Advertisement

Tak Cuma Salurkan Kecintaan, Komunitas Ini Aktif Populerkan Sugar Glider pada Masyarakat

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 27 Agustus 2022 - 06:27 WIB
Arief Junianto
Tak Cuma Salurkan Kecintaan, Komunitas Ini Aktif Populerkan Sugar Glider pada Masyarakat Anggota KPSGI menunjukkan sugar glider, Sabtu (20/8/2022). - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Sugar glider masih dianggap sebagai hewan yang asing di kalangan hewan peliharaan. Di Jogja, para pencinta sugar glider yang tergabung dalam Komunitas Pencinta Sugar Glider Indonesia (KPSGI) Regional Jogja aktif mengedukasi masyarakat mengenai cara memelihara hewan lucu ini.

Sejak 2011, KPSGI Jogja didirikan. Setahun sebelumnya, komunitas induknya yang berpusat di Jakarta berdiri. Kini komunitas itu sudah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia.

Advertisement

“Pada tahun-tahun awal berdiri, harga sugar glider masih tinggi, jenisnya juga masih sedikit. Sekarang sudah semakin banyak breeder [peternak], komunitas ini juga jadi tempat menampung teman-teman pencinta sugar glider,” kata anggota KPSGI Jogja, Ratna Nurmalasari ketika ditemui Harian Jogja, di pameran hewan di salah satu mal di Jogja, Sabtu (20/8/2022) lalu.

BACA JUGA: Grab Tanggapi Video Viral Driver Jogja yang Dituduh Melakukan Pelecehan Seksual

Bagi orang awam, sugar glider bisa jadi dianggap sebagai hewan yang serupa dengan tikus. Padahal, satwa dengan nama latin Petaurus breviceps ini ternyata justru berkerabat dengan kanguru dan koala, karena sama-sama memiliki kantung.

Pemahaman inilah yang ingin coba disebarluaskan oleh KPSGI Jogja. Meski sugar glider tergolong sebagai exotic pet, yaitu hewan peliharaan yang tak lazim dipelihara atau spesies liar, tetapi diakuinya saat ini sudah banyak pencinta sugar glider yang memeliharanya bahkan melakukan breeding atau ternak.

“Dulu kan banyak penangkapan liarnya. Makanya kami punya visi-misi untuk menghentikan penangkapan liar sugar glider agar yang di alam enggak berkurang. Kalau mau pelihara, ya di-breeding. Memang awalnya dari tangkapan liar, tetapi untuk menekan jumlah tangkapan liar itu kami breeding,” kata Ratna yang juga penanggung jawab Distrik 33, sebuah wadah UMKM bagi anggota di KPSGI Jogja Jogja tersebut.

Dari hewan liar yang punya teknik pertahanan diri yang tinggi, sugar glider hasil ternak menjelma menjadi hewan peliharaan yang bisa dekat dengan manusia. Hewan ini pun bisa dipelihara dan dirawat sehingga lebih ramah. Secara umum, sugar glider berukuran kecil dan ekor yang panjang hewan mungil ini bisa digenggam dalam satu tangan, bahkan menyelinap ke tas selempang.

Ciri-cirinya yang khas ialah memiliki corak berupa rambut yang membentuk garis vertikal di kepalanya. Tak hanya edukasi soal bagaimana rupa sugar glider, KPSGI juga terus berupaya mengenalkan bahwa sugar glider merupakan hewan asli Indonesia.

Habitat aslinya berasal dari Papua dan bisa ditemui di hutan yang memiliki banyak pohon Eucalyptus. Menurut Ratna, sugar glider kurang dikenali di kalangan masyarakat Indonesia karena penemunya orang luar negeri, yaitu George Robert Watehrouse, seorang naturalis dari Inggris, pada 1839.

“Menurut kami, sugar glider kurang dikenali karena dari segi nama pakai istilah asing. Bahkan, orang m Pa Papua ada yang menganggapnya tupai, disangka bisa dimakan, jadi orang kita sendiri aja enggak tahu,” kata dia.

Untuk itu, KPSGI Jogja rutin menyelenggarakan kegiatan untuk umum sebagai upaya pengenalan sugar glider sebagai hewan asli Indonesia. Lebih dari itu, mereka ingin hewan ini bisa disayangi dan tidak diburu, meskipun di alam liar sekalipun.

Ajak Main

Ratna tak menampik jika sebagai hewan eksotik, sugar glider peliharaan hasil ternakan sudah memiliki karakter yang berbeda dari versi hewan liarnya. Ia sebetulnya hewan yang nokturnal, artinya dia akan tidur di siang hari dan beraktivitas pada malam hari untuk mencari makan.

“Kalau hasil ternak, dia sudah enggak begitu nokturnal. Sekarang kapan pun kalau dia bosan ya akan tidur, kalau lapar ya dia bangun untuk makan. Sudah beda. Perilakunya sekarang sudah ngikutin manusia,” kata dia.

Meski kini sugar glider merupakan hewan peliharaan, tetapi jika tidak dirawat dan dipelihara dengan baik, ia berpotensi kembali ke sifat liarnya. Itulah sebabnya, Ratna menyarankan, bagi pencinta satwa yang akan mencoba memelihara sugar glider untuk membangun komitmen.

Apalagi, selama ini ada mitos bahwa memelihara sugar glider itu harus sepasang. Jika hanya satu ekor, ada yang menyebut bahwa dia tidak akan hidup lama. “Enggak harus begitu, satu ekor juga enggak apa-apa. Dengan catatan harus komitmen. Namanya sudah pelihara hewan, ya harus kita kasih waktu buat merawat dia. Paling tidak setiap hari meluangkan waktu 1520 menit untuk interaksi, bisa dikeluarkan dari kandang, ajak main,” kata dia.

Menurutnya, semakin sering dirawat dan diajak bertemu dengan orang lain, karakter jinak pada sugar glider akan terbangun. Apalagi, menurutnya sugar glider pintar beradaptasi. Ia juga memiliki imun tubuh yang bagus dan jarang sakit, bahkan menurutnya tidak pernah menularkan penyakit.

Selain mengisi pameran hewan peliharaan, KPSGI Jogja juga beberapa kali menggelar kontes kecantikan dan lomba ketangkasan untuk sugar glider. Sebagai hewan yang mudah mengenali bau pemiliknya, pencinta sugar glider pun gemar menggelar lomba yang memungkinkan hewan itu menghampiri pemiliknya.

“Dia punya membran patagium dari kaki hingga tangan, jadi ketika direntangkan itu dia bisa melayang dari satu tempat ke tempat lain. Makanya di salah satu lomba ketangkasan, kami adakan lomba melayang ke owner ketika dipanggil,” tuturnya.

Selain itu, ada juga lomba makan, menggelinding di roda putar, hingga meniti tali. Sementara itu, kontes kecantikan biasanya memperhatikan aspek kesehatan gigi, kebersihan bulu, dan bodi yang ideal. Lomba ini biasanya digelar berkolaborasi dengan komunitas regional lain sehingga pesertanya bisa mencapai ratusan orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement