Advertisement

Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Kering, Waspadai Kebakaran Lahan

Ujang Hasanudin
Selasa, 02 Mei 2023 - 18:37 WIB
Arief Junianto
Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Kering, Waspadai Kebakaran Lahan Ilustrasi kebakaran akibat musim kemarau. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terkait dengan potensi kebakaran lahan seiring masuknya musim kemarau.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY memprediksi kemarau tahun ini lebih kering dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement

Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul, Aka Luk Luk Firmansyah mengatakan berdarkan prakiraan BMKG bahwa musim kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga berbagai upaya antisipasi dampak bencana harus dipersiapkan lebih matang.

Menurutnya, potensi bencana yang kerap muncul pada musim kemarau salah satunya kebakaran lahan. Untuk potensi kebakaran lahan di Bantul diakuinya hampir merata di seluruh wilayah.

Namun, untuk wilayah dengan zona merah terletak di kapanewon Kasihan, Sewon, sebagian Pleret, Piyungan, sebagian Banguntapan, Imogiri, Pundong, Bambanglipuro, Jetis, Pajangan, Bantul, Dlingo, dan Kretek.

“Untuk mencegah terjadinya kejadian kebakaran lahan, kami mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat menjadi penyebab kebakaran lahan, seperti membakar sampah di tengah hutan yang banyak dedaunan kering dan meninggalkan sumber api tanpa pengawasan,” katanya kepada wartawan, Selasa (2/5/2023).

BACA JUGA: Cuaca Panas, BPBD Bantul Ingatkan Potensi Kebakaran

Pihaknya memastikan tujuh pos pemadam kebakran siap siaga 24 jam untuk menanggulangi jika teradi kebakaran, baik kebakaran lahan, permukiman, gudang, maupun pertokoan. Ketuju pos pemadam kebarakan, yakni pos induk BPBD Bantul di Jalan Wahid Hasyim Bantul, kemudian pos pemadam Kasihan, Pos Banguntapan, Pos Piyungan, Pos Imogiri, Pos Pundong, dan Pos Sedayu.

Hampir semua kapanewon ter-cover respons time maksimal 15 menit. Kecuali kapanewon Dlingo dan Srandakan yang letaknya cukup jauh dan saat ini sedang diupayakan untuk mendirikan pos pemadam kebakaran di dua lokasi tersebut.

“Tetapi untuk tujuh sektor pemadam kebakaran yang ada, kami pastikan siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kebakaran dan kedaruratan lainnya dengan respon time 15 menit,” ujarnya

Sebelumnya, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Etik Setyaningrum mengatakan fenomena La Nina pada Maret 2023 dalam kondisi netral dan diprediksi akan bertahan hingga semester pertama 2023. Sedangkan pada semester kedua, diprediksi akan beralih menjadi El Nino dengan peluang kejadian 50-60%.

Ia menjelaskan anomali suhu muka laut perairan Indonesia (Sea Surface Temperature/SST) pada Maret hingga Mei 2023 didominasi kondisi normal yang kemudian akan beralih menuju anomali positif (hangat) pada Juni hingga Agustus 2023.  Monsun Australia diprakirakan mulai memasuki wilayah Indonesia selatan ekuator pada Mei 2023 dengan intensitas relatif sama dengan pola normalnya.

Posisi daerah pertemuan angin di sekitar ekuator (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) sepanjang April hingga Juli 2023, diprediksi berada di sekitar ekuator hingga sebelah utara garis ekuator dengan posisi sesuai dengan normalnya.

“Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer-laut tersebut di atas, diprakirakan awal musim kemarau 2023 DIY terjadi pada  April dasarian II meliputi sebagian kecil Kabupaten Sleman bagian barat, sebagian kecil Kabupaten Bantul bagian barat dan Kabupaten Kulonprogo bagian timur,” katanya.

Kemudian April dasarian III meliputi Kulonprogo bagian barat dan selatan. Lalu Mei dasarian I meliputi Kulonprogo bagian utara, sebagian besar Sleman serta sebagian besar Bantul dan Gunungkidul. Sementara puncak musim kemarau 2023 di DIY diprakirakan berlangsung antara Juli hingga Agustus 2023.

“BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau 2023 yang diprakirakan akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Indonesia Gunakan Pengaruh Agar Deeskalasi Terjadi di Timur Tengah

News
| Kamis, 18 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement