Perlukah Sekolah Melarang Permainan Lato-lato? Ini Jawaban Pakar..
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Belakangan ini, keberadaan lato-lato menuai kontroversi. Di satu sisi dapat mengalihkan anak dari ketergantungan gadget, tetapi di sisi lain bisa membahayakan fisik akibat benturan yang sewaktu-waktu mengenai anak.
Lantas apakah sekolah dan orang tua perlu melarang anak untuk bermain lato-lato?
Advertisement
Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Drs. Koentjoro, M.BSc., Ph.D kurang setuju jika sekolah melarang lato-lato. Sekolah justru memiliki peran untuk memberikan pengertian pada siswanya akan aturan dan cara bermain lato-lato yang aman dan tidak mengganggu lingkungan.
Menurutnya sekolah justru bisa menjadi fasilitator bagi anak dalam menyalurkan hobi bermain lato-lato. Misalnya dengan menyelenggarakan lomba lato-lato yang tidak hanya sebagai sarana menampung hobi anak, tetapi juga mengajarkan bagaimana bermain secara jujur dan sportif.
“Sekolah mengingatkan. Bukan hanya sekedar melarang karena berbahaya atau membiarkan saja namun anak-anak diingatkan bahaya lato-lato bagi diri sendiri dan orang lain serta kapan bisa bermain biar peka terhadap lingkungan,” paparnya dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Selasa (10/1/2023).
Baca juga: Dinilai Mengganggu Hingga Berbahaya, Inilah Sederet Insiden yang Ditimbulkan Lato-lato
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga meminta pemerintah untuk terburu-buru melarang permainan lato-lato.
“Jadi jangan terburu-buru melarang anak bermain. Temani anak bermain. Karena fase tumbuh kembang anak akan optimal jika mereka dapat bermain dengan gembira dan aman,” kata Sub Komisi Pengaduan KPAI, Dian Sasmita dikutip dari Solopos-jaringan Harianjogja.com.
Menurutnya, pelarangan lato-lato bukan solusi yang tepat. Orang tua adalah pihak yang berperan penting dalam mengawasi anak-anak dalam berain. Mereka perlu mengenalkan anak dengan etika bermain agar anak paham bahwa tidak semua tempat dapat dijadikan ruang bermain.
Bermain lato-lato dengan anak dapat membangun kelekatan antara anak dan orangtua. Lima belas menit bermain dengan anak akan membuat mereka menjadi lebih gembira. Anak merasakan kehadiran orang tuanya secara utuh.
“Pemerintah, seperti sekolah atau dinas kebudayaan atau pariwisata, dapat mewadahi kreativitas anak dengan lato-lato,” tuturnya.
Dia mencontohkan bisa dengan menggelar berbagai lomba tentang mainan lato-lato. Seperti menggambar di lato-lato atau bikin instalasi atau mural tema lato-lato. Artinya, pemerintah perlu menyadari bahwa setiap anak membutuhkan dan memiliki hak untuk bermain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Nataru, Manfaatkan Diskon Tarif Tol 10 Persen, Cek Ketentuannya di Sini
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- Gereja HKTY Ganjuran Bantul Gelar Empat Kali Misa Natal, Ini Jadwalnya
- KAI Tambah 1.400 Perjalanan Saat Libur Natal dan Tahun Baru
- Perumda PDAM Tirtamarta Gelar Wayang Kulit Lakon Wahyu Pulung Warih
- Incar Mahasiswa, Kasus Penipuan Penggelapan Paling Banyak Terjadi di Sleman
- Pusat Oleh-Oleh Diharapkan Mampu Tumbuhkan Ekonomi Jogja
Advertisement
Advertisement