Advertisement

Cabai Dihargai Rp2.000 Per Kilogram, Petani di Bantul Pilih Tidak Panen

Ujang Hasanudin
Selasa, 11 Oktober 2022 - 15:07 WIB
Budi Cahyana
Cabai Dihargai Rp2.000 Per Kilogram, Petani di Bantul Pilih Tidak Panen Tanaman cabai yang masih tergenang air hujan di wilayah Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Bantul, Selasa (11/10 - 2022). (foto.dok petani Bantul)

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Sebagian petani cabai di Bantul memilih untuk mendiamkan cabai tidak dipanen karena harga anjlok akibat tanaman cabai tergenang air hujan selama beberapa hari terakhir.

Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul per Selasa (11/10/2022) lahan cabai yang masih tergenang air lebih dari 100 hektare yang tersebar di Kalurahan Parangtritis dan Donotirto, Kapanewon Kretek; Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden; dan Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri.

Advertisement

Kismanto, salah satu petani asal Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek mengaku ada puluhan hektare lahan cabai di Parangtritis dan Donotirto yang masih tergenang air. Akibatnya tanaman cabai membusuk, terutama cabai hijau besar.  

“Sebagian kecil sebenarnya ada yang bisa diselamatkan, tapi harga jualnya yang anjlok, hanya Rp2.000 per kilogram. Sementara biaya panen atau pemetik per hari Rp100.000 sehingga tidak menutup. Jadi ya terpaksa didiamkan saja sampai membusuk,” kata Kismanto, saat dihubungi Selasa (11/10/2022).

Menurut Kismanto masih tergenangnya lahan pertanian cabai di Kalurahan Donotirto dan Parangtritis karena saluran pembuangan air terlalu tinggi, sehingga air hujan masih menggenang sejak beberapa hari terakhir ini. Sebenarnya, kata dia, jika tergenang dalam waktu dua hari tidak masalah, namun hujan masih turun sehingga genangan air masih terjadi.

Lebih lanjut Kismanto mengatakan setelah satu pekan tergenang, petani mulai melihat tanaman cabai hijau besar yang sudah siap panen ini daunnya mulai layu dan menguning. Sedangkan buah cabai besar hijau yang siap panen juga mulai rontok yang merupakan tanda awal tanaman cabai akan mati.

“Kalau cabai tetap dipanen kualitasnya buruk dan hanya dihargai oleh pedagang sangat murah. Per kilonya hanya laku Rp2.000 sehingga petani membiarkan tanaman cabai mati daripada merugi banyak ketika memaksakan untuk memetik buah cabai,” ujarnya.

Kismanto sendiri memiliki lahan cabai di Donotirto seluas sekitar 2.800 meter persegi dan hampir semuanya tanaman cabai hijau kualitasnya buruk. Padahal dengan luasan tersebut ketika tidak tergenang air bisa panen hingga 1 ton. Namun ia memilih untuk tidak memanennya, karena jika dipaksakan akan merugi.

Ia mencontohkan ada sejumlah petani yang tetap memanen hingga satu truk yang berisi sekitar 7-8 ton, namun ketika dikirim ke pasar tidak laku karena kualitasnya buruk, “Akhirnya dibawa kembali ke rumah,” ucap Kismanto.

Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo mengakui sejumlah petani di Bantul yang menanam cabai sebagian besar merugi karena harga cabai anjlok di tingkat petani karena kualitas cabai menurun, “Kebetulan saya juga tahu kondisinya, itu akhirnya saya khawatir kalau satu dua hari ini hujan terus, padahal perkiraan kita akan memasuki cuaca ekstrem,” katanya.

Ia belum bisa memastikan berapa kerugian akibat gagal panen tanaman cabai. Namun yang pasti yang mengalami gagal panen ada di tiga kalurahan, yakni Kalurahan Parangtritis, Donotirto, dan Kalurahan Srigading, “Luasannya lebih dari 100 hektare,” katanya.

Menurut Joko sebenarnya yang terendam tidak sampai buah cabai, namun ketika akar tanaman cabai terus tergenang membuat buah cabai layu dan akhirnya bisa membusuk. Hingga saat ini diakuinya masih banyak tanaman cabai yang tergenang air karena pembuangan air lebih tinggi dari lahan cabai. Pihaknya tidak memungkinkan untuk membuang air dengan pompa karena saking banyaknya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement