TBY Gelar Pentas Wayang Sodo di Gunungkidul
Advertisement
GUNUNGKIDUL—Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar pementasan wayang sodo di Dusun Gunungbang, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Kamis (15/6/2023). Kegiatan ini bertujuan melestarikan seni, adat dan tradisi di DIY.
Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Seni Budaya, TBY, Diah Wahyu Aprilina mengatakan pementasan yang digelar bertajuk Revitalisasi Wayang Sodo. Adapun pelaskanaan berada di rumah Marsono, penggagas terbentuknya seni pertunjukan wayang sodo. “Berlangsung selama satu hari pementasannya,” kata Diah, Kamis.
Advertisement
Menurut dia, dengan pementasan tersebut diharapkan seni, adat dan tradisi yang dimiliki dapat terpelihara sehingga tidak punah oleh kebudayaan modern dari luar negeri. “Revitalisasi menjadi media promosi agar masyarakat tahu dengan ikut melestarikan keberadan wayang sodo,” ungkapnya.
BACA JUGA: Ditertibkan, Pengamen di Malioboro Kerap Kabur ke Pasar Beringharjo
Diah menambahkan, pelestarian yang dilakukan merupakan kegiatan rutin dan digelar setiap tahun. TBY sebagai wadah laboratorium budaya memiliki andil dalam upaya pelestarian budaya.
Ia mengungkapkan pementasan menyasar kepada seni pertunjukan klasik dan seni kerakyatan. Pentas wayang sodo masuk dalam klasifikasi seni kerakyatan yang layak direvitalisasi.
“Kami berkomitmen untuk berpartisipasi dalam pelestarian. Kalau masyarakat memiliki kesenian yang sekiranya butuh dilestarikan, TBY siap mengakomodasinya,” kata Diah lagi.
Penggagas wayang sodo, Marsono mengatakan untuk kegiatan Revitalisasi Wayang Sodo yang digagas TBY mengambil lakon Ki Sodo Lanang Mukso. Adapun pementasan tidak beda jauh dengan pertunjukan wayang kulit, namun dengan instrumen gamelan yang lebih sederhana.
“Saya menggagas wayang sodo sejak 2011 lalu dan sekarang terus berupaya melestarikannya,” katanya.
Dia menjelaskan, penamaan wayang sodo tidak lepas dari bahan baku pembuatan wayang yang berasal dari lidi pelepah daun kelapa. Adapun tokohnya juga tidak jauh dari nama pohon kelapa mulai dari Ki Sodo Lanang, Cengkir Gading, Prabu Glugu Waseso, Patih Blarak Sempal dan Manggar Sari.
“Untuk cerita saya buat sendiri. Tapi, ada juga yang menyadur dari lakon pertunjukan wayang kulit,” kata Marsono.
Dia berharap dengan pertunjukan ini maka keberadaan wayang sodo bisa lebih diterima masyarakat secara umum. Selain itu, bisa menjadi benda warisan budaya di Gunungkidul. “Wayang sodo satu-satunya di dunia karena hanya ada di Gunungkidul,” katanya.
Ia mengakui pentas wayang sodo di Gunungkidul masih sangat sedikit dan intensitasnya kalah dengan wayang kulit. “Pementasan lebih untuk penelitian atau karya ilmiah mahasiswa. Makanya dengan pentas ini, kami berharap keberadan wayang sodo bisa diterima lebih luas lagi,” katanya. (BC)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tok! Eks Dirut PT Tarumartani Divonis 8 Tahun Penjara atas Dugaan Korupsi Rp8,7 Miliar
- 500 Kiai dan Nyai Sebut Harda-Danang sebagai Pilihan Tepat untuk Sleman Baru
- Beranda Migran Nilai Pemindahan Penahanan Mary Jane ke Filipina Langkah Maju untuk Keadilan
- Kampanye Akbar di Pilkada Sleman, Paslon Boleh Berikan Hadiah Barang Maksimal Senilai Rp1 Juta
- Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Inggris Diharap Jadi Pembuka Pengembalian Aset HB II
Advertisement
Advertisement