata Ahmad, Selasa (1/3/2022) lalu.
Sebelumnya, Ahmad bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus pada isu disabilitas sejak 2017. Menjelang kontrak kerjanya selesai, ia pun terpikir mendirikan usaha sendiri.
"Pengin buka usaha sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi teman-teman. Awalnya saya sama satu orang teman, tapi karena dia ada kesibukan lain lalu sekarang saya mengelola sendiri," ujarnya.
Pria kelahiran Jogja ini pun bertekad berbisnis sebagai salah satu upayanya memperkenalkan budaya tuli dan bahasa isyarat kepada publik. Di kafenya, pelanggan bisa menikmati sajian susu sekaligus belajar bahasa isyarat.
"Kafe ini terbuka untuk umum. Tapi penginnya lebih banyak Teman Dengar [individu yang tidak memiliki gangguan pendengaran atau non-difabel] yang datang ke sini karena sekalian biar memperkenalkan budaya tuli, bahasa isyarat, jadi makin banyak orang yang bisa paham bahasa isyarat," ujar Ahmad.
BACA JUGA: Jembatan Kretek II Penyambung JJLS di Bantul Hampir Jadi, Desainnya Bajak Sawah
Di salah satu sisi dinding kafe, tertempel deretan foto seseorang menunjukkan pose alfabet bahasa isyarat. Kepada pengunjung yang tertarik belajar, Ahmad dan Nels dengan senang hati juga akan mengajari mereka mempraktikkan bahasa isyarat.
"Teman-teman bisa mulai belajar isyarat dasar, seperti alfabet A-Z itu sudah cukup buat komunikasi dengan teman-teman tuli. Biasanya setelah itu pengunjung kepo dengan bahasa isyarat dari benda-benda tertentu, jadi mereka akan nunjuk-nunjuk benda dan nanya bahasa isyaratnya apa, jadi belajar dari benda yang ada di sekitar sini aja," katanya.
Galeri Seni
Selain jadi kafe, Kasuli juga difungsikan sebagai pusat kegiatan sejumlah komunitas, mulai dari pameran karya seni rupa, fotografi, hingga produksi pentas seni. Sebagai lulusan Prodi Seni Rupa ISI Jogja, Ahmad juga memajang sejumlah karya lukisannya di sana.
Kasuli diharapkan bisa menjadi galeri yang rutin digunakan bagi komunitas lain berpameran. Sebab, selama ini banyak pengunjung dari kalangan orang dengar yang datang karena mengunjungi pameran sekaligus menjadi pelanggan di Kasuli.
"Kebanyakan pelanggan di sini memang Teman Tuli. Tetapi, Teman Dengar juga enggak kalah banyak, biasanya ke sini sekalian sewa tempat atau bikin acara," jelasnya.
Ahmad menuturkan beberapa kali ia menerima pelanggan dari kalangan Teman Dengar. Jika ia sedang tidak ada kawan yang membantu menerjemahkan bahasa isyarat, ia akan menggunakan tulisan sebagai sarana komunikasi.
Pelanggan bisa memesan susu murni, susu dengan berbagai varian rasa, susu blended, serta kopi, dan teh. Selain itu, ada pula sejumlah menu cemilan yang ditawarkan. Harga menu susunya cukup terjangkau mulai dari Rp8.000 per gelas. Selain menerima pelanggan untuk nongkrong di tempat, menu Kasuli juga bisa dipesan melalui sejumlah aplikasi pengantaran makanan.
"Ke depan pengin inovasi, seperti pengembangan menu latte. Sekarang masih keterbatasan alat, jadi masih cari ide baru dengan alat manual," kata Ahmad.
Setelah hampir tiga tahun membuka usaha sendiri, ia bersyukur mendapatkan dukungan dari keluarga. Menurutnya, keluarganya senang ia bisa mandiri dan punya usaha sendiri. Beberapa kali mereka juga membantu saat Ahmad mengalami kendala dalam usaha. Ahmad juga berharap makin banyak teman Tuli yang tidak hanya menjadi pekerja semata, melainkan juga berani mendirikan usaha. Beberapa kali teman Tuli juga sharing dengannya ingin mendirikan usaha serupa.
BACA JUGA: Pasrah! DIY Kehabisan Cara Mengatasi Kelangkaan Minyak Goreng
"Kalau memang harus menjadi pekerja dulu di awal, harapannya bisa jadi peningkatan skill di Kasuli dulu. Kalau di Kasuli enggak perlu ijazah seperti syarat bekerja yang biasa di teman-teman Dengar," kata dia.
Ia juga merespons mulai maraknya kafe inklusi di Jogja. Alih-alih menganggapnya sebagai pesaing, Ahmad justru menyambut baik semakin banyak orang yang tertarik dengan budaya tuli. Sesekali, ia pun bergantian mengunjungi beberapa kafe inklusi lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement