Advertisement

Promo November

Jogja Every Core, Rumahnya Para Pencinta Musik Cadas Kota Gudeg

Lajeng Padmaratri
Senin, 05 September 2022 - 07:37 WIB
Arief Junianto
Jogja Every Core, Rumahnya Para Pencinta Musik Cadas Kota Gudeg Anggota Jogja Every Core berfoto bersama seusai acara musik yang mereka gelar. - Instagram jogjaeverycore

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA — Musik dengan karakter cadas seperti rock, hardcore, punk, hingga grunge pernah begitu diminati kalangan pelajar Jogja beberapa tahun silam. Meski gaungnya kini sedikit tergeser musik folk, dangdut dan koplo, tetapi tidak bagi mereka yang tergabung di Komunitas Jogja Every Core.

Jogja Every Core (JEC) berdiri sejak 2013. Ketua JEC, Anselmus Bagas Putra Kumara menuturkan komunitas ini dibentuk oleh lima grup band besar beraliran hardcore di Jogja yang ingin memiliki wadah untuk mengembangkan skena musik hardcore di Jogja.

Advertisement

Sebelum JEC dibentuk, kata dia, pendiri komunitas ini sudah sering berkegiatan bersama, Namun, JEC secara resmi berdiri ketika mereka menggelar acara pertamanya di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Salah satu founder-nya ketika itu adalah Sulis, salah satu personel grup band Ask To Me.

"Memasuki tahun kesembilan ini, JEC sudah ada empat generasi. Anggotanya sekarang makin luas, mewadahi genre musik selain hardcore juga, seperti metal, pop-punk, emo, dan sejenisnya," ujar pria yang akrab disapa Bugis itu ketika ditemui Harianjogja.com, Selasa (23/8/2022).

Bugis mengaku dirinya termasuk ke dalam generasi keempat di JEC. Dia bergabung ke komunitas ini pada 2017, kemudian menjabat sebagai ketua pada 2020.

"Sekarang di dalamnya bukan hanya musikus saja, tetapi ada pelaku event musik juga. Jadi person boleh bergabung, enggak mesti ngeband," tuturnya.

BACA JUGA: Siap-Siap! Tarif Angkutan Umum Naik sampai 22%

Adapun total anggota yang saat ini bergabung menurut Bugis sekitar 27 pencinta music hardcore. Meski musik cadas ini identik dengan maskulinitas, tetapi nyatanya komunitas ini juga menggaet anggota perempuan.

Bagi JEC, musik bersifat universal, tidak ada batasan apapun, termasuk soal gender.

Bugis menuturkan komunitas ini merupakan wadah berkumpulnya anak-anak muda di Jogja yang menggemari musik hardcore. Biasanya, mereka merupakan kalangan mahasiswa asli Jogja, maupun mahasiswa luar kota yang menempuh ilmu di Kota Pelajar.

"Kami bisa bertahan selama ini karena generasi awal yang sudah senior tetap bisa membaur dengan anggota baru, jadi justru jadi wadah sharing soal kehidupan," kata Bugis.

Setiap bulan, setidaknya mereka menggelar satu acara musik hardcore sebagai ajang unjuk gigi bagi grup band underground di Jogja. Dengan begitu, Bugis meyakini era hardcore akan kembali digilai oleh remaja di Jogja. 

Penampilan salah satu grup band dalam acara Jogja Every Core./Instagram jogjaeverycore

Saatnya Bangkit

Saat ini, Bugis tercatat sebagai personel di dua gurp band yang berbeda, yakni Holiday with Masha dan Grass n' Hopper. Pria asal Wates, Kulonprogo ini bahkan sudah ngeband sejak masih duduk di bangku SMP pada 2011.

Menurutnya, periode itu merupakan masa kejayaan musik hardcore di Jogja. Sekitar 2010-2015, musik underground digandrungi pelajar hingga mereka bisa menggelar pentas seni dengan mengundang grup-grup hardcore ngetop di sekolahnya.

"Waktu SMP, aku ngerasain banget jaman kejayaan hardcore lagi bagus dan naik banget. Habis itu, masanya sempat lewat," ujarnya.

Oleh karena itu, JEC berupaya berperan dalam kebangkitan skena musik hardcore di Jogja. Komunitas ini ingin menggerakan grup band underground yang sudah vakum untuk bisa kembali ke panggung.

Nantinya, kata Bugis, JEC tidak hanya akan fokus membuat event musik hardcore. Lebih penting, dia berharap komunitas ini bisa mendorong semua grup band yang bergabung di JEC untuk membuat progres dalam bermusik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bambang Pacul Enggan Komentari Hasil Hitung Cepat Pilkada Jateng: Cuaca Sedang Tidak Baik di Kami

News
| Kamis, 28 November 2024, 10:27 WIB

Advertisement

alt

Belajar Harmonisasi Tari Saman di Indonesia IHC Festival

Wisata
| Selasa, 26 November 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement