Advertisement

3 Pohon Beringin Tumbang, Ternyata Pohon Beringin Punya Makna Tersendiri dalam Sumbu Filosofi Kraton Jogja

Galih Eko Kurniawan
Minggu, 03 April 2022 - 08:57 WIB
Galih Eko Kurniawan
3 Pohon Beringin Tumbang, Ternyata Pohon Beringin Punya Makna Tersendiri dalam Sumbu Filosofi Kraton Jogja Pohon beringin Kraton Jogja. - Harian Jogja - Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sedikitnya tiga pohon beringin di area Alun-Alun Utara Jogja tumbang akibat hujan deras dan angin kencang pada, Jumat (1/4/2022) sore.

Namun, tahukah Anda apabila pohon-pohon beringin di sekitaran Alun-Alun Jogja punya makna dalam Sumbu Filosofi yang membingkai Jogja, terutama dua pohon beringin yang ada di tengah alun-alun?

Advertisement

Tentu saja, dua pohon beringin di tengah Alun-Alun Utara sudah sangat melegenda. Sepasang pohon beringin kurung itu bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru, yang sekarang bernama Kiai Wijayadaru.

Bibit pohon Wijayadaru berasal dari Pajajaran sedangkan Dewandaru dari Majapahit. Tata letak pohon beringin ini persis di antara Sumbu Filosofis Panggung Krapyak, Kraton dan Tugu. Dari sumbu filosofis ke arah barat melambangkan kehidupan ukhrowi sedangkan arah timur melambangkan kehidupan duniawi.

Kiai Dewadaru berasal dari kata dewa yang berarti Tuhan dan ndaru yang berarti wahyu. Pohon ini berada di sebelah barat dari garis sumbu filosofis.

Bersama-sama dengan Masjid Gedhe yang juga berada di sebelah barat garis sumbu filosofis, pohon ini memberi gambaran hubungan manusia dengan Tuhannya. Penempatan ini adalah wujud bagaimana Sri Sultan Hamengku Buwono I secara cerdas menggambarkan konsep Islam habluminallah.

Sementara Kiai Janadaru yang bermakna lugas pohon manusia, bersama dengan Pasar Beringharjo, berada di sisi timur dari sumbu filosofis. Hal ini melambangkan hubungan manusia dengan manusia, sebuah konsep Islam hablumminannas.

Pada sisi utara dan sisi selatan, berdiri juga sepasang pohon beringin. Beringin di utara bernama Kiai Wok dan Kiai Jenggot sedangkan yang di selatan bernama Agung dan Binatur.

Sebagai pusaka keraton, keduanya turut menjalani upacara jamasan tiap bulan Sura. Kiai Dewadaru dan Kiai Wijaydaru dijamas dengan cara dipangkas sehingga tajuknya berbentuk bundar seperti payung. Bentuk payung ini melambangkan pengayoman yang diberikan keraton pada rakyat Jogja.

Selain Kiai Dewadaru dan Kiai Wijayadaru, terdapat banyak pohon beringin lain di Alun-Alun Utara. Pohon-pohon itu ditanam berkeliling menjadi batas luar dari alun-alun yang jumlahnya sebanyak 62 buah.

64 Beringin

Bersama Kiai Dewadaru dan Kiai Jayadaru, total terdapat 64 beringin yang ada di kawasan Alun-Alun Utara. Jumlah yang sama dengan usia Nabi Muhammad SAW jika dihitung berdasar penanggalan Jawa.

Sebanyak empat di antara pohon beringin yang mengelilingi alun-alun ini juga memiliki nama. Dua pohon di utara mengapit Jalan Pangurakan, dua di selatan di depan Bangsal Pagelaran. Saat ini, dua pohon yang mengapit Jalan Pangurakan dikenal dengan nama Kiai Wok dan Kiai Jenggot.

Kiai Wok berada di sisi barat sedangkan Kiai Jenggot berada di sisi timur. Kiai Wok berasal dari kata brewok yang berarti rambut yang tumbuh di dagu dan pipi belakang sedangkan Kiai Jenggot berarti rambut yang tumbuh di janggut.

Pada Serat Salokapatra yang ditulis sekitar awal abad ke-20, dua pohon yang mengapit Jalan Pangurakan disebut Kiai Godheg dan Kiai Simbarjaja. Kiai Godheg berada di sisi barat dan Kiai Simbarjaja berada di sisi timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pelajar Meninggal saat Seleksi Paskibra Sempat Alami Kejang dan Mulut Keluar Busa

News
| Sabtu, 20 April 2024, 11:57 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement