Advertisement
Bank Sampah Kota Jogja Didorong Ubah Basis Pengumpulan Jadi Per RT

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Forum Bank Sampah Kota Jogja mendorong bank sampah di tiap wilayah mengubah pola pengumpulan sampah. Pola pengumpulan yang selama ini berdasarkan RW, didorong menjadi berbasis unit atau RT. Dengan menerapkan pola yang demikian, harapannya jumlah pengumpulan atau sampah yang diserap dari rumah tangga menjadi lebih banyak dan skema pembayaran kepada warga lebih cepat direalisasikan.
Ketua Forum Bank Sampah Kota Jogja, Aman Yuriadijaya, mengatakan pola pengumpulan sampah yang selama ini diberlakukan dengan berbasis RW membuat serapan bank sampah terlalu lama. Selain itu, sampah yang terkumpul jadi cukup signifikan karena basis wilayah langsung satu RW. Padahal tiap rumah tangga biasanya menyetorkan sampah setiap seminggu sekali. Sehingga belum optimal dalam menyerap sampah.
Advertisement
"Kalau berbasis RT atau unit, bank sampah saya rasa jadi lebih optimal perannya sebagai pemilah dan menyerap sampah rumah tangga. Intensitas pengumpulan jadi lebih cepat dan efektif, " kata Aman dalam sarasehan Forum Bank Sampah di Kelurahan Demangan, Jogja, Senin (12/9/2022).
Menurut Aman, dengan menyepakati untuk menerapkan pola yang demikian, pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga juga menjadi semakin efektif. Misalnya saja setiap rumah tangga mengumpulkan sampah olahan dapur atau organiknya selama satu atau dua minggu ke bank sampah tingkat RW. Dengan akumulasi yang cukup signifikan, pengurus kadang merasa sulit. Namun jika mengikuti pola pengumpulan di tingkat unit atau RT, maka akan memudahkan pengurus untuk mengolah sampah organik itu.
BACA JUGA: Malioboro Mal Tidak Dikelola BUMD, Tapi Disewakan ke Manajemen Baru
"Dan saya dorong juga bagaimana rumah tangga ini ke depan bisa mengolah sampah organiknya secara mandiri. Buat saja pengelolaan sampah biopori di pekarangan, sampah organik sisa aktivitas tinggal dimasukkan ke dalam dan tidak repot lagi membawa ke bank sampah," katanya.
Koordinator Forum Bank Sampah Gondokusuman, Erni, mengatakan di beberapa tempat di wilayahnya pengelolaan sampah organik dengan menggunakan metode biopori belum bisa diterapkan. Misalnya saja di RW 7 yang berbatasan langsung dengan area sungai, membuat pengolahan sampah organik dengan model biopori belum bisa maksimal. Pasalnya daerah itu kerap kali dilanda banjir sehingga air masuk ke dalam lubang resapan biopori.
"Padahal sudah pakai pipa paralon setinggi 30 cm tapi tetap saja masuk air. Mungkin nanti akan dinaikkan," katanya.
Untuk wilayah Klitren, pihaknya mempromosikan agar sampah organik dikelola dengan metode Losida atau lodong sisa dapur atau pipa sisa dapur. Lewat metode ini, pipa akan menjadi wadah penampung sampah organik yang berada di setiap rumah. Nantinya, sampah tersebut dapat diolah menjadi pupuk dan lain sebagainya. "Tapi di tempat kami bentuknya Losida mini dan targetnya bisa kami bentuk 1.000 di setiap rumah," ujarnya.
BACA JUGA: Resmikan IKM di Umbulharjo, Diskop UKM Jogja Berharap IKM Naik Kelas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Dukono Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Letusan Tercatat 1,1 Km
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Gempa Bumi Magnitudo 2-2,7 Guncang Wilayah Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul pada Kamis Pagi Ini
- Petani di Bantul Kesulitan Produksi Garam, Ini Penyebabnya
- Keputusan MK 135 Belum Jadi Solusi Persoalan Demokrasi Elektoral
- Sempat Alami Darurat Sampah, Kampung Suryoputran Jogja Sukses Olah Sampah Nyaris 1 Ton Per Bulan
- Ubah Sampah Menjadi Energi Alternatif, Solusi Bangun Indonesia dan dan Got Bag Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Pantai Teluk Awur Jepara
Advertisement
Advertisement