Advertisement

Bank Sampah Kota Jogja Didorong Ubah Basis Pengumpulan Jadi Per RT

Yosef Leon
Selasa, 13 September 2022 - 09:57 WIB
Sirojul Khafid
Bank Sampah Kota Jogja Didorong Ubah Basis Pengumpulan Jadi Per RT Suasana sarasehan Forum Bank Sampah di Kelurahan Demangan, Jogja, Senin (12/9/2022). - Harian Jogja/Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Forum Bank Sampah Kota Jogja mendorong bank sampah di tiap wilayah mengubah pola pengumpulan sampah. Pola pengumpulan yang selama ini berdasarkan RW, didorong menjadi berbasis unit atau RT. Dengan menerapkan pola yang demikian, harapannya jumlah pengumpulan atau sampah yang diserap dari rumah tangga menjadi lebih banyak dan skema pembayaran kepada warga lebih cepat direalisasikan.

Ketua Forum Bank Sampah Kota Jogja, Aman Yuriadijaya, mengatakan pola pengumpulan sampah yang selama ini diberlakukan dengan berbasis RW membuat serapan bank sampah terlalu lama. Selain itu, sampah yang terkumpul jadi cukup signifikan karena basis wilayah langsung satu RW. Padahal tiap rumah tangga biasanya menyetorkan sampah setiap seminggu sekali. Sehingga belum optimal dalam menyerap sampah.

Advertisement

BACA JUGA:  Simak! Ini Barang Paling Laris saat Ramadan-Lebaran versi Tokopedia

"Kalau berbasis RT atau unit, bank sampah saya rasa jadi lebih optimal perannya sebagai pemilah dan menyerap sampah rumah tangga. Intensitas pengumpulan jadi lebih cepat dan efektif, " kata Aman dalam sarasehan Forum Bank Sampah di Kelurahan Demangan, Jogja, Senin (12/9/2022).

Menurut Aman, dengan menyepakati untuk menerapkan pola yang demikian, pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga juga menjadi semakin efektif. Misalnya saja setiap rumah tangga mengumpulkan sampah olahan dapur atau organiknya selama satu atau dua minggu ke bank sampah tingkat RW. Dengan akumulasi yang cukup signifikan, pengurus kadang merasa sulit. Namun jika mengikuti pola pengumpulan di tingkat unit atau RT, maka akan memudahkan pengurus untuk mengolah sampah organik itu.

BACA JUGA: Malioboro Mal Tidak Dikelola BUMD, Tapi Disewakan ke Manajemen Baru

"Dan saya dorong juga bagaimana rumah tangga ini ke depan bisa mengolah sampah organiknya secara mandiri. Buat saja pengelolaan sampah biopori di pekarangan, sampah organik sisa aktivitas tinggal dimasukkan ke dalam dan tidak repot lagi membawa ke bank sampah," katanya.

Koordinator Forum Bank Sampah Gondokusuman, Erni, mengatakan di beberapa tempat di wilayahnya pengelolaan sampah organik dengan menggunakan metode biopori belum bisa diterapkan. Misalnya saja di RW 7 yang berbatasan langsung dengan area sungai, membuat pengolahan sampah organik dengan model biopori belum bisa maksimal. Pasalnya daerah itu kerap kali dilanda banjir sehingga air masuk ke dalam lubang resapan biopori.

"Padahal sudah pakai pipa paralon setinggi 30 cm tapi tetap saja masuk air. Mungkin nanti akan dinaikkan," katanya.

Untuk wilayah Klitren, pihaknya mempromosikan agar sampah organik dikelola dengan metode Losida atau lodong sisa dapur atau pipa sisa dapur. Lewat metode ini, pipa akan menjadi wadah penampung sampah organik yang berada di setiap rumah. Nantinya, sampah tersebut dapat diolah menjadi pupuk dan lain sebagainya. "Tapi di tempat kami bentuknya Losida mini dan targetnya bisa kami bentuk 1.000 di setiap rumah," ujarnya.

BACA JUGA: Resmikan IKM di Umbulharjo, Diskop UKM Jogja Berharap IKM Naik Kelas

BACA JUGA:  Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AHY Tanggapi Kabar Masuk Bursa Cawapres Ganjar Pranowo

News
| Rabu, 07 Juni 2023, 23:17 WIB

Advertisement

alt

Restoran Jepang Sajikan Mi yang Lebarnya Mencapai 12 Sentimeter, Begini Cara Memakannya

Wisata
| Rabu, 07 Juni 2023, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement