Advertisement

Promo November

Waduh...Separuh Lulusan SMA/SMK di Sleman Tak Lanjut Kuliah

Anisatul Umah
Selasa, 07 Februari 2023 - 16:47 WIB
Bhekti Suryani
Waduh...Separuh Lulusan SMA/SMK di Sleman Tak Lanjut Kuliah Ilustrasi wisuda perguruan tinggi - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN–Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyebut lebih dari separuh lulusan SMA/SMK di Kabupaten Sleman tidak melanjutkan kuliah. Faktor ekonomi menjadi penyebab utamanya.

Dia menyebut setiap tahunya ada 20.000-an lulusan SMA/SMK di Sleman. Sementara, kurang dari 10.000 lulusan yang melanjutkan kuliah. "Setiap tahun 20.000 ini yang lulus sekolah dan tidak ada separuhnya [melanjutkan kuliah] karena kurang mampu," kata Kustini pekan lalu.

Advertisement

Kustini berharap semakin banyak anak-anak dari Sleman yang bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menurutnya punya program mengkuliahkan warga kurang mampu. Pada 2022 lalu ada 172 anak Sleman yang bisa masuk kuliah ke Universitas Amikom Yogyakarta.

"2023 kami anggarkan  setidaknya Rp4 miliar untuk sekolah anak-anak kita. Kerja sama Unisa [Universitas 'Aisyiyah] dan nanti yang vokasi-vokasi," ucapnya.

Melalui pendidikan diharapkan bisa memutus mata rantai kemiskinan di Sleman. Kustini menyebut, jika ada satu orang miskin di Sleman dan punya dua orang anak maka akan ada tiga orang miskin. Oleh karena itu anak-anak tersebut harus mengenyam pendidikan tinggi.

"Tanpa memotong mata rantai dengan pendidikan gak bisa maksimal [tekan kemiskinan]. Saya punya program untuk memotong mata rantai kemiskinan yakni dengan pendidikan, tapi sasarannya warga miskin, rentan miskin, dan PKH."

DIY, kata Kustini, memang tercatat sebagai provinsi termiskin. Tapi angka harapan hidup di DIY khususnya Sleman tinggi sampai usia sekitar 75-76 tahun.

BACA JUGA: Sultan Singgung Perajin UMKM Malioboro yang Diupah Rendah

"Sehingga angka harapan hidup yang tinggi, pendidikan terbaik tapi paling senang hidupnya di DIY," ucapnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat DIY menjadi provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Jawa per September 2022. Menanggapi hal ini, Kepala Dinsos Sleman, Eko Suhargono menyampaikan budaya warga Jogja tidak konsumtif. Masyarakat lebih suka menabung daripada untuk belanja konsumtif.

"Orang DIY lebih baik menyimpan tidak untuk konsumtif makan, pakaian secukupnya. IPM [Indeks Pembangunan Manusia] juga tinggi, angka harapan hidup juga tinggi." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement