Advertisement

Kisah Forecaster BMKG: Cermat Membaca Cuaca, Perkecil Potensi Bencana

Sirojul Khafid
Sabtu, 29 Oktober 2022 - 08:27 WIB
Arief Junianto
Kisah Forecaster BMKG: Cermat Membaca Cuaca, Perkecil Potensi Bencana Hendy Andriyanto berfoto dengan latar kantor BMKG Stasiun Meteorologi YIA, Kulonprogo, Senin (24/10/2022). - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Tak ada yang tetap di dunia, begitu pula dengan cuaca. Di tangan para forecaster (prakirawan cuaca), masyarakat bisa lebih awas. Salah satu yang berperan adalah Hendy Andriyanto. 

Kala itu, ada empat pesawat terbang yang masih berada di atas langit DIY. Para pilot sedang menunggu arahan untuk mendarat di Yogyakarta International Airport (YIA). Cuaca sedang buruk saat itu. Hujan deras beserta angin membuat pandangan pilot hanya ratusan meter. Untuk mendarat, idealnya penglihatan sekitar 2.000 meter.

Advertisement

Mungkin ratusan penumpang tegang dan ingin segera mendarat. Namun, di salah satu ruangan berukuran setengah lapangan badminton, Hendy Andriyanto dan kawan-kawannya tidak kalah tegang.

Dia dan prakirawan cuaca (forecaster) lainnya fokus menganalisa cuaca di YIA secara cermat dan real time. Keputusan pesawat untuk mendarat di waktu yang tepat sepenuhnya berasal dari rekomendasinya.

Operator dari Air Traffic Control (ATC) YIA terus meminta kepastian waktu yang memungkinkan untuk mendarat. Sayangnya cuaca belum bisa stabil secara konsisten. “Dua pesawat akhirnya bisa mendarat [saat kondisi cuaca membaik],” kata Hendy saat ditemui di Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi YIA, Kulonprogo, Senin (24/10/2022). “Sementara dua pesawat lain mendarat di bandara alternatif, biasanya ke Bandara Solo atau Semarang,” imbuh dia.

Tahun ini adalah tahun ke-13 Hendy bekerja di BMKG. Selama 10 tahun dia bekerja di Tegal dan sisanya di Kulonprogo.

Kenangan itu salah satu dari banyak kejadian tentang memberikan prakiraan cuaca. Secara tidak langsung, Hendy dan prakirawan cuaca lainnya berdampak pada nyawa ratusan orang di pesawat.

Meski rekomendasi atau analisa cuaca berdasarkan data dan alat yang ada, tetapi perasaan waswas tetap hinggap di dada. Bisa saja manusia berbuat salah, dalam hal ini menyampaikan analisa cuaca.

BACA JUGA: Bus Rombongan Takziyah Terperosok ke Sawah, Begini Kondisinya

Dalam membantu kelancaran penerbangan, terutama bagian take off dan landing, pekerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) YIA memberikan gambaran kecepatan dan arah angin. Termasuk juga prediksi pergerakan awan yang berdampak pada tingkat hujan.

Ada dua bagian yang menjadi ranah prakirawan cuaca di BMKG YIA. Selain untuk kebutuhan penerbangan, analisa cuaca juga ditujukan untuk publik. Prakiraan cuaca untuk publik meliputi gelombang ombak untuk nelayan dan cuaca di tiap wilayah.

Setiap harinya, data dari alat di berbagai wilayah DIY akan dikumpulkan oleh bagian observasi. Setelah itu, prakirawan cuaca akan mengalisa dengan disandingkan dari data satelit dan radar.

Hendy Andriyanto saat memantau cuaca harian, Senin (24/10/2022)./Harian Jogja-Sirojul Khafid

Satelit melihat pergerakan awan secara umum. Sementara radar yang alatnya berada di bawah akan memberikan gambaran yang lebih detail, pergerakan awan sampai tingkat curah hujan. “Hasilnya berupa satu sistem. Data tadi kami olah, kami buat prakiraan cuaca per jam, per wilayah,” kata Hendy. 

Peringatan Dini

Pada dasarnya, prakirawan cuaca bisa memprediksi cuaca sampai tiga hari ke depan. Namun, selalu ada pemantauan cuaca setiap 10 menit di sistem.

Apabila terdapat anomali atau bahkan potensi hujan lebat, setidaknya setengah jam sebelumnya, BMKG akan memberikan peringatan dini. Misal akan ada banjir, maka masyarakat bisa lebih berhati-hati. Petugas dari BPBD juga bisa bersiap-siap menangani pencegahan atau dampak yang mungkin muncul.

Hasil pengolahan data dibagikan di berbagai Whatsapp Grup mulai dari nelayan, media massa, BPBD, dan stakeholder lainnya. Agar masyarakat juga bisa mengakses, prakiraan cuaca dibagikan di media sosial seperti Instagram, Twitter, dan lainnya. Adapula penyebaran informasi melalui radio.

Potensi cuaca ekstrem bisa terjadi kapan saja. Hendy dan teman-temannya secara bergantian memantau cuaca di DIY selama 24 jam.

Faktanya, kata Hendy, DIY wilayah utara lebih sering mengalami hujan lebat pada siang dan sore hari. Sementara DIY bagian Selatan cenderung sering hujan lebat pada sore sampai malam hari. Namun, ada kondisi dan waktu anomali terjadinya pola hujan.

“Kalau ada potensi cuaca ekstrem, kami beri peringatan dini. Seperti contoh di Kulonprogo kadang jam 22.00 WIB ada peringatan,” kata Hendy.

Setelah peringatan dini diberikan, biasanya dari pihak BPBD atau satuan penanganan kebencanaan lain akan memberikan laporan balik. Tidak jarang terdapat dampak seperti rumah rusak, pohon tumbang, dan lainnya. Bulan Desember sampai Januari biasanya menjadi puncak laporan kerusakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement