Advertisement

Penyebarluasan Vaksinasi Jadi Strategi Penanggulangan Campak di DIY

Yosef Leon
Kamis, 23 Februari 2023 - 05:07 WIB
Budi Cahyana
Penyebarluasan Vaksinasi Jadi Strategi Penanggulangan Campak di DIY Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat sepanjang 2022 lalu ada 48 kasus campak di wilayahnya.

Sleman dan Bantul merupakan penyumbang terbanyak dengan masing-masing 16 kasus, diikuti Kota Jogja dengan sembilan kasus serta Kulonprogo dan Gunungkidul di nomor paling buncit dengan berurutan menyumbang enam dan satu kasus. 

Advertisement

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, kasus campak terbanyak ditemukan pada anak di bawah usia 1-4 tahun dengan jumlah 21 kasus. Kemudian diikuti usia 5-9 tahun dengan jumlah 13 kasus dan usia 10-14 tahun di angka 3 kasus. Sementara, pada anak di atas usia 14 tahun ditemukan tiga kasus. 

Padahal di wilayahnya cakupan vaksinasi campak atau Measles Rubella (MR) sudah mencapai angka 97,72 persen dengan vaksinasi booster sejumlah 94,87 persen. Namun, tingginya cakupan vaksinasi itu tidak serta merta membuat kasus campak minim. 

"Campak memang bisa diantisipasi dengan pemberian vaksinasi, tetapi daya tahan tubuh juga turut berpengaruh," katanya beberapa waktu lalu. 

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengantisipasi penyakit campak di wilayah DIY, di antaranya dengan penyebarluasan vaksinasi mencapai 100 persen, edukasi kepada masyarakat maupun pemantauan serta memaksimalkan perawatan bagi pengidap campak. Dinas juga mengimbau kepada orang tua untuk meningkatkan pengawasan kepada anak yang terindikasi suspek campak. 

"Kalau sudah ada tanda-tandanya seperti panas, batuk, atau merah di belakang telinga itu supaya di tahan jangan keluar rumah dulu atau bepergian. Supaya jangan menular kepada orang lain," jelasnya. 

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Jogja Lana Unwanah menyebutkan di wilayahnya terdapat 16 kasus campak pada tahun lalu. Setelah pemeriksaan sampel darah, sembilan kasus positif campak terungkap. Dari jumlah itu dua kasus positif berstatus satu kesatuan epidemiologis. 

"Mitigasi dan pencegahan itu sebenarnya sudah kami lakukan, karena vaksinasi sudah di angka 96 persen, sementara indikator kekebalan populasi campak vaksinasinya di angka 95 persen," katanya. 

Menurut Lana, campak merupakan penyakit yang tergolong ke dalam PD3I atau penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh karenanya strategi penyebarluasan vaksinasi akan digencarkan oleh pihaknya. Sebab masih ada sebanyak empat persen lagi yang belum memperoleh vaksinasi MR di wilayah itu. Semaksimal mungkin pemberian vaksinasi dilakukan sejak dini mulai dari usia 9 dan 18 bulan kemudian terakhir di usia kelas 1 SD. 

"Kami minta orang tua yang punya bayi itu ya datang ke Puskesmas, semua imunisasi dasar itu tersedia. Kalau cuma campak saja tidak masalah, yang ditakutkan itu soal komplikasinya seperti Pneumonia dan yang lain, itu kan bisa membahayakan nyawa bayi," ucap Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Empat Kades di Bojonegoro Jadi Tersangka Korupsi, Tilap Dana Pembangunan Jalan Total Senilai Rp1,2 M

News
| Rabu, 08 Mei 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga

Wisata
| Senin, 06 Mei 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement