Merawat Semangat Sumpah Pemuda di Sleman
Advertisement
SLEMAN-Bulan ini bangsa Indonesia kembali memperingati hari Sumpah Pemuda, sebuah peristiwa penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak dalam proses pembentukan kebangsaan Indonesia.
Pada 27-28 Oktober 1928, pemuda dari berbagai organisasi yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara menggelar kongres di Jakarta. Pada akhir kegiatan mereka mengumandangkan ikrar Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Indonesia. Mereka berjanji untuk bersatu membangun landasan berdirinya sebuah negara, kemudian 17 tahun kemudian negara Indonesia berdiri setelah melewati perjuangan yang heroik
"Sekarang, 94 tahun sesudah peristiwa itu, apa yang bisa kita kerjakan? Bersyukur dan mendoakan arwah para pendiri bangsa? Sudah tentu hal itu kita lakukan," kata Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa saat ditemui, Rabu (26/10).
Meski telah berdoa, hal itu belum cukup. Syukur yang sebenar-benarnya yakni dengan merawat apa yang diwariskan para pendiri bangsa. “Bung Karno pernah menyebut, perjuanganmu [perjuangan kita saat ini] lebih berat karena musuh yang dihadapi adalah bangsa sendiri. Dulu, musuh yang dihadapi jelas yakni penjajah Belanda. Sekarang yang kita hadapi adalah musuh yang sulit dilihat secara fisik tetapi daya hancurnya luar biasa. Gempuran ideologi dan budaya asing dilancarkan melalui Internet sehingga langsung masuk ke relung-relung hati dan pikiran para pemuda," kata Danang.
Saat ini, dibutuhkan upaya untuk terus merawat spirit Sumpah Pemuda sesuai tantangan zaman. salah satu caranya dengan menyaring informasi dengan baik sebelum menyebarkan. Jika isinya menimbulkan perpecahan, maka jangan disebarkan. Selain itu, masyarakat harus selalu berpegang pada fakta dan akal sehat saat membaca informasi di media sosial.
"Cara lain yang dapat dilakukan adalah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dengan demikian, kita bisa merawat semangat Sumpah Pemuda dan memupuk persatuan bangsa," katanya.
Dalam penggunaan bahasa Indonesia, dia membayangkan seandainya orang yang lahir, tumbuh dan dewasa di Sleman suatu waktu berkunjung ke Papua atau ke Sulawesi atau ke Aceh, tentu sangat sulit berkomunikasi dengan penduduk setempat. Dengan pelajaran bahasa Indonesia bagi semua siswa di seluruh Indonesia, maka orang dari suku Jawa tetap bisa berkomunikasi dan bersahabat dengan orang Batak, orang Dayak dan lainnya. Oleh karena itu, Danang mengajak masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, sekaligus bangga berbahasa Indonesia.
"Contohnya, kita sudah mempunyai sebutan yang bagus untuk orang tua yaitu ayah dan ibu. Kenapa harus meminjam sebutannya bangsa asing dengan menyebut abi dan umi? Kita sudah punya sebutan yang khas seperti Anda atau kamu; kenapa harus mengatakan ente atau antum? Begitu pula dalam bahasa Inggris. Jika sudah ada ungkapan baku dalam bahasa Indonesia, kenapa harus sok Inggris?" kata Danang. (***)
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru KA Bandara YIA Xpress Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Bantul di Akhir Pekan Bulan November 2024
- Jadwal Terbaru Kereta Api Prameks Jurusan Jogja-Kutoarjo Jumat 22 November 2024
- PakNas Desak Penyusunan Kebijakan Pertembakauan Melibatkan Konsumen
- Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK
Advertisement
Advertisement