Mengenal Masjid Syuhada yang Kini Jadi Masjid Agung Jogja, Tempat Ibadah Sarat Sejarah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemkot Jogja resmi mengukuhkan status Masjid Syuhada di kawasan Kotabaru sebagai Masjid Agung untuk Kota Jogja, Sabtu (1/4/2023) malam. Masjid tersebut sarat nilai sejarah.
Masjid Syuhada terletak di jantung Kota Jogja yakni kawasan Kotabaru. Masjid ini bukan sekadar tempat beribadah, tetapi lebih merupakan monumen bersejarah dalam perjuangan bangsa.
Advertisement
Saat pendudukan Jepang, tempat itu tidak bisa dilepaskan dari perlawanan terhadap penjajah. Sebanyak 21 orang gugur melawan tentara Nippon. Nama-nama pejuang itu kemudian diabadikan menjadi nama jalan di kawasan Kotabaru, Jogja.
Pembangunan masjid kala itu awalnya bertujuan sebagai monumen sejarah para syuhada yang gugur pada waktu itu.
Seiring dengan kebutuhan akan tempat peribadatan, masjid ini digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat muslim di Kotabaru.
Istilah syuhada sudah dikenal masyarakat, artinya orang-orang yang syahid atau gugur di jalan Allah. Nama lengkap masjid ini adalah Masjid Peringatan Syuhada. Mengingat terlampau panjang, seringkali disebut Masjid Syuhada saja.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pembangunan Masjid Syuhada dimulai dengan pembentukan panitia pada 14 Oktober 1949. Peletakan batu pertama dilakukan 23 September 1950 dan peresmian penggunaan dilakukan pada tanggal 20 September 1952.
Tanah yang dipakai untuk bangunan masjid merupakan pemberian dari Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Tanah ini terletak di sebelah timur Kali Code. Lokasi tanah ini berada diantara dua jembatan yaitu Jembatan Kridonggo (Kreteg Kewek) dan Jembatan Gondolayu.
BACA JUGA: Sah! Kota Jogja Kini Punya Masjid Agung
Masjid Syuhada terdiri tiga lantai. Atap masjid sebagai puncak masjid terdapat kupel (mustoko) besar sebagai kubah masjid. Bagian tengah merupakan ruangan untuk salat dan bagian bawah berupa ruangan yang digunakan sebagai kantor dan perpustakaan masjid.
Cagar Budaya
Kini masjid tersebut dikukuhkan sebagai Masjid Agung setelah melalui pertimbangan Pemkot Jogja atas berbagai peran yang dilakukan baik di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial.
“Masjid Syuhada tidak hanya sebagai bangunan cagar budaya, penuh nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan. Para syuhada telah berjuang merebut kemerdekaan, kalau di Jakarta jadi Masjid Istiqlal,” kata Pj Wali Kota Jogja, Sumadi dalam sambutanya, Sabtu.
Sumadi menjelaskan pembangunan masjid tersebut merupakan prakarsa dari Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno pada saat Ibu Kota Negara pindah ke Jogja.
“Masjid ini tidak bisa dipisahkan dari nilai perjuangan. Karena ini telah menjadi Masjid Agung maka kami mengimbau kepada semuanya untuk menarasikan jika berkunjung ke Jogja tidak afdol kalau tidak ke Masjid Agung Syuhada," kata dia. Sumadi meminta agar takmir dan jemaah bisa merawat dengan baik masjid tersebut.
Masjid Syuhada di Jogja boleh saja dibilang mirip Masjid Istiqlal. Tapi mungkin justru Istiqlal yang sebenarnya mirip Masjid Syuhada, sebab masjid di Kotabaru ini lebih dulu berdiri. Penggagasnya sama-sama Ir. Soekarno. Secara lokasi, masjid ini terletak nyaris berdampingan dengan Gereja St. Antonius Kotabaru. Istiqlal pun nyaris sama, didirikan berdampingan dengan Gereja Katedral.
Menkopolhukam Mahfud MD yang juga datang dalam rangkaian kegiatan tersebut mengingatkan kepada jemaah agar selalu ingat terhadap sejarah. “Orang yang gugur di medan perang, itu tidak akan mati. Meskipun jasadnya tidak ada, tetapi pikirannya ada bersama kita,” ujar Mahfud.
Ia mengenang Masjid Syuhada sebagai masjid peninggalan pemerintahan pertama Republik Indonesia saat berpindah ke Jogja kala terjadi agresi militer Belanda.
Ketua Yayasan Syuhada KRT Jatiningrat menyampaikan sejak berdiri pada 1952, Masjid Syuhada turut andil menjaga keberagaman yang mengedepankan tasawuf dan menghargai golongan lain dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Selain tempat ibadah, Masjid Syuhada sebagai simbol peradaban, selaras dengan fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW dan kekhalifahan,” ujar KRT Jatiningrat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- PakNas Desak Penyusunan Kebijakan Pertembakauan Melibatkan Konsumen
- Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement