Advertisement

Promo Desember

Tak Lagi Jadi Atlet, Mantan Petinju ini Sibuk Poles Bibit Muda di Sleman

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 01 Oktober 2022 - 00:27 WIB
Arief Junianto
Tak Lagi Jadi Atlet, Mantan Petinju ini Sibuk Poles Bibit Muda di Sleman Titus Suyono. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN - Meski sudah pensiun sebagai atlet, Titus Suyono tidak pernah benar-benar berhenti dari dunia tinju. Secara sukarela dia membangun sasana dan mencetak petinju muda untuk jadi juara dunia.

Pria kelahiran Sleman, 65 tahun silam ini mendalami olahraga tinju sejak usia belia. Dia merantau ke Jakarta untuk berlatih di sana setelah terpana oleh pertandingan Muhammad Ali, petinju profesional yang menjadi tokoh tinju dunia.

Advertisement

"Kata orang, tinju itu sadis, seram, janganlah ikut-ikut itu. Tetapi kok saya tertarik dengan pertandingan Muhammad Ali ya. Dia kalau mau tanding itu bersalaman, setelah selesai tanding dia berpelukan, justru itu yang bikin saya tertarik," kata Titus ketika ditemui Harianjogja.com di sasananya, Rabu (21/9) lalu.

Pilihannya untuk menjadi petinju mulanya tidak didukung orang tuanya. Namun, mereka tetap membiarkannya merantau ke Jakarta untuk berlatih tinju.

Begitu dia menjuarai pertandingan pertamanya, orang tuanya pun mulai merestui. Sejak itu, kariernya terus melonjak, termasuk ketika dirinya pernah bertarung dengan petinju legendaris Indonesia, Ellyas Pical.

Begitu menginjak usia sekitar 30 tahun, Titus memutuskan pensiun sebagai atlet. Dia pun memilih jalur pengabdian dengan mendirikan sasana di Tangerang, Banten. "Saya sudah mendalami tinju selama 45 tahun. Hampir setengah abad. Sejak belia saya bertinju, setelah usia 30 tahun lebih, sudah belajar melatih," ujarnya.

BACA JUGA: Persaingan Lebih Ketat Akan Berlangsung di Indonesia International Challenge 2022

Banyak nama-nama besar telah dibinanya hingga menjadi petinju berprestasi. Salah satunya Isack Junior, petinju juara dunia kelas junior. 

Namun, karena melihat DIY belum memunculkan atlet tinju juara dunia, dia pun merasa terpanggil untuk kembali ke kampung halaman. Sekitar 2012, dia pulang ke Sleman dan mendirikan sasana.

Lokasi sasana itu berada di Druju Kidul, Margodadi, Seyegan, Sleman. Sasana tinju itu ia namai Dumass Dirgantara Boxing Camp, lantaran ia bekerja sama dengan Dirgantara TNI AU. "Dumass itu diambil dari daerah Druju, Margodadi, Seyegan, Sleman," kata dia.

Rupanya, sasana yang ia dirikan satu kompleks dengan kediamannya itu harus terdampak pembangunan Tol Jogja-Bawen yang melintasi Druju Kidul. Dia pun membelikan lahan baru untuk membangun sasananya tak jauh dari lokasi awal.

Dia berharap sasana tinju yang ia dirikan bisa terus berdiri di lokasi saat ini. Sebab, sasana tinju ini merupakan satu-satunya di Kabupaten Sleman.

Tak Pungut Biaya

Saat ini, Titus mengasuh sekitar 25 anak dari berbagai daerah di Indonesia yang berlatih tinju di Dumass Dirgantara BC.

Dia menerima siapapun yang ingin berlatih tinju di sasananya, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi petinju amatir maupun profesional. "Anak-anak di sini enggak semuanya orang Jogja. Ada yang dari NTT, Ambon, Lampung, Jakarta, penuh kalau masuk semua. Ini baru pada istirahat, pulang ke daerah asalnya habis tanding Porda DIY kemarin," kata Titus yang juga pengurus di Persatuan Tinju Amatir Indonesia [Pertina] Sleman ini.

Menurut Titus, pembinaan atlet tinju seharusnya dilakukan sejak dini. Pada tingkat akhir sekolah dasar, anak-anak sudah bisa dikenalkan dengan olahraga tinju.

Jelang belia, mereka bisa diikutkan ke sasana tinju untuk berlatih secara profesional sebelum nantinya bisa bertanding di kelas junior yaitu pada usia 14 tahun.

Tak hanya membina anak-anak untuk berlatih tinju, Titus juga menyediakan mes untuk beberapa anak asuhnya yang berasal dari luar kota. Hal itu ia lakukan secara sukarela dan tidak memungut biaya dari anak-anak asuhnya sama sekali.

Titus (kiri) melatih anak didiknya./Harian Jogja-Lajeng Padmaratri

"Kasihan juga sudah jauh-jauh ke sini pengin bertinju, kami ada rasa terpanggil dan iba gitu ya. Saya buatkan mes, saya biayai sendiri, saya sediakan makan. Pembinaan ini memang berat, tapi karena merasa terpanggil maka saya terus berada di jalan ini," tuturnya.

Dana pembinaan selama ini sebagian besar memang berasal dari koceknya sendiri. Terkadang, pemerintah setempat membantunya, tetapi hal itu tidak setiap waktu, hanya jelang momen-momen tertentu saja.

Meski Titus seringkali merasa pembinaan yang ia lakukan belum optimal lantaran banyak keterbatasan, tetapi dia tetap berupaya keras memberikan yang terbaik dalam melatih anak didiknya di sasana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Periksa Mantan Pejabat Kemenperin Terkait Dugaan Korupsi Impor Gula

News
| Jum'at, 20 Desember 2024, 08:47 WIB

Advertisement

alt

Nikmati Pergantian Tahun di Borobudur, Prambanan, dan TMII, ada Raisa hingga Meditasi Massal

Wisata
| Rabu, 18 Desember 2024, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement