Advertisement
Karya Seniman Jogja Tampil di Pameran Natal Vatikan
Karya seniman asal Jogja Maria Tri Sulistyani menjadi salah satu yang dipamerkan dalam The International Exhibition 100 Presepi in Vaticano dalam rangkaian perayaan Natal 2025 di Vatikan, di Vatikan. - Istimewa.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Karya seniman asal Jogja Maria Tri Sulistyani menjadi salah satu instalasi seni yang dipamerkan dalam The International Exhibition 100 Presepi in Vaticano dalam rangkaian perayaan Natal 2025 di Vatikan. Maria menyuguhkan instalasi seni mengangkat tentang penenun Mollo, NTT sebagai penopang Keluarga Kudus.
Pameran 100 Gua Natal di Lapangan Santo Petrus, Vatikan ini masuk dalam kategori event bergengsi, digela mulai 8 Desember 2025 hingga 6 Januari 2026. Karya Maria menjadi satu-satunya dan untuk pertama kalinya wakil dari Indonesia disandingkan dengan 132 gua Natal milik seniman dari 23 negara di antaranya Italia, Kroasia, Spanyol hingga Amerika Serikat.
Advertisement
Maria menampilkan instalasi nativitas berjudul Waving Hope atau Menenun Pengharapan. Karyanya berdimensi 135x135x65 cm mengangkat kisah perjuangan para ibu penenun di Mollo, Nusa Tenggara Timur yang merawat alam dan identitas budaya melalui tradisi menenun.
Ia mengibaratkan tangan penopang Keluarga Kudus tak hanya sebagai tangan yang mendukung dan menemani para penenun, petani, para gembala, namun juga tangan tiga orang majus yang datang dari jauh dan membawakan hadiah. Tangan ini melambangkan bahwa kebaikan datang jika kita mau memulainya.
BACA JUGA
"Nuansa Mollo-nya memang kental, ada kain tenun dari Mollo yang membalut Keluarga Kudus. Mollo merupakan nama kota kecamatan di NTT, juga berarti perempuan dari gunung atau orang yang ditugaskan oleh leluhur untuk menjaga batu, mata air, dan hutan," kata Maria dikutip, Rabu (24/12/2025).
Baginya kain tenun itu menjadi lambang perlawanan sekaligus upaya manusia untuk melawan keserakahan. Hal ini tidak lepas dari kondisi perempuan Mollo menenun selama berbulan-bulan di bawah kaki Gunung Mutis yang ditambang sejak 1999. Para perempuan Mollo maju ke garis depan, berjuang melawan tambang, karena bagi mereka merusak alam berarti mengganggu keseimbangan menjaga ruang hidup.
"Jika saya boleh menggambarkan peristiwa kelahiran Yesus, dan melihatnya dengan peristiwa hari ini, Keluarga Kudus hari ini ditemani oleh Mama-mama penenun kain dari Mollo," ucap pendiri Papermoon Puppet Theatre ini.
Dalam proses partisipasi pameran tersebut, melibatkan Prodi Kajian Budaya, Universitas Sanata Dharma yang berperan dalam pendalaman konseptual, riset budaya, serta kerangka teologis, dan sosial dari karya instalasi.
Ketua Steering Committee delegasi Indonesia, G. Budi Subanar, SJ menjelaskan narasi dalam karya ini merefleksikan pesan inti Natal. Di mana Yesus lahir 2.000 tahun lalu di tengah kaum kecil dan marginal, hadir kembali di tengah mereka yang terus berjuang mempertahankan tanah, air, hutan, dan warisan budaya demi generasi mendatang.
“Pilihan Maria untuk menggunakan kain mama-mama dari Mollo, untuk membungkus Keluarga Kudus sungguh merupakan sebuah simbol yang sangat kuat untuk sebuah solidiritas," ujarnya.
Pemerhati Sastra dan Budaya USD Stanislaus Sunardi menambahkan partisipasi itu wujud kolaborasi antara dunia akademik, seniman dan diplomat dalam kerja diplomasi budaya. Pihaknya membantu merumuskan narasi Natal dapat diterjemahkan ke dalam konteks Indonesia sebagai negara kepulauan yang majemuk, beragam budaya.
“Karya ini kami kaitkan sebagai seni yang membuka ruang bagi banyak pihak dari berbagai latar belakang, untuk berani berpihak pada masyarakat tersisih, khususnya para perempuan Mollo,” katanya.
Pimpinan Delegasi Indonesia ke The International Exhibition 100 Presepi in Vaticano Nina Handoko menilai partisipasi ini juga menegaskan peran penting diplomasi budaya dalam mempererat persahabatan antarbangsa. Di sisi lain, ia mengapresiasi para partisipan asal Indonesia yang bermodal nekat dengan tanpa honor dari pemerintah. Alasannya kegiatan itu dipersembahkan tulus untuk Kanak-Kanak Yesus dan untuk Indonesia.
"Partisipasi ini bukan hanya soal seni, tapi juga tentang bagaimana Indonesia membawa pesan perdamaian dan harapan ke panggung dunia, serta memperkuat ikatan antarbangsa melalui bahasa universal budaya. Kami berharap semangat kebersamaan dan kasih Natal dari Indonesia dapat menyebar ke seluruh dunia," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




