Advertisement

Disbud DIY Gelar Seleksi Lawatan Sejarah untuk Pelajar

Media Digital
Minggu, 29 Mei 2022 - 21:27 WIB
Budi Cahyana
Disbud DIY Gelar Seleksi Lawatan Sejarah untuk Pelajar Kegiatan pembukaan seleksi lawatan sejarah dengan tema Merajut Akulturasi Lintas Etnis dan Menelusuri Jalur Maritim Mataram Islam, Minggu (29/5/2022). - Harian Jogja

Advertisement

JOGJA—Dinas Kebudayaan DIY menggelar seleksi lawatan sejarah dengan tema Merajut Akulturasi Lintas Etnis dan Menelusuri Jalur Maritim Mataram Islam. Seleksi yang melibatkan 90 pelajar di DIY ini dibuka pada Minggu (29/5/2022) di Hotel Cavington, Kota Jogja.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi S.S, M.A menjelaskan kegiatan seleksi lawatan sejarah itu digelar hingga 31 Mei 2022. Program seleksi ini dihelat untuk internalisasi kompetisi sejarah dan budaya dan merupakan kegiatan tingkat regional yang juga akan diwakili dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta penggabungan dari kegiatan lawatan sejarah daerah.

Advertisement

"Kami bekerja sama dengan Dinas Dikpora DIY, Asosiasi Guru Sejarah, MGMP juga. Kami akan mengupayakan tema tersebut menjadi substansi proses seleksi ini berlangsung," katanya dalam sambutan pembukaan, Minggu (29/5/2022).

Dian menyatakan Mataram Islam adalah kerajaan yang bertumpu pada sektor agraris dan berkembang pesat sehingga mampu memengaruhi kasultanan Pajang untuk bergabung. Keberhasilan Mataram Islam menaklukkan kasultanan Pajang dan melakukan ekspansi ke pesisir Utara menjadi awal dari kekuasan Mataram di bawah sektor kemaritiman.

"Kajian kemaritiman ini menjadi perhatian kami, bahkan kami bekerja sama dengan UGM melahirkan buku berjudul Sejarah Kebudayaan Maritim Mataram 1600-1755. Kegiatan ini penting dilakukan, sesuai dengan visi Bapak Gubernur DIY menyongsong abad samudera Hindia untuk kemuliaan martabat manusia Jogja. Salah satu program kegiatan sebagai turunan dari visi tersebut adalah kegiatan seleksi lawatan sejarah ini," katanya.

Ia menambahkan kiprah DIY dalam budaya maritim harus tertuang dengan jelas dalam bentuk rekomendasi. Hal ini akan menjadi bahan inspirasi untuk para pelajar.

“Kami berharap setelah selesai kegiatan ini semakin membuat rasa penasaran para siswa untuk mempelajari sejarah Jogja sehingga memperkaya khasanah budaya DIY khususnya budaya maritim,” ucapnya.

Kasi Sejarah Dinas Kebudayaan DIY Drs. I Gede Adi Atmaja menjelaskan sebelum mengikuti proses seleksi para siswa diminta membuat esai dengan tema sejarah dengan beberapa subtema. Siswa diberikan kesempatan memilih pengembangan judul baik dari perspektif tempat, tokoh maupun peristiwa. Karya itu kemudian dipresentasikan antara lima sampai enam menit di hadapan juri untuk dinilai.

Para siswa juga diajak untuk menelusuri sejarah antara lain Situs Kerto, Benteng Mataram, Museum Purbakala dan Masjid Kauman Pleret seputar Pleret hingga situs di Kotagede. Mereka akan mendapatkan banyak manfaat karena mungkin selama ini hanya belajar terkait teori, namun pada kegiatan ini diajak mengunjungi secara langsung. Dalam prosesnya siswa akan diberikan lembar kerja yang harus mereka isi. Para siswa diajak untuk membuat karya dengan melihat potensi sejarah yang ada sehingga bisa menjadi penulis atau pencari sumber sejarah yang ada di lingkungannya.

“Kegiatan ini akan kami akhiri di living museum Kotagede [rumah kalang] l, kami akan memilih 15 peserta terbaik, diambilkan tiga siswa dari perwakilan setiap kabupaten dan kota. Mereka akan diikutkan seleksi di tingkat regional," ucapnya.

Adapun jumlah peserta total sebanyak 90 siswa berasal dari 45 SMA/SMK/MA seluruh DIY. Mereka didampingi 10 guru dari Asosiasi Guru Sejarah DIY. Khusus pada hari pertama Minggu (29/5/2022) para peserta akan mengikuti proses pembelajaran yang disampaikan narasumber ahli dilanjutkan presentasi pada hari kedua dan hari ketiga terjun ke lapangan untuk mengunjungi situs cagar budaya.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan objek sejarah yang ada di DIY. Kemudian diharapkan bisa meneladani nilai kejuangan para leluhur dalam rangka kemerdekaan dan meningkatkan toleransi antar sesama dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya selama ini pelajaran sejarah masih dipandang sebelah mata, karena dinilai hanya sebagai pelajaran hapalan.

"Intinya kami ingin menumbuhkan nilai sejarah pada anak-anak. Kami ajak mereka mengeksplorasi sumber sejarah yang ada di sekitar kita dimulai dari lingkungan terdekat seperti RT, RW meningkatkan. Setiap desa memiliki sumber tokoh dan tempat terjadinya peristiwa. Banyak sumber sejarah yang bisa diambil dari sumber sekitar kita," katanya. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Es Krim Magnum Ditarik karena Mengandung Plastik dan Logam, Ini Kata BPOM

News
| Rabu, 24 April 2024, 17:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement