Advertisement

Saluran Air Kuno yang Ditemukan di Situs Kraton Pleret Diduga Peninggalan Masa Amangkurat I

Ujang Hasanudin
Selasa, 14 Maret 2023 - 20:07 WIB
Bhekti Suryani
Saluran Air Kuno yang Ditemukan di Situs Kraton Pleret Diduga Peninggalan Masa Amangkurat I Tim arkeolog saat menemukan saluran air kuno dari tanah liat dalam proses ekskavasi atau penggalian arkeologis benteng sisi barat Kedaton IV di Situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul - Foto dok. Dinas Kebudayaan DIY

Advertisement

Harianogja.com, BANTUL—Tim arkeolog dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY  menemukan saluran air (paralon) kuno dari tanah liat dalam proses ekskavasi atau penggalian arkeologis benteng sisi barat  Kedaton IV di Situs Keraton Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul. Saluran air itu diduga peninggalan masa raja Amangkurat I.

Saluran air kuno tersebut pertama kali ditemukan pada Rabu (7/03/2023) atau beberapa hari menjelang proses ekskavasi berakhir pada Senin (13/3/2023) lalu. Paralon kuno yang terbuat dari tanah liat oleh masyarakat setempat disebut Plempem atau Riul.

Advertisement

Tenaga Ahli Ekskavasi, Danang Indra Prayudha menjelaskan ekskavasi dilakukan di sisi selatan tak jauh dari Museum Sejarah Purbakala Pleret. Saat ekskavasi tersebut, ditemukanlah satu potong saluran air yang berada di sisi paling barat. Saluran air kuno tersebut ditemukan pada Rabu sore menjelang ekskavasi hari itu berakhir atau menjelang pukul 16.00. 

“Yang kami temukan itu belum terlihat sepenuhnya gerabah berbentuk silinder, baru tampak permukaannya saja. Hari Kamis, kami coba buka penuh temuan gerabah tersebut. Kami juga menduga ada terusannya ke arah timur,” katanya saat dikonfimasi wartawan, Selasa (14/3/2023).

BACA JUGA: Kirim Surat ke Kapolri, Amnesty International Minta Polisi Penyiksa Terdakwa Klitih Gedongkuning Diadili

Setidaknya delapan plempem tanah liat kuno ditemukan di area ekskavasi Kedaton IV sisi selatan. Plempem ini mempunyai panjang 62 sentimeter hingga 66 sentimeter dengan diameter 35 sentimeter per riul. Saluran air kuno yang ditemukan tersebut masih akan diidentifikasi lebih lanjut terutama terkait fungsinya apakah untuk saluran pembuangan air atau saluran air bersih.

Dari hipotesis awal, tim menduga saluran kuno ini satu konteks dengan benteng sisi barat keraton karena derajat kemiringan yang sama di dengan benteng yaitu 10 derajat. Hipotesis berikutnya  benteng ini mempunyai saluran  dari dalam ke luar yang berhenti di mulut benteng sisi dalam. Di dalam benteng saluran tersebut digantikan dengan bata putih ditumpuk bata merah hingga keluar benteng ada mulut saluran.

Menurutnya temuan tersebut baru pertama dan unik karena ada saluran air. Ia menduga temuan itu satu periode namun masih perlu dibuktikan. “Tetapi sementara ini adalah bagian dari benteng karena kemiringannya sama  dan bagian menyatu antara benteng dengan saluran airnya. Jika ternyata saluran air ini benar bagian dari benteng maka menunjukan bentengnya punya saluran air. Kita akan coba uji sampel tanah yang di dalam saluran isinya apa? Apakah itu kotoran atau air bersih,” jelasnya.

Danang menyampaikan temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I  ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret. Adapun Amangkurat I merupakan raja Kesultanan Mataram yang memerintah tahun 1646-1677.

Dengan demikian desain museum tersebut harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini. Hal ini juga telah diatur dalam Peraturan Cagar Budaya  apabila mendirikan bangunan baru setidaknya ada jarak dua meter dari objek cagar budayanya.

Lebih lanjut Danang mengatakan awalnya ekskavasi ini merupakan tindak lanjut dari rencana Seksi Museum Kundha Kabudayan DIY mengembangkan Museum Pleret yang sekarang eksisting sampai ke selatan. Dalam pengembangan itu, ada perencanaan-perencanaan seperti bangunan, gedung, pembuatan pagar dan sebagainya.

Untuk menindaklanjuti rencana tersebut,  Seksi  Pemeliharaan Warisan Budaya menindaklanjuti dengan survei dalam pengembangan lahan apakah ada objek diduga cagar budaya atau tidak. Tindak lanjut itu kami lakukan dengan survei di lapangan yang dilakukan pada 2022 lalu. Dalam survei tersebut, tim menemukan tumpukan bata yang terlihat di permukaan di dua titik.

Dari temuan tersebut pihaknya melakukan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya.  Ekskavasi Kedaton IV tahap berikutnya dilanjutkan pada 2023, tepatnya sejak 14 Februari hingga 13 Maret 2023.

“Kami  tidak menduga setelah tanah dibebaskan ternyata ada temuan benteng sisi Barat Keraton Pleret ditambah temuan baru saluran air kuno,” ungkap arkeolog lulusan UGM ini.

Berbekal data-data terkait Keraton Pleret era Amangkurat I, tim ekskavasi mencoba melakukan pencocokan dengan peta-peta lama dari sumber-sumber sejarah. Dari upaya tersebut, tim berasumsi temuan yang ada di lokasi tersebut  adalah benteng sisi barat Keraton Pleret. Namun kondisi benteng tidak utuh.

Menurutnya, kondisi benteng yang tidaklah utuh  ini dikarenakan aktivitas  warga di periode-periode setelahnya. Sebab sebelum dibebaskan, tanah tersebut milik warga yang sebelumnya digunakan untuk pembuangan sampah dan pembuatan batu bata.

"Ada kecenderungan benteng ini ketemu ketika pertama di bawah pohon karena tidak terusik dan kedua di batas tanah warga. Sayangnya ada kendala dalam melakukan ekskavasi di Kedaton IV  yaitu setiap menggali di kedalaman 1,5 meter muncul air yang menggenang meskipun tidak hujan,” lanjut Danang.

Dari hasil-hasil temuan ekskavasi Kedaton IV ini, tim arkeolog memberikan sejumlah rekomendasi pengembangan Museum Pleret yang bisa dilakukan oleh OPD terkait. Rekomendasi tersebut yakni melakukan mapping atau pemetaan menggunakan foto udara, membuka sisi luar setidaknya berjarak 4 meter dari temuan dan pengelolaan temuan baru menjadi site museum yang di display dengan baik  agar bisa dilihat langsung masyarakat.yang berkunjung ke Museum Pleret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement