Advertisement
DPRD: Program Bedah Menoreh Jadi Penyeimbang Pembangunan Selatan Kulonprogo

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Komisi III DPRD Kabupaten Kulonprogo yang menangani bidang pembangunan menilai program Bedah Menoreh dapat menjadi unsur penyeimbang dengan wilayah Selatan Kulonprogo.
Sekretaris Komisi III DPRD Kulonprogo, Sarkawi mengatakan ketimpangan pembangunan antara wilayah Selatan dengan Utara dapat dikurangi dengan program Bedah Menoreh.
Advertisement
“Bedah Menoreh ini kan program yang direncanakan untuk menghubungkan antara Bandara Internasional Yogyakarta dengan Candi Borobudur sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional [KSPN],” kata Sarkawi ditemui di kantornya pada Selasa (27/4/2023).
Sarkawi menambahkan program Bedah Menoreh tersebut, saat ini justru mandek. Padahal Komisi III memiliki harapan dan rasa optimistis terhadap program tersebut dalam mengatasi ketimpangan pembangunan wilayah Selatan dengan Utara.
“Sebelumnya kami mengandaikan program tersebut akan luar biasa, karena Bedah Menoreh menjadi program yang menyangga KSPN Candi Borobudur yang terhubung dengan YIA. Pertumbuhan ekonomi pun akan signifikan di wilayah Utara,” katanya.
Koneksi antara Candi Borobudur dengan YIA akan disertai pertumbuhan ekonomi warga melalui UMKM. Lapangan kerja pun akan muncul seiring pertumbuhan dan perkembangan program tersebut.
Sarkawi juga menanggapi pembangunan di wilayah Nanggulan utamanya dari perempatan Kenteng Nanggulan ke Barat yang mulai ditumbuhi usaha-usaha. Pertumbuhan tersebut wajar mengingat Pandemi Covid-19 telah berakhir.
“Kalau untuk akses jalan dari perempatan Kenteng ke Barat itu kan wilayahnya Provinsi, jadi kami tidak dapat bertindak. Kami hanya bisa mengajukan permohonan ke Provinsi,” ucapnya.
Lebih jauh Sarkawi menyayangkan kegiatan penambangan yang begitu masif di Kulonprogo utamanya di Bantaran Sungai Progo. Ketika Komisi III melakukan inspeksi mendadak, tidak memiliki kewenangan untuk menghentikan proses penambangan, padahal Kulonprogo terkena dampaknya dari aktivitas tersebut.
“Contohnya pengambilan batu andesit di Perbukitan Menoreh misalnya di Waduk Sermo. Itu kalau diambil batuan andesitnya, maka ketika ada hujan, air limbah penambangan akan mengganggu Waduk Sermo itu sendiri. Sekarang itu sudah terjadi sedimentasi di Waduk Sermo yang sebelumnya diprediksi akan terjadi 50 tahun yang akan datang. Malah sudah terjadi terlalu dini sedimentasinya. Sudah dangkal itu,” pungkasnya.
Ancaman tersebut justru tidak sebanding dengan pembangunan di wilayah Utara Kulonprogo, karena saat ini pembangunan justru difokuskan ke wilayah Selatan mengikuti program strategis nasional. “Kami memperhatikan hal yang menjadi perhatian dari Pemerintah Pusat,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Prabowo Sebut Harta Korupsi adalah Harta Haram yang Akan Bawa Petaka
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Status Sentra Salak Sleman Terancam Hilang, Produksinya Tak Berkembang
- Pasar Godean Terapkan Parking Gate, Siap Uji Coba Tarif Progresif
- Kehadiran Satgas MBG Diklaim Perkuat Koordinasi Lintas OPD
- Perpusda Sleman Ditutup Sementara untuk Renovasi Atap
- Laguna Glagah Mulai Dilirik untuk Destinasi Campervan, Ini Alasannya
Advertisement
Advertisement