Mengenal Salon Bertarif Rp7.000 di Jogja yang Menjadi Langganan Musisi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Salon berukuran mungil, hanya 1 meter x 1,25 meter di Jogja ini menjadi langganan musisi. I Made Putra Budi Sartika yang dikenal dengan nama Bobby vokalis Superman Is Dead (SID), almarhum Bani Seventeen, dan Richard Shaggydog pernah potong rambut di sini.
Honeyku tersayang, honeyku tercinta. Hati dilanda rindu tanpa kehadiranmu.
Advertisement
BACA JUGA: Piawai di Lapangan Hijau, Mantan Pemain Bola Ini Sukses di Bisnis Pakaian
Sepenggal lirik lagu berjudul Honey milik Shaggydog menemani pelanggan salon milik Ari Supardiyanto, 44, atau Genduk, Rabu (27/4/2022) malam.
Salonnya beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto, berjarak sekitar 200 meter dari Pasar Klithikan Pakuncen, Jogja. Di salon kecilnnya beberapa orang berjajar mengantre. Genduk lihai dalam memotong rambut dengan beberapa kali memenuhi request si pelanggan.
Selesai potong rambut, Genduk memotret rambut pelanggannya dari berbagai sisi dengan gadget lalu menunjukkannya. Puas dengan hasil yang diberikan, si pelanggan membayar ongkos Rp10.000.
Genduk pun mau memberikan kembalian Rp3.000 karena ongkos sebenarnya hanya Rp7.000. Namun si pelanggan menolak dan bilang, “Wes gowo wae Mas [Sudah bawa saja mas]," ujarnya singkat sebelum pergi.
Genduk mengatakan saat awal buka ongkos salonnya masih Rp2.500, lalu naik menjadi Rp2.800, Rp3.000, Rp3.500, Rp4.000, Rp5.000, Rp6.000 dan terakhir naik di awal tahun 2022 menjadi Rp7.000. Tarif potong rambutnya terhitung cukup murah, saat rata-rata harga potong rambut di luar sudah di kisaran Rp15.000. Namun dengan ongkos Rp7.000 dia mengaku sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan. "Secara logika mesti enggak cukup karena mainnya angka, enggak ada habisnya. cukup itu dari diri sendiri," ujarnya yang sudah dipanggil Genduk sejak orok oleh pakdenya.
Tidak banyak barang yang bisa masuk ke dalam salonnya yang mungil. Hanya alat potong rambut, semprotan rambut, kaca dan satu kursi saja. Di dinding tertempel foto dirinya bersama figur publik yang pernah potong rambut di situ.
Malam itu jam baru menunjukkan pukul 20.00 WIB. Namun, Genduk sudah bergegas tutup lapak. Katanya mau ada rapat. Satu pelanggan tiba saat Genduk sudah mau tutup, dia pun diminta untuk datang besok saja.
Karena Genduk harus lekas bergegas, Harian Jogja pun urung wawancara lebih dalam di malam itu perihal salon miliknya. Dia mempersilahkan untuk datang ke rumahnya di daerah Wijilan.
Lokasi rumahnya cukup sulit dicari menggunakan Google Maps karena berada di sekitar Kraton, sehingga akan berputar-putar untuk menemukan satu titik. Dia pun memberikan arahan secara manual untuk menuju ke rumahnya.
Dari Plengkung Wijilan lurus ke selatan, sampai di perempatan Tjokrosuharto ambil kanan ke Jalan Kemitbumen, lurus, sampai ketemu pasar kecil di sebelahnya ada gang kecil yang hanya bisa untuk lewat motor, masuk sekitar 50 meter.
Kamis (28/4/202) pagi sekitar pukul 08.00 WIB, Genduk menyambut ramah. Di dinding depan rumahnya tertempel desain-desain karya anaknya yang masih duduk di bangku SMK mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) bernada perlawanan.
Selain itu, di dinding juga tertempel pedoman hidup yang tertulis dalam sesanggeman pitung prakara dan panca laku utama. Sesanggeman di antaranya menehi pangan marang kang keluwen [memberi makan pada yang lapar], menehi omben marang kang kasatan utawa ngelak [memberi minum pada yang haus], dan masih ada lima lainnya.
BACA JUGA: Ditjen Pajak Incar Warganet yang Cari Jodoh di Twitter
Menurutnya usaha salonnya dirintis pada 14 september 2001. Lokasi yang dipakai adalah milik mertuanya, karena kala itu dia belum mampu bayar sewa. "Dari awal ukurannya segitu dan tidak ada yang berubah. Ukurannya 1,25 meter x 1 meter, kurang lebih segitu," ungkapnya.
Pengalaman potong rambut dia dapatkan selama empat tahun saat kerja ikut orang di salon potong rambut. Namun di satu waktu, ayahnya sakit strok dan dia harus merawat. Keadaan ini membuatnya mengambil keputusan keluar kerja. "Waktu itu memang saya kayaknya diharuskan keadaan untuk keluar dan merawat bapak saya. Dan mulai saya buka itu [salon]," ujarnya.
Langganan Musisi
Setelah sekitar empat tahun buka, pada 2005-an mulai ada musikus yang memangkas rambut di tempatnya. Berawal dari musikus lokal, informasi soal salonnya tersebar dari mulut ke mulut.
Salah satu yang pernah ke salon dan membuatnya berkesan adalah Bobby vokalis SID. Sore itu jam belum menunjukkan pukul 16.00 WIB, waktu biasanya dia buka salon. Namun sudah ada telepon dari salah satu pelanggannya.
BACA JUGA: Zodiak Ini Dikenal Punya Pesona Kuat untuk Menarik Wanita
Dia adalah penggemar berat SID. Lalu menginformasikan padanya jika Bobby SID mau potong rambut. Tanpa pikir panjang untuk pelanggan spesial dia dengan senang hati membuka salonnya lebih awal.
Saat bertemu dengan Bobby, Genduk menyebut orangnya cukup familiar dan low profile. Kedatangan Bobby ke salonnya di sekitar 2013-an. Genduk tidak mau dibayar untuk pelanggan spesial ini, cukup dengan foto bersama saja.
"Mas ada yang mau potong, wah saya buka jam 16.00 WIB e. Tapi ini request khusus, Saya bawa Mas Bobby SID," katanya menirukan percakapan waktu itu.
Genduk yang belum pernah bertemu dengan Bobby sebelumnya mengatakan saat memotong rambut Bobby tidak ada obrolan soal ketenaran dia. Obrolannya hanya seputar kebersihan dan pariwisata di Jogja dan Bali. Di sekitaran salon Genduk waktu itu ada lembaga bimbingan belajar. Dan salah satu muridnya kenal dengan Bobby alhasil banyak yang datang dan minta foto.
"Mas Bobby sempat takut, ternyata benar ramai pengin foto. Saya jamin aman mas. Terus saya malah ngatur itu [orang-oran yang minta foto]," ucap bapak tiga anak ini.
Selain Bobby SID, pelanggan lain yang cukup membuatnya berkesan adalah almarhum Bani Seventeen. Lalu ada juga Richard Shaggydog.
Cerita dari Richard sendiri sampai potong rambut di tempatnya cukup unik, kala itu dia kehabisan bensin dan malah sekalian potong rambut. Lalu musikus lainnya adalah Roby Setiawan, gitaris band lokal Jogja FSTVLST. "Yang lokal Mas Roby dulu Band Jenny sekarang FSTVLST. Dulu handphone belum ada kamera saya minta stikernya," ujarnya.
Genduk mengaku senang dengan semangat para musikus, berproses dari bukan siapa-siapa menjadi siapa-siapa. Karena era dulu cukup sulit untuk menjadi terkenal. "Saya menganggap potong rambut bukan pekerjaan, ini karya seni," kata Genduk.
BACA JUGA: Beberapa Hari, Jogja Nihil Kasus Baru Covid
Tidak hanya disibukkan dengan kegiatannya di salon. Genduk sudah 14 tahun menjadi abdi dalem di Kraton sejak usia 30 tahun. "Ingin mengabdi jaga budaya juga. Abdi dalem kan penjaga budaya. Belajar adab orang Jawa seperti apa, sopan santun, norma seperti apa, meski tidak secara formal," katanya.
Menjadi abdi dalem adalah keinginannya sendiri, karena anggota keluarganya yang lain tidak ada yang memilih jalan menjadi abdi dalem. Keinginan yang timbul dari hati membuatnya yakin mengambil jalan ini. "Kalau mengendap belajar ke dalam, mengendap menep dari kotor ke bersih kan menep. Jadi bening kan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
Advertisement
Advertisement