Advertisement

Kemungkinan Lebaran Berbeda, Kemenag Bantul Imbau Warga Tetap Rukun

Ujang Hasanudin
Rabu, 19 April 2023 - 13:07 WIB
Maya Herawati
Kemungkinan Lebaran Berbeda, Kemenag Bantul Imbau Warga Tetap Rukun Ilustrasi Salat Idulfitri / dok

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bantul memprediksi ada kemungkinan perbedaan dalam menentukan 1 Syawal 1444 Hijriah tahun ini di antara organisasi masyarakat (Ormas) Islam di Indonesia. Sehingga hari Lebaran Idulitri bisa terjadi dua kali, yakni Jumat (21/4/2023) dan Sabtu (22/4/2023)

“Kami imbau masyarakat saling menghormati satu sama lain terkait perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hjiriah. Namnya perbedaan sunatullah,  diharapkan tak ada konlik dan memepermasalakan perbedaan ini. Kami akan memfasilitasi tempat salat Idulfitri meskipun berbeda dengan pemerintah,” kata Kepala Kemenag Bantul, Amad Sidqi, saat dihubungi Rabu (19/4/2023).

Advertisement

Sebagaimana diketahui Muhammadiyah sudah memutuskan bahwa 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Jumat, 21 April 2022. Sementara pemerintah baru akan melakukan Sidang Isbat pada 20 April 2023. Sidang isbat tersebut untuk mengumpulkan hasil pengamatan hilal dari semua Pusat Observasi Bulan (POB) di berbagai wilayah di Indonesia.

BACA JUGA: Waktu Idulfitri Lebaran 2023 Diperkirakan Ada Perbedaan, Ini Penjelasan Kemenag

Menurut Gus Asid-sapaan akrab Ahmad Sidqi, jika hilal tidak terlihat sampai batas tiga derajat maka dilakukan istikmal atau penyempurnaan Ramadan 30 hari. Jika demikian maka 1 Syawal jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Berdasarkan hisab, 20 April itu hilal baru terlihat sekitar 0,75 derajat sehingga kemungkinan kecil hilal bisa terlihat.

Ia menyatakan pemerintah menggunakan metode rukyat atau pengamatan hilal dalam menentukan awal bulan baru. Sementara Muhammadiyah menggunakan metode hisab. Metode rukyat hilal ada kriterianya yakni tiga derajat sesuai kesepakatan asosiasi kementerian agama di ASIA Tenggara yang memiliki karakteristik dan geografis yang sama, konjungsi waktu sama antara Indonesia, Brunei Darussalam, Singapuran, dan Malaysia.

Berdasarkan kesepakatan itu, hilal baru bisa terlihat ketika sampai tiga derajat. “Di bawah itu tidak bisa dilihat. Jika ada yang bisa dilihat dipastikan bohong,” katanya.

Namun demikian, baik metode hisab dan metode rukyat atau pengamatan langsung hilal meliliki landasan hukum masing-masing sehingga masyarakat diminta untuk saling menghormati dan menghargai

“Terhadap perbedaan namanya perbedaan bagian dari hukum. Siapapun silakan masing-masing meiliki landasan kuat, kita imbau saling menghormati,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement