Nelayan: Puncak Paceklik Ikan Terjadi Juli-Awal Agustus
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL-Hasil tangkapan ikan di laut selatan oleh nelayan di Bantul menurun drastis sejak masuk Juni ini. Hal itu dipicu oleh pancaroba atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau yang membuat gelombang air laut tinggi sehingga tidak semua nelayan berani melaut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bantul, Suyanto mengatakan saat ini kondisi angin dan gelombang di laut sangat tidak menentu atau kondisinya sedang ekstrem sehingga nelayan harus ekstra hati-hati.
Advertisement
BACA JUGA: Bantul Ingin Punya 2.500 Petani Milenial pada Tahun Ini
Menurutnya, puncak musim paceklik ikan ini akan berlangsung pada Juli dan awal Agustus. Nelayan yang turun melaut dipastikan jumlah sangat sedikit akibat angin timuran yang cukup kencang dan gelombangnya tidak bersahabat.
“Sebenarnya para nelayan atau warga pinggiran pantai sudah pandai membaca tanda-tanda alam sehingga saat melaut harus hati hati,” katanya saat ditemui di Pantai Baru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Rabu (8/6/2022).
Meski gelombang tinggi, tetapi tetap ada beberapa nelayan yang nekat melaut, meski hasil tangkapannya memang tidak terlalu banyak.
Hanya ikan tertentu yang didapat yang hanya laku diekspor, seperti lobster, layur, tenggiri besar, dan bawal putih. Kuantitasnya pun menurun dari yang biasanya satu kapal bisa mendapat 70 kilogram menjadi 30-35 kilogram dalam sekali melaut.
Jika dikalkulasikan sebelum pancaroba hasil tangkapan seluruh nelayan bisa ampai satu ton lebih dalam sehari. “Kalau kondisi saat ini tangkapan ikan dari seluruh nelayan di Bantul tidak sampai satu ton karena nelayan yang melaut sedikit tangkapan ikan juga hasil sedikit,” ujarnya.
BACA JUGA: Sosialisasi Ketahanan Keluarga Bahas Kekerasan Jalanan dan Stunting
Disinggung soal pasokan ikan ke warung-warung kuliner di lokasi wisata pantai, Suyanto mengatakan baik musim paceklik ikan maupun tidak, pasokan ikan untuk kuliner di tempat wisata tetap kurang dan harus mendatangkan dari luar Bantul karena hasil tangkapan nelayan terkadang ketidak sesuai dengan permintaan ikan yang akan dimasak dan diminati wisatawan.
Biasanya wisatawan sejauh ini menggemari ikan cumi-cumi, kepiting, cajalang, udang, dan kerang. “Sementara hasil tangkapan nelayan di Bantul seperti bawal laut, kakap, caru hingga ikan layur kurang ramah di kantong wisatawan sehingga dijual kepada pengepul ikan langganan dari nelayan. Ikan bawal laut, layur adalah ikan kualitas ekspor sehingga harga tinggi dan tidak dilirik oleh wisatawan,” papar Suyanto.
Sementara salah satu nelayan Pantai Baru yang tetap nekat melaut, Khabi mengaku hari ini turun melaut tetapi hasil tangkapannya sangat sedikit bahkan hanya dapat dua ekor ikan caru dari jaring di tengah laut.
“Ikannya memang ukurannya besar karena jaring kendengan sengaja dengan ukuran untuk menjaring ikan dengan ukuran besar. Jaring kita pasang di tengah laut kemudian diberi jangkar dan dibiarkan di laut dan hari berikutnya baru dicek ikan yang terjaring di jaring,” ujarnya.
Adapun nelayan lainnya lebih banyak tidak melaut dan hanya memperbaiki alat tangkap ikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca BMKG Jumat 22 November 2024: DIY Hujan Ringan Siang hingga Malam
- Jadwal Pemadaman Jumat 22 November 2024: Giliran Depok dan Pasar Godean
- Jadwal Terbaru KA Bandara YIA Xpress Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Bantul di Akhir Pekan Bulan November 2024
- Jadwal Terbaru Kereta Api Prameks Jurusan Jogja-Kutoarjo Jumat 22 November 2024
Advertisement
Advertisement