Pendidikan Kepercayaan Diperlukan untuk Regenerasi Penghayat
Advertisement
GUNUNGKIDUL—Layanan pendidikan kepercayaan menjadi salah satu kebutuhan para penghayat yang masih diperjuangkan hingga saat ini.
Hal ini disampaikan oleh Suroso, Ketua MLKI Gunungkidul sekaligus Ketua Cabang Paguyuban Penghayat Palang Putih Nusantara (PPN), dalam Workshop Penguatan Generasi Muda Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME, di Rumah Makan Roosyta, Girisubo, Gunungkidul, Selasa (26/7/2022).
Advertisement
“Generasi yang masih saya perjuangkan adalah generasi cucu saya yaitu tentang layanan pendidikan kepercayaan,” ujar Suroso saat sambutan.
Menurut Suroso, pendidikan kepercayaan sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak penghayat sebagaimana pendidikan agama diberikan kepada anak-anak pemeluk agama. Dengan adanya pendidikan kepercayaan, anak-anak penghayat dapat memahami dan mempelajari keyakinan orang tuanya sehingga tidak menimbulkan pertentangan antara anak dan orang tua. Terlebih lagi untuk regenerasi, pendidikan kepercayaan merupakan langkah awal untuk menguatkan karakter anak-anak penghayat agar mau terus melanjutkan perjuangan dan keyakinan orang tuanya.
“Kenapa [penghayat kepercayaan] sayup-sayup menyusut, karena paguyuban tidak memikirkan siapa nanti yang akan menerima tongkat estafet ajaran ini. Karena itulah PPN kemudian membangkitkan kembali anak-anak kami, adik-adik kami untuk kedepan siap menerima tongkat estafet perjuangan kami,” tutur Suroso.
Sebelum layanan pendidikan kepercayaan diberikan, anak-anak penghayat kepercayaan terpaksa mengikuti pendidikan agama lain di sekolah. Sinta Wati, salah satu generasi muda penghayat kepercayaan PPN, terpaksa mengikuti pendidikan agam Islam sejak SD hingga SMP. Sinta mengaku tidak nyaman karena hal itu bertentangan dengan kata hatinya yang ingin mengekspresikan diri sebagai penghayat kepercayaan.
“Waktu itu [SMP] kan ketentuannya berhijab. Saya tidak tahu kenapa dari kata hati saya itu, aku ingin menunjukkan diriku yang sebenarnya. Makanya seragam yang sudah saya jahitkan dengan lengan panjang itu saya potong. Saya masuk sekolah itu dengan lengan pendek, otomatis tidak memakai jilbab. Saya ingin berusaha jujur kalau saya sebenarnya penghayat, agama saya bukan Islam. Tapi di sekolah itu harus berjilbab. Akhirnya karena waktu itu saya sudah putus asa, saya ingin menunjukkan diri tapi tidak diterima oleh orang lain, akhirnya saya kembali lagi,” Kenang Sinta.
“Karena sudah jenuh dari SD itu dipaksa terus, saya bisa dibilang ingin memberontak itu waktu SMP. Tapi karena tidak diterima, ya akhirnya sampai kelas III pun tetap terpaksa mengikuti agama Islam,” sambungnya.
Sejak diterbitkannya Permendikbud No.27 tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan YME dalam Satuan Pendidikan, Suroso dan anak-anak penghayat kepercayaan mulai dapat bernapas lega. Bambang, Pengawas Bidang SMP yang mewakili Dinas Pendidikan Gunungkidul dalam acara itu juga menjelaskan Dinas Pendidikan Gunungkidul telah berupaya memberikan layanan pendidikan kepercayaan bagi anak-anak penghayat. Sekarang, Dinas Pendidikan Gunungkidul masih mendata jumlah siswa penghayat.
Ia juga menghimbau agar para penghayat kepercayaan yang ingin mengakses layanan pendidikan segera melapor kepada sekolah dengan menunjukkan bukti resmi sebagai penghayat kepercayaan.
“Kalau nanti ada siswa yang betul-betul tercatat sebagai penghayat kepercayaan, dinas pendidikan akan tetap memberikan layanan. Karena ini sudah ada dasar hukumnya,” kata dia.
Minang Warman, perwakilan Direktorat KMA, mendukung penuh generasi muda penghayat untuk melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Khususnya bila mereka mau turut memperjuangkan layanan pendidikan kepercayaan di daerahnya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Santer Kabar Ratusan Kader Membelot, Begini Penjelasan DPD PAN Sleman
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
- Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
- 2 Sekolah di Kulonprogo Ini Berpotensi Terdampak Pembangunan Tol Solo-Jogja-YIA
- Viral Aksi Mesum Parkiran Abu Bakar Ali Jogja, Satpol PP Dorong Adanya Kontrol Sosial
Advertisement
Advertisement